Kisah Iskandar WNI di Ukraina asal Binjai Penyintas Perang Rusia: 3 Minggu Sembunyi di Bunker
Kisah mengharukan dari WNI yang berhasil meloloskan diri dari invasi Rusia di Ukraina setelah berjuang dan bertahan dari situasi mencekam.
Penulis: Nina Yuniar | Editor: Wahid Nurdin
TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Seorang pria asal Kota Binjai, Sumatera Utara (Sumut) bernama Iskandar (46) menceritakan kisahnya di Ukraina saat meloloskan diri dari serangan invasi pasukan Rusia.
Iskandar merupakan pekerja pabrik Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Chernihiv, kota yang terletak di Ukraina bagian utara.
Mendapati dirinya terjebak di tengah invasi Rusia di Ukraina, Iskandar mengira dia memiliki peluang 10 persen untuk bertahan hidup.
“Saya hanya memiliki sedikit harapan bahwa saya akan hidup, dari garis antara hidup dan mati,” ungkap Iskandar saat ditemui di Binjai seperti dilansir TribunnewsSultra.com dari Al Jazeera pada Rabu (11/5/2022).
Baca juga: Saat Ukraina Berhasil Pukul Mundur Pasukan Rusia dari Kharkiv Disebut Tanda Fase Baru Perang
Berdasarkan pengakuan pria yang merantau ke Ukraina sejak tahun 2017 itu, ia pertama kali mengetahui perang Rusia yang dimulai pada Kamis, 24 Februari 2022 pagi saat menonton tayangan di YouTube.

Yakni ketika Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan "operasi militer khusus" untuk "demiliterisasi dan de-Nazifikasi" Ukraina.
“Hampir segera setelah video selesai, penembakan dimulai,” jeas Iskandar.
Lebih lanjut Iskandar bercerita bahwa ada sembilan pekerja Indonesia pabrik, dua rekan dari Nepal, dan seluruh staf Ukraina berkumpul di lantai pabrik, bertanya-tanya apa yang harus mereka lakukan.
Baca juga: Putin saat Pidato Victory Day 9 Mei: Samakan Invasi Rusia di Ukraina dengan Perang Dunia II
“Semua orang pucat dan tekanannya bisa dirasakan. Aku bahkan tidak bisa tersenyum, dan kami mulai panik. Bos kami menyuruh kami mematikan mesin. Kami hanya meringkuk di sana dan mendengarkan suara roket yang terbang di atas kepala,” kata ayah empat anak itu kepada Al Jazeera.
Iskandar dan para pekerja pabrik lantas terperangkap dalam apa yang kemudian dikenal sebagai 'Pengepungan Chernihiv'.
Untuk diketahui, secara strategis penting, Kota Chernihiv terletak di utara Ibu Kota Ukraina, Kyiv, serta dekat dengan perbatasan Belarusia dan Rusia.
Tak sendirian, rupanya putra Iskandar yakni Aris Wahyudi (23) juga ikut bersamanya di Ukraina.
Baca juga: Update Hari Ke-76 Invasi di Ukraina: Rudal Rusia Hantam Odesa saat Dikunjungi Ketua Komisi Eropa
Iskandar mengatakan bahwa di antara WNI dalam rombongannya ialah yang berusia lebih tua.
Maka dari itu, semua orang bertanya kepadanya mengenai rencana atau langkah yang diambil untuk menyelamatkan diri dari invasi Rusia di Ukraina ini.
“Semua orang di tim Indonesia berusia dua puluhan kecuali saya,” sebut Iskandar.
“Mereka mencari saya untuk jawaban tentang apa yang harus dilakukan, dan saya tidak tahu harus berkata apa kepada mereka. Beberapa dari mereka bahkan tidak bisa berbicara, mereka sangat ketakutan.” paparnya.
Baca juga: Pidato Victory Day Vladimir Putin di Rusia Tak Beri Petunjuk tentang Eskalasi Perang Ukraina
Iskandar dan tim yang biasa membuat tas belanja dan sarung tangan plastik di pabrik tempatnya bekerja pun ternyata mampu memanfaatkan infrastruktur bersejarah pabrik tersebut.
Setiap hari ketika Iskandar berjalan di halaman pabrik, ia memperhatikan sebuah bangunan kecil yang dia duga adalah toilet luar yang tidak terpakai.
Ternyata, bangunan itu menyembunyikan rahasia.
Yakni pintu masuk ke bunker bawah tanah dan labirin terowongan di bawah lantai pabrik.
Baca juga: Intelijen AS: Putin Bersiap Perpanjang Invasi Ukraina dan Masih Berniat Capai Tujuan di Luar Donbas
Rencana Melarikan Diri

