Zelenskyy Minta Barat Jatuhkan Sanksi terhadap Rusia Karena Gunakan Senjata Kimia di Ukraina
Volodymyr Zelenskyy pada Senin (11/4/2022) menyebut Rusia dapat menggunakan senjata kimia di Ukraina dan meminta Barat untuk menjatuhkan sanksi.
Penulis: Nina Yuniar | Editor: Wahid Nurdin
TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Perang antara negara bertetangga di Eropa, Rusia dan Ukraina belum menampakkan tanda-tanda akan berakhir.
Terbaru, pasukan Rusia disebut berpotensi menggunakan senjata kimia dalam melancarkan invasi di Ukraina.
Dilansir TribunnewsSultra.com dari Reuters, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Senin (11/4/2022) menyebut bahwa Rusia bisa saja menggunakan senjata kimia di Ukraina.
Zelenskyy lantas meminta Barat untuk menjatuhkan sanksi keras terhadap Rusia yang akan menghalangi pembicaraan tentang penggunaan senjata tersebut.
Baca juga: Ukraina Kembali Temukan Kuburan Massal Warga Sipil yang Diduga Jadi Korban Pasukan Rusia di Buzova
Pada hari ke-47 perang yakni Senin (11/4/2022) terdapat laporan yang belum dikonfirmasi terkait penggunaan senjata kimia di pelabuhan Mariupol, Ukraina selatan yang terkepung.
"Kami memperlakukan ini dengan sangat serius," ujar Zelenskiy dalam video pidato pada Senin (11/4/2022) malam waktu setempat.
Namun Zelenskyy tidak mengatakan bahwa senjata kimia telah digunakan.
"Saya ingin mengingatkan para pemimpin dunia bahwa kemungkinan penggunaan senjata kimia oleh militer Rusia telah dibahas. Dan pada saat itu, itu berarti bahwa perlu untuk bereaksi terhadap agresi Rusia dengan lebih keras dan lebih cepat." jelas Zelesnkyy.
Baca juga: UPDATE Hari Ke-47 Invasi Rusia di Ukraina: Putin Angkat Jenderal Perang Baru hingga Tambah Pasukan
Petro Andryushchenko, ajudan Wali Kota Mariupol melalui Telegram menyatakan bahwa tentang serangan senjata kimia ini belum dikonfirmasi.
Andryushchenko pun berharap untuk dapat memberikan perincian dan klarifikasi nanti.
Sementara itu, Sekretaris Pers Pentagon John Kirby mengatakan bahwa Amerika Serikat mengetahui laporan tersebut.
"Kami tidak dapat mengonfirmasi saat ini dan akan terus memantau situasi dengan cermat," ucap Kirby.
Baca juga: Rusia dan Ukraina Sepakat Lakukan Pertukaran Tahanan Perang dan Buka 9 Koridor Kemanusiaan
"Laporan-laporan ini, jika benar, sangat memprihatinkan dan mencerminkan kekhawatiran yang kami miliki tentang potensi Rusia untuk menggunakan berbagai agen pengendali kerusuhan, termasuk gas air mata yang dicampur dengan bahan kimia, di Ukraina." imbuhnya.
Adapun invasi Rusia yang dimulai sejak 24 Februari 2022 ini telah menewaskan ribuan orang dan membuat jutaan orang mengungsi.
Kini pasukan invasi Rusia juga telah bergeser dari gerbang Ibu kota Ukraina, Kyiv ke timur negara itu dengan serangan besar-besaran diperkirakan akan terjadi di sana.
Pada Senin (11/4/2022) Uni Eropa (UE) mengatakan bahwa lebih banyak sanksi terhadap Rusia adalah sebuah pilihan.
Baca juga: Ukraina: Serangan Roket Rusia di Stasiun Kramatorsk Tewaskan 50 Warga Sipil Termasuk Anak-anak
"Sudah waktunya untuk membuat paket (sanksi) ini sedemikian rupa sehingga kita tidak akan mendengar bahkan kata-kata tentang senjata pemusnah massal dari pihak Rusia," kata Zelenskiy.
"Embargo minyak terhadap Rusia adalah suatu keharusan. Setiap paket sanksi baru terhadap Rusia yang tidak mempengaruhi minyak akan diterima di Moskow dengan senyuman." sambungnya.
Dilansir TribunnewsSultra.com dari AA, pemerintah Inggris pada Senin (11/4/2022) juga memperingatkan kemungkinan penggunaan senjata kimia oleh pasukan Rusia di Kota pelabuhan Mariupol, Ukraina yang terkepung.
Setelah menganalisis operasi Rusia di wilayah timur Ukraina khususnya di Oblast Donetsk, Inggris menyuarakan keprihatinan atas kemungkinan penyebaran senjata kimia di Mariupol untuk menegakkan kemenangan Rusia.
Baca juga: Ukraina Tuding Rusia Gunakan Bom Fosfor untuk Serang Warga Sipil, Apa Itu Bom Fosfor?
Sebagaimana diketahui, di Oblast Donetsk merupakan wilayah di mana gas fosfor disebut telah digunakan oleh pasukan Rusia sebagai bagian dalam serangan ke Ukraina.
“Pasukan Rusia sebelumnya menggunakan amunisi fosfor di Oblast Donetsk meningkatkan kemungkinan pekerjaan masa depan mereka di Mariupol saat pertempuran untuk kota semakin intensif,” bunyi pernyataan Kementerian Pertahanan Inggris.
“Penembakan Rusia terus berlanjut di wilayah Donetsk dan Luhansk, dengan pasukan Ukraina memukul mundur beberapa serangan yang mengakibatkan penghancuran tank, kendaraan, dan peralatan artileri Rusia,” tambahnya.
Kementerian Pertahanan Inggris juga memperingatkan penggunaan bom terarah oleh Moskow yang sangat meningkatkan risiko warga sipil menjadi korban jiwa.
Baca juga: Eks Pemilik Chelsea Roman Abramovich Diduga Keracunan Senjata Kimia saat Perundingan Rusia-Ukraina
Seperti di Kota Kramatorsk, timur Ukraina pekan lalu yang mana ratusan warga sipil tewas dalam serangan roket di stasiun kereta api.
“Ketergantungan Rusia yang berkelanjutan pada bom terarah mengurangi kemampuan mereka untuk melakukan diskriminasi ketika menargetkan dan melakukan serangan sambil sangat meningkatkan risiko korban sipil lebih lanjut.” papar Kementerian Pertahanan Inggris.
Setidaknya 1.793 warga sipil telah tewas dan 2.439 terluka di Ukraina sejak Rusia menyatakan perang pada 24 Februari.
Data itu berdasarkan perkiraan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), dengan angka sebenarnya dikhawatirkan jauh lebih tinggi.
Menurut badan pengungsi PBB, lebih dari 4,5 juta orang Ukraina telah melarikan diri ke negara lain sejak Rusia menginvasi.
(TribunnewsSultra.com/Nina Yuniar)