Berita Wakatobi
Viral Respon Kades di Wakatobi Ngaku Kecewa Gegara Jembatan di Bajo Sampela Diperbaiki Bule Denmark
Berikut ini viral respon kepala desa atau kades di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra) gegara jembatan di Bajo Sampela di perbaiki.
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Desi Triana Aswan
Dana tersebut digunakan untuk membeli bahan-bahan seperti kayu dan peralatan lainnya yang diperlukan untuk memperbaiki jembatan yang sudah sangat rusak parah di Kampung Terapung Sampela, Wakatobi.
"Jadi kami mengumpulkan dana 75 juta untuk membantu mereka dan penduduk setempat setuju untuk gotong royong," terangnya.
Kini, warga setempat telah memiliki jembatan dan rumah yang layak dan aman.
Karena aksinya itu, ia mengaku sangat puas bisa membantu masyarakat dan memberikan dampak begitu besar.
Ia lantas turut mengapresiasi para donatur yang telah turut andil untuk mendukung aksi mulianya itu.
“Terkadang sedikit bantuan, bisa membuat perbedaan besar.
Jadi terima kasih kepada 300 orang lebih dari seluruh dunia, yang sudah membantu kami mewujudkannya. Tempat ini adalah destinasi yang wajib dikunjungi.
Saya menjamin, pengalaman yang tidak akan pernah kamu lupakan,” ungkapnya.
Wawancara Khusus Kristian Hansen dan TribunnewsSultra.com:
Sebelum viral di media sosial, TribunnewsSultra.com berkesempatan mewawancarai Kristian Hansen seorang bule asal Denmark yang juga merupakan YouTuber jalan-jalan ke Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Perjalanannya tersebut dengan niat hati untuk traveling dalam misi menjajal Indonesia dari Sabang sampai Marauke.
Di Sulawesi Tenggara, Kristian Hansen sudah menyambangi sejumlah wilayah salah satunya Kendari, Baubau dan Buton.
Saat ini, giliran Kabupaten Wakatobi, yang merupakan satu diantara 10 top destinasi di Indonesia.
Ia tak hanya ingin mengeksplor potensi wisata masyarakat setempat, namun turut mempelajari kearifan lokal serta budaya dan cara hidup.
Saat tiba di Wakatobi, pintu hati Kristian Hansen terketuk saat menyaksikan fasilitas penyeberangan atau jembatan yang menghubungkan rumah para warga Suku Bajau atau Bajo sudah rusak.
Kristian Hansen lantas menggalang donasi menggunakan platform media sosial untuk memperbaiki fasilitas warga tersebut.
Diwawancarai TribunnewsSultra.com, Senin (6/5/2024) Kristian Hansen menceritakan awal mula dirinya menuju Desa Sampela, Pulau Kaledupa, Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
Desa Sampela adalah salah satu wilayah perairan yang dihuni oleh mayoritas Suku Bajo di Kaledupa.
Sejak Sabtu (4/6/2024) ia berangkat menggunakan kapal laut dari Buton menuju Pulau Wangiwangi, ibu kota Wakatobi.
Lalu melanjutkan perjalanan hingga ke Kaledupa, dan sampai di Desa Sampela pada malam hari.
"Saya kesini Sabtu malam tanggal 4 dari Pulau Buton. Segera setelah tiba, saya berjalan-jalan kecil di sekitar desa (Sampela)" tuturnya melalui pesan WhatsApp.
Ia pun memperhatikan sejumlah jembatan penyeberangan antar rumah warga yang dalam kondisi buruk.
Untuk diketahui, di Desa Sampela rumah warga terbuat dari kayu dan berdiri di atas laut.
Mayoritas masyarakat Suku Bajo memang hidup di atas perairan.
Sehingga, untuk menghubungkan antar rumah, mereka menggunakan jembatan kayu agar memudahkan perjalanan.
Sayangnya, kondisi jembatan rusak membuat para pelancong yang bertandang sering terjatuh ke laut.
Bahkan, anak-anak setempat pernah terluka akibat jatuh dari jembatan rusak tersebut.
