Ukraina: Serangan Roket Rusia di Stasiun Kramatorsk Tewaskan 50 Warga Sipil Termasuk Anak-anak
Serangan roket meluluhlantakkan sebuah stasiun kereta api di Ukraina timur yakni di Kota di Kramatorsk di Donetsk Oblast pada Jumat pagi (8/4/2022).
Penulis: Nina Yuniar | Editor: Ifa Nabila
TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Serangan roket meluluhlantakkan sebuah stasiun kereta api di Ukraina timur pada Jumat (8/4/2022).
Dilansir TribunnewsSultra.com ABC News, sedikitnya 50 orang termasuk lima anak-anak, tewas dalam serangan roket, kata pihak berwenang.
Dua roket Rusia menghantam stasiun di Kramatorsk di Donetsk Oblast pada Jumat pagi, menurut perusahaan kereta api milik negara Ukraina.
Yang dalam sebuah pernyataan melalui Facebook menyebut kejadaian itu sebagai serangan yang disengaja terhadap infrastruktur penumpang kereta api dan penduduk dari Kota Kramatorsk.
Baca juga: Hari Ke-46 Perang Rusia Vs Ukraina: Kunjungan Dadakan Boris Johnson hingga Koridor Kemanusiaan
Gubernur Oblast Donetsk, Pavlo Kyrylenko mengatakan 38 korban dari 50 orang tewas di tempat kejadian.
Sedangkan 12 korban lainnya meninggal di rumah sakit.
Adapun setidaknya 100 orang terluka akibat serangan ini, menurut gubernur.
Gambar grafis yang diberikan oleh pejabat Ukraina menunjukkan situasi setelah terjadinya serangan.
Di mana nampak mayat tergeletak di tanah di sebelah bagasi dan puing-puing yang berserakan, dengan kendaraan hangus diparkir di dekatnya.
Baca juga: Temui Zelenskyy, PM Inggris Boris Johnson Beri Ukraina Paket Bantuan Baru untuk Lawan Rusia
Sisa-sisa roket besar dengan tulisan 'untuk anak-anak kita' dalam bahasa Rusia yang dicat di samping juga terlihat di tanah di sebelah bangunan utama stasiun.

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan dalam sebuah pernyataan melalui Facebook bahwa rudal balistik jarak pendek Tochka-U digunakan dalam serangan Jumat (8/4/2022).
Sedangkan Rusia membantah terlibat dalam serangan itu.
Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengklaim keterlibatan pasukan Rusia telah dikesampingkan oleh Kementerian Pertahanan Rusia, berdasarkan jenis rudal yang digunakan yakni rudal balistik jarak pendek Tochka-U.
Baca juga: Tanggapi Kekejaman di Ukraina, Majelis Umum PBB Nyatakan Rusia Ditangguhkan dari Dewan HAM
"Angkatan Bersenjata kami tidak menggunakan rudal jenis ini," kata Peskov kepada wartawan saat jumpa pers Jumat (8/4/2022).
"Tidak ada tugas tempur yang ditetapkan atau direncanakan hari ini di Kramatorsk." lanjutnya.
Menurut seorang pejabat senior pertahanan Amerika Serikat, penilaian awal oleh AS adalah ini adalah rudal balistik jarak pendek yang ditembakkan oleh pasukan Rusia dari dalam Ukraina.
Serangan itu terjadi ketika 'ribuan' warga sipil yang melarikan diri dari invasi Rusia berada di stasiun kereta api menunggu untuk dibawa ke wilayah yang lebih aman di Ukraina, menurut Kyrylenko.
Baca juga: UPDATE Hari Ke-44 Perang di Ukraina: Rusia Akui Alami Kerugian hingga Ditangguhkan Dewan HAM PBB
Kyrylenko diketahui menuduh pasukan Rusia dengan sengaja mencoba mengganggu evakuasi warga sipil.
"Evakuasi akan terus berlanjut," tambah gubernur.
"Siapa pun yang ingin meninggalkan wilayah itu akan dapat melakukannya." sambungnya.
Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki menyebut serangan itu sebagai kekejaman mengerikan lainnya.
Baca juga: Bicara soal Batalion Azov Neo-Nazi dalam Perang Rusia-Ukraina, Zelenskyy Tuai Kecaman
Tetapi Psaki tidak menyebutnya sebagai kejahatan perang tanpa penyelidikan lebih lanjut.
"Jelas penargetan warga sipil pasti akan menjadi kejahatan perang dan kami telah menyebut serangkaian tindakan yang kami lihat sampai saat ini sebagai kejahatan perang, tetapi kami akan mendukung upaya untuk menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi di sini," jelas Psaki.
Psaki juga mengatakan bahwa meskipun paket sanksi kepas Rusia yang diumumkan Rabu 'ditambah sebagai akibat dari kekejaman' yang terlihat di Bucha, pemerintah akan menilai bagaimana serangan baru ini akan berdampak pada sanksi tambahan.
"Apa yang telah kami lakukan hingga saat ini dan akan terus kami lakukan adalah melihat, sayangnya, kekejaman berkelanjutan yang kami lihat di negara ini dan menilai bagaimana hal itu akan berdampak pada sanksi, konsekuensi, dan tentu saja bantuan keamanan tambahan," kata Psaki.
Baca juga: Intelijen Jerman Mengaku Kantongi Bukti Pasukan Rusia Bantai Warga Sipil Ukraina di Bucha
"Dan saya yakin mengingat rekaman video yang telah kita lihat dan di gelombang udara di seluruh dunia, dan foto, bahwa ini akan menjadi bagian dari diskusi yang dilakukan pejabat keamanan nasional kita dengan rekan-rekan mereka untuk bergerak maju." imbuhnya.
Untuk diketahui, awal pekan ini, kerumunan besar orang terlihat menunggu di peron untuk naik kereta api di stasiun kereta api Kramatorsk.
Yakni saat mereka meninggalkan kota di wilayah Donbas yang disengketakan di Ukraina timur.
Baca juga: Rangkuman Hari Ke-43 Perang: Rusia Disebut Alami Kerugian Signifikan di Ukraina
Sejak 2014, pasukan separatis yang didukung Rusia telah mengendalikan dua republik yang memisahkan diri dari oblast Donetsk dan Luhansk di Donbas.
Kelompok separatis itu telah berjuang bersama pasukan Rusia untuk merebut lebih banyak wilayah di sana, setelah Rusia melancarkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari 2022 lalu.
Sekarang, militer Rusia dikatakan memfokuskan kembali serangannya di Donbas saat pasukannya mundur dari Ukraina utara.
(TribunnewsSultra.com/Nina Yuniar)