Hari Kemerdekaan
Cerita Penjahit Pakaian Adat Dolomani Dipakai Presiden Jokowi, Baju Sultan Buton Dijahit 2 Hari
Cerita penjahit pakaian adat Dolomani yang dipakai Presiden Jokowi pada upacara Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 2022 di Istana Negara.
Penulis: La Ode Muh Abiddin | Editor: Aqsa
TRIBUNNEWSSULTRA.COM, BAUBAU - Cerita penjahit pakaian adat Dolomani yang dipakai Presiden Jokowi pada upacara Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 2022 di Istana Negara.
Dolomani adalah baju adat yang berasal dari Kepulauan Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).
Busana adat yang kerap dipergunakan Sultan Buton pada acara resmi kesultanan tersebut dijahit hanya dalam tempo 2 hari.
Penjahit busana adat Dolomani tersebut adalah sosok bernama Husein, pemilik Sampaga Taylor di Kelurahan Tomba, Kecamatan Wolio, Kota Baubau, Provinsi Sultra.
“Proses pembuatannya dikerjakan hingga selesai selama dua hari mengingat baju itu harus dikirim ke Jakarta pada Sabtu 13 Agustus 2022,” katanya ditemui TribunnewsSultra.com beberapa hari lalu.
Baca juga: Pakaian Adat Dipakai Presiden Jokowi Berasal dari Sulawesi Tenggara, Baju Dolomani Asal Buton
Pembuatan pakaian adat Kesultanan Buton ini membutuhkan proses yang luar biasa karena waktu pemesanan sangat singkat.
Baju adat Dolomani yang dijahitnya mirip yang digunakan Sultan Buton ke-35 Muhammad Ali pada masa tahun 1918-1921.
“Jadi yang saya buat ini, sama seperti pakaiannya Sultan yang dahulu. Hanya saja ada sedikit modifikasi karena bahannya tentu berbeda,” jelasnya.
Awalnya Husein menerima pesanan baju adat Dolomani tersebut dari istri Wali Kota Baubau, Wa Ode Nursanti Monianse, pada Kamis 11 Agustus 2022.
Selanjutnya, pakaian adat tersebut dikerjakan hingga selesai pada Sabtu (13/08/2022) dan selanjutnya dikirim ke Jakarta.
Husein mengaku tidak menyangka mendapat pesanan baju adat Sultan Buton untuk orang nomor satu di negeri ini.
“Perasaan saya senang sekali dan tidak menyangka karena bisa mengerjakan pakaian untuk RI 1,” jelasnya.
Wa Ode Nursanti Monianse, mengatakan, saat itu Sekretaris Daerah (Sekda) Sultra mengabari dirinya untuk membuat pakaian adat Kesultanan Buton untuk dipakai Presiden Jokowi dalam Upacara Hari Kemerdekaan RI.
Baju adat yang dikirim ke Istana Negara untuk dikenakan orang nomor satu di Indonesia ini disebut pakaian adat Dolomani.
Dia menjelaskan, pakaian adat Dolomani merupakan salah satu pakaian kebesaran Sultan Buton saat menghadiri upacara-upacara resmi di Kesultanan Buton.
Baca juga: Mengenal Pakaian Adat Dolomani dari Buton Sulawesi Tenggara Dipakai Presiden Jokowi di HUT RI 2022?
“Tentunya pakaian adat Kesultanan Buton yang sudah kami kirim ke Istana Negara itu memiliki makna filosofis,” jelas Nursanti saat ditemui TribunnewsSultra.com, Senin (15/8/2022).
Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah atau Dekranasda Kota Baubau tersebut menyebutkan pakaian adat Sultan Buton Dolomani terdiri mulai dari baju, celana, sarung, dan kopiah.
“Jadi pakaian adatnya sudah sampai di Jakarta dan telah dibawa ke Istana Negara,” jelasnya.
Ia menuturkan pakaian adat yang dikirim ke Istana Negara dipesan dan dijahit secara langsung oleh penjahit yang ada di Kota Baubau, Sultra.
Nursanti menerangkan, pakaian adat tersebut berwarna merah sesuai permintaan secara langsung Istana Negara.

"Kalau kita di Buton biasanya berwarna hitam. Namun, sesuai permintaannya pakaian berwarna merah," jelasnya.
Ketua PKK Kota Baubau ini menambahkan, untuk tahun ini giliran pakaian adat Provinsi Sultra untuk digunakan Presiden Jokowi saat mengikuti upacara HUT RI ke-77.
“Jadi bukan hanya pakaian adat dari Pemkot Baubau, melainkan ada juga pakaian adat dari Kota Kendari,” ujarnya.
Wa Ode Nursanti Monianse berharap, pakaian adat yang akan dipakai oleh Presiden Jokowi adalah baju Dolomani dari Kota Baubau.
