Ukraina Sebut Puluhan Ribu Orang telah Tewas di Mariupol Akibat Invasi Rusia
Ukraina menyebutkan bahwa sebanyak puluhan ribu orang telah tewas akibat pelanggaran pasukan Rusia saat melancarkan invasi di Mariupol.
Penulis: Nina Yuniar | Editor: Wahid Nurdin
TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Ukraina melaporkan bahwa sebanyak puluhan ribu orang telah tewas akibat invasi di Mariupol.
Hingga kemudian Ukraina pun menuduh pasukan Rusia melakukan pelanggaran saat melancarkan invasi.
Adapun Mariupol merupakan kota di sebelah selatan Ukraina yang sejak invasi di mulai, wilayah tersebut dikepung oleh pasukan Rusia.
Dilansir TribunnewsSultra.com dari Reuters, Ukraina pada Senin (11/4/2022) mengatakan puluhan ribu orang kemungkinan telah tewas dalam serangan Rusia di kota tenggara Mariupol.
Baca juga: Ukraina Kembali Temukan Kuburan Massal Warga Sipil yang Diduga Jadi Korban Pasukan Rusia di Buzova
Sementara Ombudswoman hak-hak Ukraina menuduh pasukan Rusia di wilayah Mariupol itulah yang melakukan penyiksaan dan eksekusi.
Reuters telah mengkonfirmasi kehancuran yang meluas di Mariupol tetapi tidak dapat memverifikasi dugaan kejahatan atau perkiraan korban tewas di kota strategis itu.
Untuk diketahui, Mariupol terletak di antara Krimea yang dicaplok Rusia dan wilayah timur Ukraina yang dikuasai oleh separatis pro-Kremlin.
"Mariupol telah dihancurkan, ada puluhan ribu orang tewas, tetapi meskipun demikian, Rusia tidak menghentikan serangan mereka," ujar Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam pidato video kepada anggota parlemen Korea Selatan tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Baca juga: UPDATE Hari Ke-47 Invasi Rusia di Ukraina: Putin Angkat Jenderal Perang Baru hingga Tambah Pasukan
Jika dikonfirmasi, itu akan menjadi jumlah kematian terbesar sejauh ini yang dilaporkan di satu tempat di Ukraina.
Di mana kota-kota dan desa-desa di Ukraina telah dibombardir tanpa henti dan mayat-mayat, termasuk warga sipil, terlihat di jalan-jalan.
Sementara itu, Denis Pushilin selaku Kepala Republik Rakyat Donetsk yang memproklamirkan diri dengan dukungan Moskow, mengatakan kepada kantor berita Rusia, RIA pada Senin bahwa lebih dari 5.000 orang mungkin telah tewas di Mariupol.
Dia mengatakan pasukan Ukraina bertanggung jawab atas hal itu.
Baca juga: Rusia dan Ukraina Sepakat Lakukan Pertukaran Tahanan Perang dan Buka 9 Koridor Kemanusiaan
Sedangkan pada Senin (11/4/2022), Petro Andryushchenko seorang pembantu Wali Kota Mariupol menyatakan jumlah orang yang meninggalkan kota telah turun karena pasukan Rusia telah memperlambat pemeriksaan sebelum keberangkatan.
Andryushchenko menyebut sekitar 10.000 orang sedang menunggu pemeriksaan oleh pasukan Rusia.
Rusia tidak mengizinkan personel militer untuk pergi dengan pengungsi sipil.
Tidak ada komentar langsung dari Moskow, yang sebelumnya menyalahkan Ukraina karena menghalangi evakuasi.
Baca juga: Ukraina: Serangan Roket Rusia di Stasiun Kramatorsk Tewaskan 50 Warga Sipil Termasuk Anak-anak
Mengutip angka dari pemerintah Kota Mariupol, Ombudswoman HAM Ukraina Lyudmyla Denisova mengatakan 33.000 penduduk Mariupol telah dideportasi ke Rusia.
Ataupun ke wilayah yang dikuasai oleh separatis yang didukung Rusia di Ukraina timur.
"Para saksi melaporkan bahwa pasukan penjaga nasional Rusia dan unit 'Kadyrovite' (Chechnya) melakukan penangkapan ilegal, menyiksa tahanan dan mengeksekusi mereka karena sikap pro-Ukraina di Mariupol," kata Denisova dalam sebuah posting di Telegram.
Pemerintah Rusia tidak segera menanggapi permintaan komentar atas tuduhan penyiksaan tersebut.
Baca juga: Temui Zelenskyy, PM Inggris Boris Johnson Beri Ukraina Paket Bantuan Baru untuk Lawan Rusia
Sebelumnya, Rusia pada Minggu (10/4/2022) mengatakan bahwa mereka telah 'mengevakuasi' 723.000 orang dari Ukraina sejak dimulainya apa yang disebutnya sebagai 'operasi militer khusus' ini.
Moskow pun membantah menyerang warga sipil.
Penasihat Kementerian Dalam Negeri Ukraina Anton Geraschenko mengatakan dalam wawancara yang disiarkan televisi pada Senin bahwa 'orang-orang yang dideportasi' Ukraina ditampung di sanatoria dan kamp liburan yang dijaga.
"Orang-orang ini tidak diizinkan untuk bergerak bebas, atau memiliki akses gratis ke platform komunikasi untuk menghubungi kerabat mereka di Ukraina," sebut Geraschenko tanpa mengutip bukti langsung.
Baca juga: Hari Ke-46 Perang Rusia Vs Ukraina: Kunjungan Dadakan Boris Johnson hingga Koridor Kemanusiaan
Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk mengatakan kepada Reuters bahwa jumlah pos pemeriksaan di sepanjang koridor yang dikontrol Rusia antara Mariupol ke Kota Zaporizhzhia di Ukraina telah bertambah dari tiga menjadi 15.
Adapun Mariupol termasuk di antara sembilan koridor kemanusiaan yang disepakati dengan Rusia pada Senin (11/4/2022), kata Vereshchuk di Telegram.
Yakni untuk mengevakuasi orang-orang dari wilayah timur yang terkepung.
Tetapi koridor kemanusiaan ini hanya untuk mobil pribadi, karena tidak mungkin menyepakati penyediaan bus.
Ukraina mengatakan pasukan Rusia berkumpul untuk serangan baru di wilayah timur, termasuk Mariupol, di mana orang-orang tidak memiliki pasokan air, makanan dan energi selama berminggu-minggu.
(TribunnewsSultra.com/Nina Yuniar)