BKKBN Sultra

TNI AU Canangkan Program Pencegahan Stunting Nasional di NTT, Teruskan Kampanye Tanam Pohon Kelor

KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo mengatakan seluruh prajurit TNI AU wajib mendukung program percepatan penurunan stunting dan pembangunan di NTT.

Istimewa
Jajaran Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara (AU) menggelar Pencanangan Pencegahan Stunting Nasional 2023 yang dipusatkan di Gedung Aula Bandara El Tari, Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Senin (20/3/2023). Pencanangan Progam Pencegahan Stunting Nasional TNI AU 2023 ditandai pemukulan gong oleh Kepala Staf TNI AU, Marsekal TNI Fadjar Prasetyo bersama Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr Hasto Wardoyo, dan Gubernur Nusa Tenggara Timur, Viktor Bungtilo Laiskodat. Dalam arahannya, KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo mengatakan seluruh jajaran prajurit TNI AU wajib mendukung program percepatan penurunan stunting dan pembangunan di Nusa Tenggara Timur. 

Selanjutnya, Hasto Wardoyo menjelaskan tentang pentingnya pencegahan stunting dari hulu. Karena itu Hasto Wardoyo menyampaikan strategi dengan pola mendekati yang menikah.

"Data di NTT, jumlah kehamilan sebanyak 131 ribu per tahun. Dari jumlah kehamilan ini, maka yang menikah jumlahnya antara 50 ribu sampai 60 ribu," ujarnya.

"Dari jumlah yang menikah ini, maka yang hamil di tahun pertama itu sebanyak 80 persen atau sekitar 40 ribu," kata Hasto.

"Pemerintah Daerah perlu mendekati pasangan calon pengantin, supaya bayi yang lahir tidak stunting. Kalau berhasil mendekati 40 ribu, maka bisa diadang lahirnya bayi-bayi stunting yang baru,” tambahnya.

Menurut Hasto, BKKBN telah bersepakat dengan Kementerian Agama agar tiga bulan sebelum pernikahan dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi pasangan calon pengantin.

Hasto juga mengatakan dirinya telah bertemu dengan Uskup Ruteng (Mgr. Siprianus Hormat, Pr) terkait pemeriksaan kesehatan bagi pasangan calon pengantin.

Baca juga: BKKBN Bahas Isu Kekerasan Berbasis Gender dan Pemberdayaan Pemuda di Pertemuan Parlemen Asia-Arab

“Jika lingkar lengan kurang dari 23,5 centimeter dan Hb di bawah 12 maka boleh menikah tetapi kehamilannya yang ditunda sampai kondisinya sehat,” kata Hasto Wardoyo.

Hasto juga menyampaikan apresiasi kepada Gubernur NTT Viktor Laiskodat yang memprioritaskan KB kepada warga miskin di NTT.

“Langkah ini sangat strategis. Dalam peta menunjukkan bahwa mereka yang anaknya banyak berada di kantong-kantong yakni kemiskinan, rural atau perdesaan, dan yang berpendidikan rendah,” ujar Hasto.

Sementara itu, Gubernur NTT, Viktor Bungtilo Laiskodat dalam sambutan mengatakan berdasarkan hasil pengukuran dengan antopometri, angka stunting di NTT mengalami penurunan menjadi 17,7 persen.

Namun demikian, dari 10 ribu Posyandu yang memiliki antopometri itu baru 5 ribu.

“Di Posyandu yang belum punya antopometri maka dibawa untuk diukur di Posyandu yang memiliki alat antopometri,” kata Viktor.

Menurut Viktor, pihaknya optimistis angka stunting di NTT dapat diturunkan lagi sehingga mencapai target nasional 14 persen.

Baca juga: BKKBN Sultra Tutup Tahun 2022 Optimis Capaian Penurunan Angka Pravelensi Stunting Hingga 2 Persen

Salah satu faktor keberhasilan penurunan stunting ini adalah konsumsi daun kelor yang disebutnya sebagai “pohon ajaib” karena kandungan gizi yang tinggi, selain itu nilai ekonomisnya juga cukup menjanjikan.

“Satu kilo daun kelor basah harganya Rp5 ribu sampai Rp7 ribu. Ini bisa membantu perekonomian masyarakat,” kata Viktor.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved