Berita Sulawesi Tenggara
Makna Kurban Idul Adha Bagi Ketua PWNU Sultra dan Kisah Ritual Aneh Pengurbanan Gadis Cantik
Ketua PWNU Sultra tersebut menguraikan kisah kurban dalam Idul Adha dengan ritual pengurbanan gadis cantik sebelum datang Nabi Ibrahim.
Penulis: Muh Ridwan Kadir | Editor: Risno Mawandili
TRIBUNNEWSSULTRA.COM,KENDARI - Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sulawesi Tenggara (Sultra), KH Muslim, berbagi makna kurban dalam hari raya Idul Adha.
Kepada TribunnewsSultra.com, Ketua PWNU Sultra tersebut menguraikan dengan mengisahkan ritual aneh pengurbanan gadis cantik sebelum datang Nabi Ibrahim.
Selain itu, ada juga pengurbanan bayi-bayi manusia dan pemuka agama.
Baca juga: Pelaksanaan Salat Idul Adha di Masjid Al Alam Kendari, Kakanwil Kemenag Sultra Isi Khutbah
Pemerintah telah menetapkan bahwa hari Idul Adha 1443 Hijriah jatuh pada Minggu (9/7/2022).
Menyambut hari raya kuban ini, umat muslim di Indonesia bersukacita.
Tak anyal masyarakat berlomba-lomba untuk menyembelih hewan kurban.
Diketahui, menyembelih hewan kurban merupakan salah satu ritual penting dalam hari raya Idul Adha.
Pelaksanaannya sendiri dilakukan pada Hari Nahar karena merupakan amalan paling mulia.
Amalan mulaiah lainnya adalah Hari Tasyrik pada 11-13 Dzulhijah.
Ketua PWNU Sultra KH Muslim menjelaskan, kurban dalam bahasa Arab berarti Qurban yang berarti dekat.
Baca juga: Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi Dijadwalkan Salat Idul Adha di Masjid Raya Al Kautsar Kendari
Secara tegas, ia mengatakan, kurban adalah upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT.
"Berkurban itu merupakan Taqarrub Ilallah, artinya seorang muslim yang berkurban adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, menyembelih hewan pada Idul Adha merupakan suatu ritual," tuturnya saat di temui di Kendari, Sabtu (9/7/2022).
Kurban Sebelum Nabi Ibrahim
Ritual kurban sudah ada jauh sebelum Nabi Ibrahim mendapatkan wahyu untuk menyembeli anaknya, Nabi Ismail.
Ketua PWNU Sultra KH Muslim tak membantah bahwa penyembelihan hewan merupakan suatu ritual, namun pelaksanaannya mengandung berbagai makna.
Di antara maknanya adalah untuk menjalin sosialisasi, solidaritas, dan kesetia kawanan kepada masyarakat atau sesama umat muslim.
Ia mengatakan, membagikan daging kurban kepada mereka yang membutuhkan (kaum duafa) dapat menyambung silaturahmi kesesama.
Meskipun demikian, ada makna yang lebih dalam lagi daripada sekadar hal sebelumnya.
Baca juga: Resep Viral TikTok Risol Mayo Jajanan Favorit dengan Isian Daging Sapi, Telur Rebus, hingga Mayones
"Syariat kurban yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim mempunyai makna penting yang terkandung di dalamnya," ungkapnya.
KH Muslim menuturkan, ketika Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim menyembelih Ismail, kemudian secara ajaib diganti dengan hewan, mengandung makna bahwa tidak boleh mengorbankan manusia.
Ia menjelaskan, jauh sebelum peristiwa penting itu, orang di Mesir pada tiap tahunnya berkurban dengan gadis cantik.
Adapun di Irak yang dikurbankan adalah bayi-bayi manusia.
Sementara itu, di Eropa Utara, ada suku viking yang bahkan mengurbankan pemuka agamanya.
"Sehingga dalam peristiwa Nabi Ibrahim tersebut didapat makna bahwa nilai-nilai manusia harus dipertahankan justru yag dikurbankan adalah nilai hewan (dalam bahasa kasarnya) adalah nilai kebinatangan yang ada dalam diri manusia," paparnya.
Keistimewaan Menyembelih Hewan Kurban
Seorang muslim dermawan yang rela menyisihkan hartanya untuk menyembelih hewan kurban akan mendapatkan balasan kebaikan dari Allah SWT.
Itulah yang merupakan keistimewaan orang yang menyembelih hewan kurban.
Baca juga: Doa Menyembelih Hewan Kurban Idul Adha Paling Sempurna, Diawali Basmalah, Shalawat, Takbir, Bacaan
Baca juga: 10 Tempat Wisata di Kendari Sulawesi Tenggara yang Bisa Dikunjungi Saat Libur Lebaran Idul Adha
Sebaliknya, seseorang dermawan namun tak berkurban, juga akan mendapatkan ganjarannya.
Ada hadist yang mempertegas hal ini.
"Barang siapa mampu berkurban dan ia tidak melaksanakannya, maka janganlah ia menghadiri tempat shalat kami". (HR. Al-Baihaqi).
"Artinya, Rasulullah SAW tidak menyukai orang yang mampu berkurban tapi tidak melaksanakannya, lalu datang salat berjemaah bersamanya," ujar KH Muslim menjelaskan.
Lanjutnya, bahkan ada hadist yang lebih ekstrim lagi, "Barang siapa yang mempunyai kelapangan rezeki tetapi tidak mau berkurban, maka ia akan mati dalam keadaan Yahudi atau Nasrani,".
Karenanya, KH Muslim menyarankan kepada kaum muslim yang mempunyai gaji atau pendapatan lebih, agar dapat menyisihkan hartanya selama setahun untuk berkurban. (*)
(TribunnewsSultra.com/Muh Ridwan Kadir)