Niat Puasa Qadha, Juga Tata Cara Bayar Utang Puasa Ramadhan, Berikut Penjelasan Mengqadha Puasa
Berikut bacaan niat Puasa Qadha atau mengganti Puasa Ramadhan. Simak juga penjelasan mengqadha puasa untuk membayar utang puasa Ramadhan.
TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Berikut bacaan niat Puasa Qadha atau mengganti Puasa Ramadhan. Simak juga penjelasan mengqadha puasa untuk membayar utang puasa Ramadhan.
Tak semua umat muslim mampu menunaikan Puasa Ramadan secara penuh.
Tentunya dengan berbagai alasan, mulai dari halangan tertentu hingga kelalaina pribadi.
Lalu apakah apa hukum bila tak mampu menunaikan ibadah Puasa Ramadan yang wajib dilaksanakan?
Dalam agama Islam, meninggalkan kewajiban berarti telah berbuat dosa.
Baca juga: TPPS Dibentuk hingga Tingkat Desa dan Kelurahan untuk Turunkan Angka Stunting di Konawe Sultra
Akan tetapi, Allah SWT selalu memberikan jalan pengampunan kepada umat Nabi Muhammad SAW, begitu pula dengan kelalaian menunaikan Puasa Ramadhan.
Utang Puasa Ramadhan dapat digantikan dengan melaksanakan mengqadha puasa.
Atau dengan kata lain, membayar utang puasa Ramadhan.
Adapun membayar puasa Ramadhan ini dapat dilaksanakan sebelum datang bulan suci Ramadhan berikutnya.
Selain itu, mengqhada Puasa Ramadhan juga memiliki bacaan niat tersendiri.

Berikui bacaan niat Puasa Qadha untuk mengganti Puasa Ramadhan.
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’in fardho syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: “Aku berniat untuk mengqadha puasa Bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT.”
Simak juga bacaan niat berbuka puasanya.
اَللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ
Allahumma Lakasumtu Wabika Aamantu Wa'Alaa Rizqika Afthortu Birohmatika Yaa Arhamar Roohimiin.
Baca juga: Lowongan Kerja Kendari, Pandan Sari Buka Loker Admin Finance, Staff Gudang, Pramuniaga Toko, Syarat
Artinya : "Ya Allah karenaMu aku berpuasa, dengan Mu aku beriman, kepadaMu aku berserah dan dengan rezekiMu aku berbuka (puasa), dengan rahmat MU, Ya Allah Tuhan Maha Pengasih".
Landasan Hukum
Mengqadha puasa untuk membayar utang puasa Ramadhan memiliki landasan hukum.
Dalam kitab suci Alquran, Allah SWT berfirman:
"Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan, maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain." (QS. Al-Baqarah ayat 184).
Baca juga: Seimbangkan Kadar Gula Darah hingga Perbaiki Mood, Simak 3 Manfaat Sehat Daun Kelor
Dosen Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta, Shidiq MAg, mengatakan lewat tayangan Tanya Ustaz Tribunnews.com, bahwa hukumnya wajib mengganti puasa atau membayar puasa di hari lain setelah Ramadhan.
Qadha atau membayar puasa berlaku bagi orang yang sanggup berpuasa, namun terhambat karena halangan-halangan tertentu atau uzur.
Misalnya, sedang melakukan perjalanan jauh atau dalam keadaan sakit.

Qadha juga berlaku bagi orang yang sanggup berpuasa namun dilarang untuk menjalankan puasa, yaitu orang yang sedang menstruasi dan sedang nifas.
Dalam Al-Quran, golongan-golongan tersebut diberi keringanan-keringanan untuk tidak berpuasa, tetapi dituntut untuk meng-qadha di hari lain.
Membayar puasa Ramadan dianjurkan sesegera mungkin.
Mengqadha Harus Berurutan?
Pada umumnya, mengqadha puasa dilakukan secara berurutan, hari ke hari tampa putus.
Baca juga: Berikut Jadwal, Cara Daftar dan Biaya Tes Masuk di IAIN Kendari Sulawesi Tenggara
Namun, dalam Islam juga diperbolehkan membayar utang tidak bisa secara berurutan karena alasan tertentu.
Yang terpenting, membayar puasa dilakukan sebelum bulan Ramadan berikutnya.
Membayar puasa juga juga diperbolehkan menjelang bulan Ramadan.
Lantas, bagaimana jika belum sempat membayar puasa hingga bulan Ramadan berikutnya?
Ada beberapa pendapat dari para ulama, Shidiq mengatakan bahwa orang tersebut tetap boleh menjalankan ibadah puasa Ramadan, namun dia harus segara membayar utangnya setelah bulan Ramadan tersebut selesai.
Jika ada unsur kelalaian, maka selain mengqadha, orang tersebut dituntut untuk membayar fidyah.
Fidyah ini adalah kegiatan memberi makanan fakir miskin sebesar biaya makan dan minum yang dikalikan dengan jumlah hari orang yang bersangkutan ketika tak melaksanakan puasanya.
Fidyah ini juga berlaku bagi orang yang tidak sanggup berpuasa. (*/Tribun-Medan.com)