BKKBN Sultra

Daftar 7 Kabupaten di Sulawesi Tenggara Tertinggi Angka Stunting, BKKBN Sultra Ungkap Penyebabnya

Ini daftar tujuh kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) dengan angka stunting yang masih tinggi.

TribunnewsSultra.com/ Amelda Devi Indriyani
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Republik Indonesia, dr Hasto Wardoyo, Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Tingkat Provinsi Sulawesi Tenggara, Lukman Abunawas, dan Kepala BKKBN Sultra, Asmar. 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Ini daftar tujuh kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) dengan angka stunting yang masih tinggi.

Di antaranya Kabupaten Buton Tengah 42,3 persen, Bombana 35,3 persen, Buton 32,6 persen, Buton Selatan 32,6 persen, Konawe Kepulauan 32,3 persen, Muna Barat 31,7 persen, dan Muna 31,3 persen.

Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Tingkat Provinsi Sultra, Lukman Abunawas mengaku optimis 3-6 bulan ke depan, angka stunting tersebut dapat ditekan dan menurun minimal 2-3 persen.

Untuk menurunkan angka stunting, pihaknya terus berkoordinasi, kerja sama dengan pemerintah daerah 17 kabupaten dan kota di Sultra, melibatkan Tim PKK melakukan penyuluhan.

Hingga melibatkan Kementerian Agama kabupaten dan kota melalui Kantor Urusan Agama (KUA) dalam memberikan edukasi bagi calon pengantin.

Baca juga: Kampung KB di Kolaka, Wakatobi dan Kolut Terbaik di Sulawesi Tenggara, BKKBN Beri Stimulus Tambahan

"Kita koordinasi, harus dilakukan tiga sampai dua bulan kita kerja sama, buat schedule," kata Wakil Gubernur Sultra itu, pada Kamis (24/8/2023).

Kepala BKKBN Sultra, Asmar mengatakan stunting lebih banyak disebabkan oleh perilaku dan masalah sensitif yang berkaitan dengan sanitasi seperti air bersih dan jamban.

Hal itu terbukti dari lokasi kasus stunting tertinggi yang justru terjadi di daerah dengan sumber makanan bergizi terbaik, seperti ikan, lobster dan hasil laut lainnya sebagai sumber protein hewani.

"Kalau berbicara gizi, kita lengkap, hasil laut kita luar biasa, ada lobster, ikan, tetapi perilaku (hidup sehat) ini yang kurang."

"Karena yang tinggal di pesisir itu mereka lebih pilih menjual hasil laut dan membawa pulang makanan instan atau cepat saji, yang justru tidak memenuhi kebutuhan gizi," kata Asmar.

Baca juga: Kepala BKKBN RI Minta Sultra Utamakan Pencegahan Stunting dan Serapan Anggaran Sampai ke Masyarakat

Menurut Kepala BKKBN Sultra ini, tentu saja perilaku tersebut tidak bisa mendorong pertumbuhan anak dengan baik.

Untuk itu, ia menyarankan kepada para orangtua agar mengolah hasil laut dengan lebih kreatif, seperti mengolah ikan menjadi bakso ikan, atau nugget ikan dan olahan kreatif lainnya.

Sehingga, masyarakat di tujuh kabupaten tersebut dapat menghilangkan kebiasaan mengonsumsi makanan instan atau cepat saji.

Selain itu, persoalan kurangnya perilaku hidup sehat juga terlihat dari kurangnya kesadaran menggunakan jamban yang layak dan kurangnya sumber air bersih.

Sehingga mengakibatkan kondisi anak mudah terserang penyakit, juga berpengaruh kepada nafsu makan anak yang berkurang.

Baca juga: Genjot Turunkan Stunting, Kepala BKKBN Motivasi Akseptor KB dan Kukuhkan BAAS di Konawe Selatan

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved