Breaking News

Rusuh Arema vs Persebaya

Tragedi Kanjuruhan, Gas Air Mata Diduga Pemicu Jatuhnya Korban Jiwa, Polisi Sayangkan Sikap Suporter

Kapolda Jawa Timur memberikan klarifikasi terkait tembakan gas air mata saat rusuh laga Arema FC vs Persebaya. Pekan ke-11 Liga 1.

Penulis: Muhammad Israjab | Editor: Muhammad Israjab
Surya Malang
Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) menghentikan sementara kompetisi Liga 1 2022 buntut tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur (Jatim). Tragedi usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya pada Sabtu (1/10/2022) malam tersebut menyebabkan 127 korban tewas dan 180 orang menjalani perawatan. 

Nico menjelaskan sekitar 42.288 suporter yang memenuhi tribune, tidak semuanya turun ke dalam lapangan.

Dia pun menyayangkan aksi nekat oknum suporter yang sengaja membuat kekacauan, berakibat mengancam kedua tim yang sedang berlaga

"Seandainya suporter mematuhi aturan, peristiwa ini tidak akan terjadi. Semoga tidak terjadi lagi peristiwa semacam ini," ujarnya dikutip dari Kompas.com.

Baca juga: Kronologi Kerusuhan Liga 1 Arema FC Vs Persebaya, 127 Tewas hingga Gas Air Mata Petugas Tuai Protes

Bermula saat suporter Aremania merangsek turun ke lapangan dengan cara meloncati pagar karena tidak terima atas kekalahan timnya.

"Mereka turun dengan tujuan mencari pemain dan pihak manajemen, kenapa bisa kalah," katanya.

Aparat telah menghalau suporter tersebut, tetapi gelombang pendukung yang turun ke lapangan terus mengalir.

"Terpaksa jajaran keamanan menembakkan gas air mata," kata Kapolda.

Penembakan gas air mata oleh pihak Kepolisian ke arah tribune penonton di Stadion Kanjuruhan menjadi perdebatan di media sosial

Dalam Regulasi FIFA soal Keselamatan dan Keamanan Stadion, FIFA menyebutkan penggunaan gas air mata atau gas pengendali massa dilarang.

Baca juga: Aji Santoso Berpeluang Hijrah ke PSIS Semarang Ungkap Hal Ini, Lawan Arema FC Jadi Penentu Nasibnya?

Larangan soal penggunaan gas air mata itu tertulis pada Bab III tentang Stewards, pasal 19 soal Steward di pinggir lapangan

Akan tetapi, penembakan gas air mata tetap terjadi pada kerusuhan seusai laga Arema FC vs Persebaya.

Diduga gas air mata diduga menjadi penyebab utama suporter berjatuhan hingga berujung meninggal dunia.

Mereka berlarian sampai terinjak-injak dan menumpuk di pintu stadion hingga mengalami sesak napas.

Akibat insiden ini, ada 127 korban meninggal dunia, dua di antaranya anggota Kepolisian.

"Dari jumlah itu, 34 orang tewas di Stadion Kanjuruhan dan 93 orang lainnya meninggal dunia di rumah sakit," katanya.

"Ada 13 kendaraan mengalami kerusakan akibat amukan massa suporter Aremania pada kesempatan itu."

"Sebanyak 10 mobil dinas Polri, yang terdiri dari mobil Brimob, K-9, dan 3 di antaranya mobil pribadi," kata Nico. (*)

Sumber: BolaSport.com
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved