Berita Wakatobi

250 Pelajar SD dan SMP Pulau Wangiwangi Belajar Jalur Rempah dan Sejarah Cagar Biosfer Wakatobi

Sebanyak 250 pelajar SD dan SMP Pulau Wangiwangi, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara belajar tentang jalur rempah dan sejarah cagar biosfer.

Dokumentasi Pribadi
KOLASE FOTO- Sebanyak 250 pelajar SD dan SMP Pulau Wangiwangi, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara belajar tentang jalur rempah dan sejarah cagar biosfer. Kegiatan siswa siswi SD dan SMP ini dilakukan saat pelaksanaan konferensi internasional Perhimpunan Cagar Biosfer Asia Tenggara atau Southeast Asian Biosphere Reserves Network (SeaBRnet) yang digelar Kemendikbudristek di Wakatobi, Sulawesi Tenggara pada Selasa-Kamis (30-2/2024). 

Ir Hugua yang saat itu menjabat sebagai Bupati Wakatobi, menerima sertifikat cagar biosfer ini yang diserahkan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan secara resmi di Lapangan Merdeka, Wangi-Wangi, Kab Wakatobi, Selasa (14/5/2013).

Hingga tahun 2024, Indonesia telah memiliki 19 cagar biosfer seluas 29.9 juta ha yang menjadi bagian dari World Network of Biosphere Reserves.

Penetapan Taman Nasional Wakatobi sebagai cagar biosferini bukan tanpa sebab.

Wakatobi merupakan cagar biosfer laut yang dimiliki Indonesia.

Zona inti cagar adalah kawasan Taman Nasional Wakatobi, yang telah ditetapkan sebagai taman nasional pada 1996 dan memiliki luas 1.390.000 hektar. 

Kawasan ini terdiri dari 39 pulau, tiga gosong, serta lima atol, secara administratif masuk ke dalam wilayah Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Selain itu, Wakatobi juga masuk dalam peta penyebaran Suku Bajau dan cagar biosfer di Asia Tenggara.

Baca juga: Regenerasi Suku Bajau ‘Penjaga Laut’ Wakatobi Sulawesi Tenggara Jaga Keberlanjutan Hidup dan Budaya

Hal ini menjadi bukti pula jejak sejarah masa lampu Jalur Rempah yang telah menjadi jalur peradaban melalui perdagangan dan interaksi budaya di Nusantara dan Asia Tenggara.

Jalur rempah telah menjadi jalur peradaban melalui perdagangan dan interaksi budaya di Nusantara dan Asia Tenggara dengan menghadirkan kisah-kisah epik tentang bagaimana rempah seperti cengkeh, lada, dan pala telah menjadi komoditas utama yang menarik bangsa-bangsa dari seluruh dunia ke wilayah ini.

Jalur rempah tidak hanya menjadi rute perdagangan, tetapi juga menjadi jalur konektivitas untuk menjalin hubungan dengan bangsa lain, membentuk ikatan kuat melintasi batas negara dan budaya.

 Tentunya, di sepanjang jalur rempah Indonesia yang dilewati ada ekosistem laut dalam cagar biosfer di sepanjang jalur pelayaran rempah di Indonesia menjadi ruang bagi semua makhluk untuk tumbuh dan berkembang, termasuk manusia, dan memberikan nuansa yang beragam antara satu tempat dengan tempat lainnya.
Ekosistem laut saat ini memerlukan sentuhan rasa dan asa kepedulian dari semuanya tanpa terkecuali untuk tetap lestari di masa depan. (*)

(TribunnewsSultra.com/Desi Triana)

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved