Berita Kendari
Warga Kendari Sultra Pertanyakan Antrean BBM Mengular di SPBU, Harga Mahal Tapi Kok Masih Antre?
Sejumlah warga di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) mempertanyakan antrean BBM mengular di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum atau SPBU.
Penulis: Amelda Devi Indriyani | Editor: Sitti Nurmalasari
TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Sejumlah warga di Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mempertanyakan antrean BBM mengular di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum atau SPBU.
Pantauan TribunnewsSultra.com, Selasa (20/9/2022) mulai siang hingga petang, terjadi antrean mengular pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) di SPBU Kota Kendari, Provinsi Sultra.
Seperti di SPBU Baruga di Jl Poros Bandara Halu Oleo, Kelurahan Baruga, Kecamatan Baruga, Kota Kendari, Sultra.
SPBU Anduonohu di Jl Malaka, Kelurahan Kambu, Kecamatan Kambu. SPBU Tapak Kuda di Korumba, Kecamatan Mandonga.
Fenomena panjangnya antrean ini sudah terjadi beberapa hari terakhir sejak pemerintah menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), pada 3 September 2022.
Baca juga: Pengendara Keluhkan Antrean BBM Makin Panjang di SPBU Kendari Sulawesi Tenggara Usai Kenaikan Harga
Harga BBM Pertalite dari Rp7.650 menjadi Rp10.000 per liter. Kemudian, harga Solar yang awalnya dijual Rp5.150 per liter naik menjadi Rp 6.800 per liter.
Sementara, harga Pertamax yang berstatus non-subsidi pun naik dari Rp12.900 per liter menjadi Rp14.500 per liter.
Terjadinya antrean panjang ini rupanya menimbulkan berbagai pertanyaan bagi masyarakat Kota Kendari, Provinsi Sultra.
Seperti salah satu pengendara motor yang turut mengantre di SPBU Baruga, Kimang mempertanyakan panjangnya antrean sejak harga BBM naik.
"Kenapa BBM naik, malah antrean semakin panjang, meresahkan," ujarnya kepada TribunnewsSultra.com.
Baca juga: Harga LPG di Kendari Sulawesi Tenggara Terpantau Stabil, Bright Gas 5,5 Kg Dibanderol Rp107 Ribu
Ia mengaku bahkan pernah datang mengantre lebih cepat sekiranya pukul 07.00 Wita, tetapi tetap saja antrean di SPBU Baruga sudah panjang.
Kimang mengaku kesal lantaran setiap kali mengantre, dirinya selalu melihat banyak motor Thunder tua turut mengantre, padahal sebelum fenomena ini terjadi, sangat jarang motor Thunder ikut mengantre.
Ia bahkan mempertanyakan antrean mobil di SPBU saat ini yang hampir menyerupai panjangnya antrean Solar.
Seorang warga lainnya, Ahlun yang juga pengemudi atau driver ojek online mengatakan dirinya lebih memilih mengisi BBM jenis Pertalite karena lebih terjangkau.
Menurutnya, pemikiran serupa pasti lebih banyak dipilih oleh masyarakat, sehingga antrean untuk Pertalite lebih didominasi ketimbang jenis BBM lainnya.
Baca juga: Antrean Mengular di Sejumlah SPBU Kota Kendari Sultra, Pengendara Sebut Makin Susah Dapat BBM
"BBM lain susah dijangkau (harga mahal), ngapain ngantre panjang-panjang jika BBM lain bisa dijangkau, mending Pertalite. Pertamax terlalu jauh harganya, jadi ekonomi ke bawah pasti ke Pertalite," jelasnya.
Selain karena harga, menurutnya antrean panjang juga disebabkan oleh para pengecer atau penjual bensin eceran yang ikut mengantre dengan menggunakan motor Thunder tua.
Namun, ia tidak menyalahkan sepenuhnya para pengecer, lantaran pengecer juga mencari penghidupan dari menjual bensin eceran.
Sehingga, ia berharap pemerintah bisa mengatur atau mengeluarkan kebijakan yang lebih relevan dan masuk akal untuk diterapkan.
Kata dia, mulai dari pihak Pertamina yang harus membatasi pembelian BBM hanya satu kali dalam sehari, agar tidak ada yang mengantre dua kali sehingga semua bisa kebagian.
Baca juga: Harga Bahan Pokok di Kendari Masih Normal Usai BBM Naik, Dinas Perdagangan Bakal Rutin Sidak Pasar
Selain itu, pemerintah mengeluarkan aturan terkait jenis kendaraan yang dapat menggunakan BBM Pertalite.
"Karena sejauh ini belum ada regulasi khusus yang membatasi penerima Pertalite subsidi, mulai dari jenis kendaraan atau CC kendaraan," ujarnya.
"Harusnya Pertalite sampai kepada mereka yang layak menerima subsidi. Untuk antrean mobil saja banyak yang mobil mewah, padahal mereka tidak pantas gunakan yang subsidi," jelasnya.
Kemudian, Ahlun meminta agar harga BBM eceran bisa diatur harga jualnya agar seragam dan tidak terlalu banyak mengambil keuntungan sehingga tidak memberatkan para pengguna BBM.
"Ya, barangkali harga eceran juga harus diatur pecahannya. Lagi-lagi regulasi pemerintah terhadap itu," ujarnya.
Baca juga: Mahasiswa Kembali Bajak Truk Kontainer Saat Demonstrasi Tolak Kenaikan Harga BBM di Kendari Sultra
Menurutnya, harusnya pihak kepolisian juga ikut berperan melakukan razia di SPBU, untuk menyeleksi motor yang tidak memiliki STNK agar tidak bisa mengantre BBM. (*)
(TribunnewsSultra.com/Amelda Devi Indriyani)