Sebagai informasi, selama Perang Dunia II, Chernihiv berada di bawah pendudukan Jerman mulai tahun 1941 hingga 1943.
Chernihiv juga merupakan lokasi penjara Nazi Jerman.
Bunker bawah tanah itu berasal dari masa pendudukan, dan tempat rahasia itulah yang digunakan Iskandar dan rekan-rekannya untuk bersembunyi dari serangan roket Rusia.
Baca juga: Rusia Gelar Perayaan Hari Kemenangan 9 Mei di Tengah Kecaman Ukraina atas Pengeboman Sekolah
Iskandar pun menceritakan kondisi saat ia bertahan dan bersembunyi di bunker tersebut.
“Suhu saat itu -5 derajat celcius di bawah tanah dan kami semua masing-masing mengenakan tiga mantel dan topi,” ucap Iskandar.
“Kami tidur di atas palet kayu yang telah kami buat menjadi tempat tidur dan makan buah dan roti. Kami memiliki satu pemanas kecil tetapi hampir tidak menghangatkan kami.” lanjutnya.
Pada hari keempat di bawah tanah, sekelompok pasukan Ukraina tiba untuk beristirahat dan memulihkan diri di bunker yang ditemukan Iskandar.
Baca juga: Momen PM Kanada Sebut Rusia Lakukan Kejahatan Perang saat Istri Joe Biden Kunjungi Ukraina
Pasukan Ukraina itu diketahui juga membawa sebuah van yang berisi mayat rekan-rekan mereka yang gugur akibat perang Rusia ini.
"Saya bisa melihat kaki salah satu tentara yang tewas mencuat dari van ketika mereka membuka pintu," beber Iskandar.
Mengetahui tempat berlindungnya dipenuhi tentara Ukraina, Iskandar pun memilih keluar dari bunker karena takut menjadi terget serangan pasukan Rusia.
“Kami memutuskan untuk bergerak di atas tanah lagi setelah itu. Karena semakin banyak tentara datang, saya pikir pabrik adalah tempat yang tidak aman untuk berlindung karena kami akan menjadi sasaran.” jelas Iskandar.
Baca juga: Update Hari Ke-75 Perang: Bom Rusia Tewaskan 60 Warga Ukraina yang Berlindung di Sekolah
Disebutkan Iskandar bahwa ia dan rekan-rekannya berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
“Suara bom sangat keras setiap hari. Tapi kami memiliki nasib baik tampaknya. Mungkin belum takdir kita untuk mati,” katanya.
Sementara Iskandar merenungkan nasibnya di Chernihiv, sang istri yakni Ayi Rodiah menunggu kabar suaminya dari Binjai.
“Tentu saja, saya terkejut ketika perang pecah dan suami saya terjebak di tengahnya,” ujar Ayi kepada Al Jazeera.
Baca juga: Kuatkan Posisi Ukraina di Medan Perang dan Perundingan, G7 Sebut Tindakan Putin Permalukan Rusia
“Tetapi saya berpikir bahwa jika saya khawatir tentang kematiannya, itu akan menjadi kenyataan, jadi saya hanya mencoba untuk berpikir positif.” sambung Ayi.
Sementara itu, Kedutaan Indonesia di Kyiv berusaha mati-matian untuk menyelamatkan WNI di Ukraina, tetapi rencana evakuasi berturut-turut berakhir dengan kegagalan.
Adapun Iskandar menjelaskan bahwa mereka akan menerima panggilan telepon dari seorang pejabat kedutaan yang menyuruh mereka bersiap-siap.
Namun, pada menit terakhir evakuasi dibatalkan karena masalah keamanan.
Baca juga: Rangkuman Hari Ke-74: Rusia Bom Sekolah di Luhansk Ukraina, Diduga Tewaskan 60 Orang
Suatu hari, mereka masuk ke sebuah van dan berkendara selama 15 menit di jalan, sebelum kembali.
Pada 17 Maret, tiga minggu setelah invasi dimulai, Iskandar akhirnya dapat melarikan diri dengan melakukan perjalanan darat dari Chernihiv ke Kyiv dengan van yang disewa oleh kedutaan.
Iskandar dan rombongan WNI kemudian ke kota timur Lviv dekat perbatasan Ukraina-Polandia.
Sore harinya, pabrik plastik tempat bekerja Iskandar pun sebagian hancur dan terbakar.
Baca juga: Update Hari Ke-74 Invasi Ukraina: Evakuasi Warga di Mariupol Selesai hingga Rudal Rusia Hantam Odesa
Hingga kemudian dari Lviv, Iskandar menyeberang ke Polandia, dan terbang dari Warsawa ke Jakarta melalui Doha.
Sebelum akhirnya Iskandar terbang ke Medan dan berkendara ke rumahnya di Binjai.

Selain bantuan dari Kedutaan Indonesia, Iskandar mengatakan bahwa dia berterima kasih kepada orang-orang Ukraina yang membantunya dalam perjalanannya, melindungi dan mengantarnya ke tempat yang aman.
Termasuk beberapa rekannya yang banyak di antaranya telah tinggal di Ukraina dan mengambil alih senjata dalam perang melawan tentara Rusia.
Baca juga: Rangkuman Hari Ke-73 Perang: Pentagon Bantah Bantu Ukraina Tenggelamkan Kapal Rusia
Iskandar pun mengaku tak biasa dan terharu melihat rekan-rekan kerjanya di pabrik memegang senjata membantu pasukan Ukraina melawan invasi Rusia.
“Sangat aneh melihat orang-orang yang dulu bekerja dengan saya memegang senjata,” ungkap Iskandar.
“Tapi mereka sangat baik padaku. Jika bukan karena orang-orang Ukraina, saya tidak akan pernah pulang.” lanjutnya.
(TribunnewsSultra.com/Nina Yuniar)