Berita Buton Tengah
Dampak Kekeringan Warga Buton Tengah Sultra Bertaruh Nyawa Demi Air Bersih, Terpaksa Nyebrang Pulau
Dampak kemarau panjang, begitu dirasakan warga di Buton Tengah (Buteng), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), mengakibatkan sulit mendapat air bersih.
Penulis: Harni Sumatan | Editor: Muhammad Israjab
TRIBUNNEWSSULTRA.COM, BUTON TENGAH - Dampak kemarau panjang, begitu dirasakan warga di Buton Tengah (Buteng), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra)
Akibat kemarau mengakibatkan kekeringan di wilayah Buton Tengah hingga kesulitan mendapatkan air bersih.
Seperti yang dirasakan warga di Kecamatan Gu, Buteng, Sultra. Demi air bersih warga pun bertaruh nyawa menyebrangi lautan.
Warga Kacamatan Gu, harus menyebrangi lautan ke sumber mata air di tepi Pantai Desa Tanjung, Kecamatan Tangkuno Selatan, Kabupaten Muna.
Baca juga: Sudah Dua Bulan Sebanyak 3 Ribu Warga Buton Selatan Sulawesi Tenggara Kekurangan Air Bersih
Salah satu warga desa bernama Muslimin, mengatakan perjalanan ditempuh sekira 40 menit hingga 2 jam perjalanan menggunakan sampan atau katinting.
"Kalau pakai mesin, perjalanan kurang lebih 40 menit. Tapi kalau mendayung dengan sampan bisa sampai 2 jam, apalagi kalau kencang angin," ucap muslimin.
Pendapat yang sama juga dituturkan Wa Mila, jika sudah tidak memungkinkan menyeberang, mereka terpaksa membeli air, bahkan harganya bisa mencapai Rp70 ribu per tong.
"Kalau sedang kencang angin dan tidak bisa menyebrang, terpaksa beli air. Satu tong itu Rp70 ribu," tuturnya.
Menurut Kepala Desa Lowu-Lowu, Karim Wendo, aktivitas ini terjadi sudah sejak lama, karena tidak adanya satupun sumber air bersih.
Baca juga: 7 Kelurahan di Kendari Terdampak Kekeringan, Sumber Air Bersih Berkurang hingga Terancam Gagal Panen
"Aktivitas warga ini sudah terjadi sejak puluhan tahun, karena tidak ada satupun sumber air," ungkapnya.
Ia juga mengaku Pemda Buton Tengah pernah membangun fasilitas air bersih.
Tapi rasanya payau dengan dominan rasa asin, sehingga tidak bisa digunakan untuk memasak.
Untuk layanan air bersih sebenarnya dari PDAM Kabupaten Buton pernah ada di Desa Lowu-Lowu tahun 2012.
Namun, hanya bertahan 5 tahun karena layanan mulai macet.
Karim juga mengungkapkan, sudah sering melakukan aksi protes.
Baca juga: Mobil Pikap Pengangkut Air Bersih Mulai Menjamur di Kendari Kala Musim Kemarau Melanda Sultra
Namun belum ada kejelasan hingga saat ini.
"Kami sudah sering melakukan aksi protes tapi tidak ada kejelasan dari PDAM."
"Memang mereka perbaiki tapi paling seminggu kemudian macet lagi," tutunya
Warga desa berharap pemerintah daerah setempat dapat membangun fasilitas air bersih, agar tidak perlu lagi menyebrang untuk mencari air bersih. (*)
(TribunNewsSultra.com/Harni Sumatan)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.