Baca juga: Sosok Penjahit Baju Adat Buton Dolomani untuk Dikenakan Presiden Jokowi pada Upacara HUT RI ke-77
Sebelumnya, Pemprov Sultra menyediakan dua pakaian adat untuk dipilih Presiden Jokowi pada upacara HUT RI ke-77.
Dua baju adat yang disiapkan yaitu Pakaian Adat Tolaki dari Konawe dan busana adat Kesultanan Buton.
Sekretaris Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Tenggara, Herawati Muchlisi, mengatakan, pemprov membawa pakaian adat tersebut, setelah pihak Istana menerima perintah Jokowi akan menggunakan baju itu di upacara kemerdekaan.
Pihak istana juga menunjukan baju yang diminta Jokowi sebelum benar benar dikenakan pada upacara pengibaran sang saka merah putih di Istana Negara.
Herawati menjelaskan, pakaian adat tersebut dirancang oleh penjahit asal Binongko Wakatobi, yang membuka usaha jahit busana Sampaga Taylor di Kota Baubau.
Baca juga: Makna Filosofis Baju Adat Kesultanan Buton Dolomani, Bakal Dikenakan Presiden Jokowi HUT RI ke-77
“Penjahitnya itu diberi waktu dua hari menjahit sebelum pemprov membawa ke Istana negara,” jelasnya.
Sebelumnya, Ketua Dekranasra Baubau, Wa Ode Nursanti Monianse, menyebut pakaian adat Buton untuk Presiden Jokowi didominasi warna merah dengan motif silver.
Kopiah dan celana juga berwarna merah.
Sementara dalaman pakaian adat itu juga berwarna putih.
Pakaian kesultanan Buton ini dikenakan dengan menggunakan kris dengan gagangnya dibalut warna silver.
Makna Filosofi Dolomani
Dolomani merupakan salah satu pakaian kebesaran Sultan saat menghadiri upacara-upacara resmi kesultanan.
Pakaian ini dihiasi dengan sulaman benang emas atau perak, dimana pada pinggiran baju dan kerah baju dihiasi dengan sulaman bermotif bunga rongo.
Selain itu pada sisi kanan dan kiri baju juga dilengkapi dengan sulamam randa yang berupa ornament ake.
Begitu pula pada sisi kanan dan kiri celana dolomani yang membentuk strip dari atas ke bawah dihiasi dengan dengan sulaman bermotif bunga rongo pula.
Pada kopiah sepanjang pinggiran bawah dihiasi dengan motif bakena uwa, pada bagian atas kopiah dihiasi dengan bunga kambamanuru dan pada bagian depan dihiasi dengan kaligrafi dalam bahasa arab berbunyi “MAULANA” yang berarti pemimpin umat.
Adapun beberapa motif yang disulam dengan benang emas atau perak menujukan kebesaran dan keagungan yang dimiliki pemimpin akan berkilauan menerangi seantero negeri.
Sulur bunga menghiasi baju dan celana dolomani yang berupa bunga rongo menunjukkan tumbuhan menjalar dari tanah ke pepohonan yang tinggi lalu menjalar kembali ke bawah.
Hal ini bermakna bahwa seorang pemimpin yang menjejaki karir dari bawah ke atas suatu saat akan kembali ke bawah lagi karena jabatan adalah amanah dan pada suatu saat kekuasaan atas jabatan itu akan berakhir pula.
Sulaman randa yang bermotif ake pada pada sisi kanan dan kiri baju menggambarkan dua ekor burung yang satu memandang ke kiri dan satunya ke kanan
Makna filosofis ini yaitu seorang pemimpin senantiasa waspada terhadap bahaya yang mengancam negeri dari manapun datangnya.
Kopiah dolomani yang dihiasi dengan ornament bakena uwa, dimana bakena uwa adalah merupakan buah dari tumbuhan yang sangat indah untuk dipandang namun ketika menyentuhnya akan memimbulkan sensasi gatal.
Hal ini menujukkan negeri yang indah nan elok yang hendak dikuasai musuh wajib kiranya seorang pemimpin bersama-sama rakyatnya harus melakukan perlawanan.
Pada bagian depan kopiah dolomani yang disulam dengan kaligrafi “MAULANA” menunjukan pemimpin itu adalah sebenar-benarnya pemimpin yang harus melekat sifat-sifat
kepemimpinan yang mengutamakan kepentingan rakyat bukan kepentingan peribadi.
Pada bagian atas kopiah dolomani terdapat sulaman kamba manuru yang merupakan nama bunga yang dalam bahasa setempat (Wolio),.
“kamba” berarti bunga dan “manuru” berarti “sejahtera” yang mengandung filosofi bahwa seorang pemimpin memiliki tugas utama untuk mensejahterakan rakyatnya.(*)
(TribunnewsSultra.com/La Ode Muh Abiddin/Laode Ari)