Vladimir Putin Pecat Ratusan Tentara Rusia yang Tolak Tugas Resmi untuk Perang di Ukraina
Presiden Rusia Vladimir Putin memecat sebanyak 115 tentaranya yang tidak mau ditugaskan untuk berperang melawan pasukan militer Ukraina.
Penulis: Nina Yuniar | Editor: Ifa Nabila
TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin memecat ratusan tentaranya yang menolak untuk diterjunkan ke medan perang di Ukraina.
Lebih dari 100 penjaga nasional Rusia telah dipecat karena tak mau ditugaskan untuk berperang di Ukraina.
Hal itu ditunjukkan oleh dokumen pengadilan dalam apa yang tampaknya menjadi indikasi paling jelas tentang perbedaan pendapat di antara beberapa bagian pasukan keamanan atas invasi Moskow ke Ukraina.
Dilansir TribunnewsSultra.com dari The Guardian, kasus dipecatnya 115 pengawal nasional yang juga dikenal sebagai pasukan Rosgvardia ini terungkap pada Rabu (25/5/2022) lalu.
Baca juga: Update Perang Rusia Vs Ukraina Hari Ke-94: Putin Targetkan Menang dan Rebut Kyiv pada Akhir Tahun
Yakni setelah pengadilan lokal Rusia menolak gugatan kolektif mereka yang menentang pemecatan mereka sebelumnya.
Menurut keputusan pengadilan, yang diterbitkan di situs webnya, gugatan itu dibatalkan setelah hakim memutuskan bahwa para tentara telah dipecat secara sah.
Karena "menolak melakukan tugas resmi" untuk berperang di Ukraina dan sebagai gantinya kembali ke stasiun tugas.
Banding berlangsung di Nalchik, Ibu Kota Kabardino-Balkarian di Kaukasus Rusia, tempat unit itu bermarkas.
Baca juga: Update Perang Rusia Vs Ukraina Hari Ke-93: Serangan di Kharkiv hingga Kyiv Akui Pasukan Putin Unggul
Andrei Sabinin, pengacara yang mewakili 115 tentara Rusia tersebut, mengatakan keputusan pengadilan itu “sangat cepat” mengingat rumitnya kasus tersebut.
“Saya meragukan keadilan proses secara keseluruhan karena klien saya ditolak untuk memanggil saksi tertentu dan beberapa dokumen ditolak oleh pengadilan.” ungkap Sabinin seperti dilansir dari The Guardian pada Sabtu (28/5/2022).
Menurut Sabinin, komandan unit Rosgvardia menawarkan opsi kepada tentara untuk tidak berperang dan pemecatan mereka adalah ilegal.
Dokumen yang diperoleh Guardian pada Jumat (27/5/2022) dari kasus pidana terpisah terhadap seorang jurnalis Siberia lebih lanjut mengungkapkan peran Rosgvardia di Ukraina.
Baca juga: Update Perang Rusia Vs Ukraina Hari Ke-92: Zelenskyy Tolak Beri Putin Wilayah sebagai Imbalan Damai
Dalam satu kesaksian, seorang tentara Roskgvardia mengatakan kepada pengadilan bahwa komandannya menginstruksikan unitnya tiga hari sebelum invasi bahwa mereka akan dikirim ke Ukraina untuk "patroli jalan-jalan dan persimpangan Kyiv".
“Komandan menjelaskan bahwa semua karyawan garda nasional dan angkatan bersenjata Rusia diberi tugas khusus selama operasi khusus di Ukraina." kata kesaksian yang dilihat oleh The Guardian.
"Tugas detasemen kami dan semua detasemen lain yang ditempatkan bersama kami adalah menjaga jalan-jalan dan persimpangan Kyiv," lanjutnya.
Namun terlepas dari serangkaian keberhasilan militer Rusia baru-baru ini di Donbas, Kremlin minggu ini dihadapkan dengan dua insiden perbedaan pendapat publik yang jarang terjadi dari pejabat Rusia.
Baca juga: Gawat, Invasi Ukraina oleh Rusia Disebut Bisa Awali Perang Dunia Ketiga dan Peradaban akan Berakhir
Pada Rabu (25/5/2022), Boris Bondarev, diplomat Rusia untuk PBB di Jenewa, mengecam perang di Ukraina ini.
Bondarev mengatakan bahwa dia “malu” dengan negaranya, Rusia dan menyebut invasi Putin di Ukraina itu sebagai “bencana.”
Kemudian pada Jumat (27/5/2022), dua anggota parlemen komunis dari Khabarovsky Krai di timur jauh Siberia mendesak Putin untuk mengakhiri konflik bersenjata di Ukraina.
Baca juga: Perang Tak Kunjung Selesai, Rusia Kini Waspadai Ancaman Nuklir dari Ukraina, Sebut AS Terlibat
“Jika negara kita tidak menghentikan operasi militer maka akan ada lebih banyak anak yatim di negara kita,” kata Anggota Parlemen Leonid Vasyukevich.
“Selama operasi militer, orang menjadi cacat. Ini adalah orang-orang muda yang bisa sangat berguna bagi negara kita,” tambahnya.
“Kami menuntut penarikan segera pasukan Rusia.” tegas Vasyukevich.
(TribunnewsSultra.com/Nina Yuniar)