"Anak-anak terkadang membutuhkan jahitan ketika terjatuh, karena paku yang berkarat. Semua nenek terus mengucapkan “hati hati jalan rusak” tanpa ada harapan dalam suaranya, seperti sudah lama sekali," jelasnya.
Selain itu, untuk beribadah hanya ada sebuah masjid kecil yang diungkapkan Kristian tak bisa menampung semua masyarakat di sana.
"Sedangkan, ada lebih dari 1.000 warga tinggal di sini. Jadi tidak bisa menampung semuanya," tuturnya.
Warga pun sempat bercerita kepada Kristian bahwa sempat melakukan perbaikan dan membangun masjid tapi kehabisan uang.
Olehnya itu, Kristian Hansen terpikir untuk membantu warga setempat dengan platform yang dimilikinya.
Ia memiliki akun Instagram dengan jumlah 202 ribu pengikut.
Kristian menuliskan pada akun Instagram miliknya @thekristianhansen pada 4 Mei 2024 untuk menggalang donasi demi memperbaiki jembatan rusak serta masjid di Bajo Village Desa Sampela, Kaledupa.
"Mereka benar-benar membutuhkan bantuan, karena beberapa jembatan kayu yang menghubungkan antar rumah mereka rusak. Mereka juga memiliki sebuah masjid yang tidak bisa menampung semua untuk salat," tulisnya.
Selama ini, Kristian Hansen tak pernah melakukan galang donasi dalam perjalanannya.
Namun karena merasa perlu ada gerakan ekstra untuk membantu warga Desa Sampela, ia pun mengajak para followersnya turut bergerak memberikan perubahan besar untuk kehidupan orang banyak.
Tak disangka dalam waktu kurang dari 24 jam, Kristian Hansen mengumpulkan hingga lebih dari Rp 50 juta.
"Ide pertama saya hanya menghabiskan 10jt uang pribadi saya. Karena aku harus melakukan sesuatu. Tapi kemudian saya berpikir mungkin lebih banyak orang akan tertarik untuk membantu dan saya benar. Sekarang kami telah mengumpulkan hampir Rp 55 juta hanya dalam waktu 24 jam. Semua uang berasal dari orang pribadi," jelasnya.
Ia pun mengungkapkan bahwa akan menyelesaikan sesegera mungkin jembatan yang rusak dan membangun masjid dengan donasi tersebut.
Bahan-bahan yang akan dibelinya dan proses pembuatan jembatan hingga masjid akan diupdate melalui YouTube dan Instagram miliknya.
Saat ini, Kristian Hansen sudah mengumpulkan lebih dari Rp 75 juta dan ia telah menutup galang donasi tersebut yang dikumpulkan selama dua hari.
Ia berterimakasih kepada seluruh donatur yang turut serta dalam gerakan besar ini.
"Kami sekarang sudah cukup untuk menyelesaikan jembatan dan sisanya akan menuju masjid, karena keselamatan adalah prioritas utama. Biaya jembatannya sekitar 50jt dan untuk menyelesaikan masjid kita membutuhkan 100jt lagi," jelasnya.
Meski begitu, penduduk setempat sudah merasa senang dengan bantuan yang telah diberikan para followers Kristian Hansen.
"Kami tidak memberikan uang apa pun. Saya membeli bahan-bahan atau material (seperti kayu dan paku) dan memberikannya kepada penduduk setempat, dan mereka lebih senang dengan ini daripada uang. Karena pemberian uang kepada beberapa orang dapat menimbulkan obrolan ringan di desa. Jadi bahan-bahan perlengkapan membuat jembatan justru membuat semua orang bahagia," jelasnya.
Kristian Hansen berharap saat dirinya meninggalkan Wakatobi, Desa Sampela bisa menjadi lebih baik lagi.
"Saya hanya ingin membuat perbedaan sebagai tanda kekaguman dan rasa hormat saya terhadap kebaikan dan cara hidup mereka di lautan ini," pungkasnya. (*)
(TribunnewsSultra.com/Desi Triana)(TribunTrends/TribunSumsel)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.