Berita Baubau
Mengenal Iring-iringan Prosesi Pemakaman Seorang Sultan di Kesultanan Buton Sulawesi Tenggara
Mengenal iring-iringan prosesi pemakaman saat seorang Sultan wafat di Kesultanan Buton, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Penulis: Harni Sumatan | Editor: Amelda Devi Indriyani
Dalam prosesi pemakaman, Sultan diangkat di atas keranda terbuka yang mana terdapat 4 orang anak laki-laki yang terdiri dari 2 orang anak bertugas mengipas jenazah Sultan dan 2 orang anak lainnya memegang lilin atau sulu.
Di atas keranda terbuka terdiri dari dua bantal panjang mengapit Sultan disebut Kambali, yang pada ujung bantal diletakan ornamen terbuat dari perak atau emas.
Kemudian pada kepala hingga kaki pula terdapat bantal lebih pendek yang juga disebut Kambali.
"Jadi sebelum Sultan diletakan di atas keranda, Tombi atau bendera sudah lebih dulu dipersiapkan, pula Paturu Kelambu yang nantinya akan menjadi penutup makam usai Sultan dikuburan," jelasnya.
Imran Kudus juga menjelaskan terdapat aturan jalan iring-iringan pemakaman Sultan yakni pasukan inti kesultanan yang terbagi atas 3 regu.
Tamburu Lima Anguna atau Kompaniya Yi Nunca terdiri dari 5 regu yang bertugas di istana untuk keperluan pengamanan pribadi Sultan yang berada paling depan saat pengantaran Sultan menuju pemakaman.
Baca juga: Cerita Putri Sultan Buton LM Izat Manarfa Ungkap Kondisi Sang Ayah Sebelum Meninggal, Sempat Umroh
Kemudian, di belakang sara Kesultanan Buton terdapat 6 regu lain yang terbagi menjadi 2 regu yakni 4 regu disebut Kompaniya Pata Anguna dan Kompaniya Rua Anguna atau Kompaniya Sara yang terdiri 2 regu.
"Jadi urutan seharusnya dalam prosesi pemakaman Sultan yakni pasukan inti Kesultanan, Tombi, Paturu Kelambu, perangkat masjid yang terdiri dari perangkat Masjid Keraton, Sorawolio, dan Baadia, Keranda, perangkat Kesultanan Buton, lalu ditutup dengan 6 regu pasukan inti kesultanan," jelasnya.
Namun, pada pelaksanaan prosesi pemakaman Sultan Buton ke-40, La Ode Muhammad Izat Manarfa pada Rabu (27/3/2024), pasukan inti kesultanan tidak diikut sertakan sehingga barisan paling depan ialah Tombi atau bendera.
Pada prosesi pemakaman Sultan Buton ke-40 terdapat sebuah payung kebesaran yang memayungi jenazah Sultan sebab Sultan berpulang saat masih menjabat.
"Jenazah Sultan harus dipayungi saat diangkat menuju keranda dan hingga ke pemakaman sebab Sultan dianggap sedang lakukan proses keluar dari istana," tambahnya.
Iringin-iringan tersebut berjalan perlahan dengan melantunkan lafadz Tahlil sampai ke pemakaman.
Lalu setelah itu sebagaimana biasa akan diadakan pembacaan talkim, tahlil, yasin dan doa.
Setelah proses pemakaman, Paturu Kelambu berwarna putih diletakan di atas makam Sultan sebagai tanda kebesaran.(*)
(TribunnewsSultra.com/Harni Sumatan)
Hujan Deras Iringi Pemakaman Sultan Buton La Ode Muhammad Izat Manarfa di Baubau Sulawesi Tenggara |
![]() |
---|
Detik-detik Jenazah Sultan Buton ke-40 Sampai di Rumah Duka di Baubau Sulawesi Tenggara |
![]() |
---|
Suasana Rumah Duka Sultan Buton ke-40 di Kamali Baadia Kota Baubau Sulawesi Tenggara |
![]() |
---|
Cerita Putri Sultan Buton LM Izat Manarfa Ungkap Kondisi Sang Ayah Sebelum Meninggal, Sempat Umroh |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.