Wisata Sulawesi Tenggara
Jejak Sejarah Kerajaan Buton di Keraton Wolio, Jadi Destinasi Apik Saat ke Baubau Sulawesi Tenggara
Berikut ini jejak sejarah Kerajaan Buton di Keraton Wolio jadi destinasi apik saat ke Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Desi Triana Aswan
Termasuk untuk kebutuhan foto prewedding.
Pada tahun 2006, Benteng Wolio pernah tercatat sebagai benteng terluas di dunia menurut Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) dan Guinness Book of World Record, dikutip dari laman jadesta.kemenparekraf.go.id, Kamis (9/6/2022).
Adanya, Benteng Wolio ini menjadi jejak sejarah adanya sebuah kerajaan di Buton.
Sejarah
Dilansir dari Tribunnews.com, Benteng Wolio dibangun sekitar abad ke-16, oleh Raja Buton III bernama La Sangaji yang bergelar Kaimuddin.
Awalnya benteng hanya dibangun dalam bentuk tumpukan batu karst, disusun mengelilingi kompleks istana guna membuat pagar pembatas antara komplek istana dengan permukiman masyarakat, sekaligus sebagai benteng pertahanan.
Namun, pada masa pemerintahan Raja Buton IV, La Elangi atau Dayanu Ikhsanuddin, benteng berupa tumpukan batu itu dijadikan bangunan permanen.
Konon, batuan tersebut direkatkan dengan campuran putih telur, pasir, dan kapur.
Baca juga: Rumah Produksi Asal Baubau Seribu Benteng Production Juara Film Pendek Dokumenter Kemenag Sultra
Benteng Wolio memiliki 12 pintu gerbang yang disebut Lawa, 16 emplasemen meriam yang disebut Badili, empat Boka-boka (bastion berbentuk bulat), batu tondo (tembok keliling), parit, dan persenjataan.
Lokasinya yang cukup tinggi di puncak bukit dengan lereng terjal, menjadikan benteng ini sebagai tempat pertahanan terbaik pada zamannya.
Selama masa kejayaan pemerintahan Kesultanan Buton, keberadan Benteng Wolio memberikan pengaruh besar terhadap eksistensi kerajaan.
Hal ini karena, dalam kurun waktu lebih dari empat abad, Kesultanan Buton bisa bertahan dan terhindar dari ancaman musuh.
Makam Sultan Murhum
Menariknya, di dalam kawasan benteng juga terdapat sebuah makam milik Sultan Murhum, yang dibangun guna memberikan penghormatan kepada jasa-jasa Sultan Muhrum semasa hidupnya.
Sultan Murhum Qaimuddin Khalifatul Khamis, atau Lakilaponto, juga dikenal sebagai Sultan Buton VI, merupakan salah satu sultan yang sangat dihormati.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.