PT Vale

PT Vale Budidaya Tanaman Endemik di Taman Kehati Sawerigading Wallacea Sorowako Usai Tambang Nikel

Matahari terik saat pesawat mendarat di area konsensi PT Vale, di Bandara Sorowako, Sulawesi Selatan (Sulsel), Kamis (27/7/2023).

Penulis: Risno Mawandili | Editor: Sitti Nurmalasari
TribunnewsSultra.com/Risno Mawandili
Taman Kehati Sawerigading Wallacea milik PT Vale di Blok Sorowako, di Kabupaten Sorowako, Sulawesi Selatan, Kamis (27/7/2023). Perusahaan budidayakan tanaman endemik berharga serta rusa di dalamnya. 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, SOROWAKO - Matahari terik saat pesawat mendarat di area konsensi PT Vale, di Bandara Sorowako, Sulawesi Selatan (Sulsel), Kamis (27/7/2023).

Begitupula ketika naik bis menuju tempat makan siang hingga menyimak materi pembekalan wisatawan.

Dengan bis, kami menuju Taman Kehati Sawerigading Wallacea melihat pembibitan pohon untuk reboisasi pasca penambangan nikel di Blok Sorowako.

Di sini pula, pohon-pohon yang ditanam belasan tahun lalu mulai rimbun.

Taman Kehati (Keragaman Hayati) merupakan lokomotif untuk mewujudkan visi emisi karbon PT Vale.

Taman seluas 15 hektare ini sempat dibuka untuk wisatawan, tetapi ditutup ketika pandemi Covid-19 melanda dunia, termasuk Indonesia.

Kini, taman dibuka lagi setelah dibenahi.

Baca juga: Gubernur Sultra Serahkan SK Penetapan Lokasi Pengadaan Tanah Blok Pomalaa ke Manajemen PT Vale

Menurut Supervisior Reclamation Rehabilitation PT Vale, Erlin Harry, taman dibuka untuk umum, baik yang ingin studi maupun rekreasi.

"Taman ini akan buka kembali setalah penutupan karena Covid-19 dan sekarang telah dibenahi," ujarnya ketika menerangkan progres reboisasi usai penambangan nikel, Kamis.

Bukan saja luas, taman ini juga cukup representatif untuk melakukan studi ragam pohon kayu endemik Indonesia, khususnya Pulau Sulawesi yang termasuk dalam Kawasan Wallacea.

PT Vale memang menanam jenis-jenis pohon kayu dari habitat alami hutan Kabupaten Sorowako.

Mulai dari Bitti (vitex cofassud) hingga Kayu Angin (usnea midaminensis).

Pohon-pohon kayu ini umumnya merupakan endemik Pulau Sulawesi.

Ini menunjukan PT Vale tak hanya berusaha merealisasikan target reboisasi pascamenambang, tetapi ingin mengembalikan keragaman hayati hutan setelah produksi pertambangan nikel sejak 50 tahun lalu.

Baca juga: Pertanian Ramah Lingkungan, Langkah PT Vale Wujudkan Kemandirian Masyarakat di Area Pemberdayaan

Dalam lakonnya, perusahaan juga menanam Gaharu (aquilaria malaccensis) dan Kayu Hitam (diospyros celebica).

Kedua pohon ini langka, dilindungi dan mahal harganya.

Gaharu misalkan, dibanderol hingga ratusan juta rupiah per kilogramnya.

"Mutiara Hitam" ini memang mahal harganya. Makin hitam Gaharu yang dijual, makin cuan Sang Tuan.

Sedangkan Kayu Hitam, dilindungi. Akan dipidana seseorang yang menebangnya tanpa izin pemerintah.

Budidaya Gaharu oleh PT Vale sudah dilakukan sejak belasan tahun lalu.

Hingga kini, perusahaan tetap menanam meskipun sulit memperoleh benih.

PT Vale Budidaya Tanaman Endemik di Taman Kehati Sawerigading Wallacea Sorowako Usai Tambang Nikel
Kayu Gaharu yang mulai tumbug timbun di Taman Kehati Sawerigading Wallacea, milik PT Vale di Blok Sorowako.

Hasil penanaman ini dapat dilihat di Taman Kehati PT Vale.

Beberapa pohon kayu, termasuk Gaharu, sudah mulai rimbun.

Lingkaran batang pohon Gaharu yang paling rimbun kami perkirakan sudah mencapai diameter 20 centimeter.

Team Leader Revegetation PT Vale, Harun Tandioga mengatakan, tanaman-tanaman langkah di Taman Kehati dibudidayakan dari lokasi pembibitan.

"Ada yang kami lakukan dengan cara penyemaian biji, ada juga dari anakan yang diambil ketika pembukaan lahan garapan pertambangan," tuturnya menjelaskan, Kamis.

Bukan Gaharu dan Kayu Hitam saja pohon endemik yang ditanam PT Vale di Taman Kehati.

Kayu ini sebagian kecil saja karena perusahaan menanam ragam pohon.

Baca juga: PT Vale Perkuat Kerja Sama PLN, Dukung Ketersediaan Daya Listrik Fase Konstruksi Blok Pomalaa

Selain pohon, ada pula belasan rusa yang mulai berkembang biak di dalam 2 hektare lahan penangkaran khusus di dalam taman.

Mereka dikembangbiakan dengan tujuan memperkaya keragaman di dalam taman.

Capaian Reboisasi PT Vale

Taman Kehati Sawerigading Wallacea bukan satu-satunya lokasi yang telah dilakukan reboisasi.

Tahun 2022, PT Vale telah melakukan penghijauan kembali total 295 hektare hutan-hutan yang gundul akibat aktivitas penambangan.

Reboisasi yang sudah mantap ada di Bukit Sejuk.

PT Vale menghijaukan kembali setelah melakukan penambangan nikel pada 50 hektare pegunungan yang terbentuk dari batuan ultramafik ini.

Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan yang juga ikut menanam pohon kayu Gaharu di Taman Kehati.
Tanda tangan Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan yang juga ikut menanam pohon kayu Gaharu di Taman Kehati.

Kami mendatangi Bukit Sejuk pada Jumat siang (28/7/2023).

Meskipun matahari terik, tempat ini tetap sejuk.

Supervisior Reclamation & Rehabilitation PT Vale Erlin Harry mengatakan, Reboisasi di Bukit Sejuk dilakukan pada waktu yang sama dengan di Taman Kehati.

Jenis-jenis pohon yang ditanam di dua lokasi hijau tersebut juga sama.

Bedanya, PT Vale menanam buah-buahan untuk menyuplai rantai makanan bagi hewan liar, setelah menanam pohon kayu.

Upaya itu cukup berhasil. Kini, gerombolan monyet mulai tinggal di Bukit Sejuk.

Bukan monyet-monyet saja. Ada banyak fauna yang mulai betah di sini.

Baca juga: Intip Keberadaan Taman Kehati Sawerigading Wallacea PT Vale Seluas 15 Ha, Diresmikan Presiden Jokowi

Bahkan, seorang dari PT Vale mengaku pernah melihat rusa di Bukit Sejuk.

"Ada yang pernah melihat rusa di Bukit Sejuk ini ketika melakukan pemantauan rutin," ujar Erlin Harry, Jumat. (*)

(TribunnewsSultra.com/Risno Mawandili)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved