Inggris Sebut Penasihat Putin Takut Jujur soal Pasukan Rusia Tolak Perintah saat Perang di Ukraina
Badan Intelijen Inggris menyebut pasukan Rusia menolak melaksanakan perintah saat perang di Ukraina, serta Putin telah disesatkan oleh jajarannya.
Penulis: Nina Yuniar | Editor: Ifa Nabila
TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Badan Intelijen Inggris menyebut pasukan Rusia menolak melaksanakan perintah saat perang di Ukraina.
Dilansir TribunnewSultra.com dari CNA, Kepala Dinas Mata-mata GCHQ Inggris Jeremy Fleming mengatakan bahwa intelijen baru menunjukkan beberapa tentara Rusia di Ukraina telah menolak untuk melaksanakan perintah.
Serta menyabotase peralatan mereka sendiri dan secara tidak sengaja menembak jatuh salah satu pesawat mereka sendiri.
Hal itu disampaikan Jeremy Fleming yang juga diketahui sebagai Direktur Kantor Pusat Komunikasi Pemerintah, badan intelijen, siber, dan keamanan Inggris pada Rabu (30/3/2022) yakni hari ke-35 perang.
Baca juga: Hari Ke-36 Perang: Hacker Rusia Dituding Targetkan Jaringan NATO hingga Bantuan AS untuk Ukraina
Invasi Rusia di Ukraina yang dimulai sejak 24 Februari lalu itu telah menewaskan ribuan orang.
Serta membuat jutaan orang kehilangan tempat tinggal dan menimbulkan kekhawatiran akan konfrontasi yang lebih luas antara Rusia dengan Amerika Serikat.
Fleming menyebut bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin telah 'secara besar-besaran salah menilai kemampuan angkatan bersenjata Rusia yang dulu perkasa,'.
Sambil meremehkan perlawanan rakyat Ukraina dan tekad Barat yang telah menghukum Moskow dengan sanksi yang terkoordinasi, menurut Fleming.
Baca juga: NATO Terpecah saat Bahas Perang Rusia-Ukraina, Dilema Bicara dengan Vladimir Putin
"Putin telah salah menilai situasi secara besar-besaran," ujar Fleming dalam pidatonya di Universitas Nasional Australia di Canberra.
"Kami yakin para penasihat Putin takut untuk mengatakan yang sebenarnya kepadanya." lanjutnya.
Mengutip intelijen baru, Fleming mengatakan ada bukti bahwa tentara Rusia memiliki moral yang rendah dan perlengkapan yang buruk.
"Kami telah melihat tentara Rusia yang kekurangan senjata dan moral, menolak untuk melaksanakan perintah, menyabotase peralatan mereka sendiri dan bahkan secara tidak sengaja menembak jatuh pesawat mereka sendiri," sebut Fleming.
Baca juga: Hari Ke-35 Perang Rusia Vs Ukraina: Putin Disesatkan Penasihatnya yang Takut Ungkap Dampak Invasi
GCHQ yang mengumpulkan komunikasi dari seluruh dunia untuk mengidentifikasi dan menghalau ancaman terhadap Inggris, memiliki hubungan dekat dengan Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat.
Serta dengan badan penyadap Australia, Kanada dan Selandia Baru dalam sebuah konsorsium yang disebut 'Five Eyes'.
Sedangkan, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan angkatan bersenjatanya profesional dan menjalankan tugas mereka di Ukraina dengan cukup sukses.
Dikatakan juga Barat telah menyebarkan kebohongan tentang operasi dalam upaya untuk menjatuhkan Rusia.
Baca juga: Dibuka oleh Presiden Turki hingga Dihadiri Abramovich, Begini Suasana Perundingan Rusia-Ukraina
Amerika Serikat pun menilai bahwa Rusia menderita tingkat kegagalan setinggi 60 persen untuk beberapa peluru kendali presisinya, tiga pejabat AS yang mengetahui intelijen mengatakan kepada Reuters.
Putin disesatkan oleh para penasihat yang terlalu takut untuk mengatakan kepadanya betapa buruknya perang di Ukraina dan betapa merusaknya sanksi-sanksi Barat, kata para pejabat AS dan Eropa, Rabu (30/3/2022).
Menanggapi hal ini Kremlin tidak segera berkomentar.
Diketahui bahwa Putin mengatakan 'operasi militer khusus' di Ukraina diperlukan karena AS menggunakan Ukraina untuk mengancam Rusia.
Baca juga: Buntut Invasi di Ukraina, Negara-negara Eropa Kompak Usir Diplomat Rusia: Dituding Jadi Mata-mata
Hingga Moskow harus bertahan melawan penganiayaan terhadap orang-orang berbahasa Rusia oleh Ukraina.
Di sisi lain, Ukraina menyatakan sedang berjuang melawan perampasan tanah gaya kekaisaran dan bahwa klaim genosida Putin adalah omong kosong.
Rusia mengatakan bahwa Barat telah secara efektif mendeklarasikan perang ekonomi terhadap Rusia.
Maka dengan itu, Rusia akan berbelok ke timur, menjauh dari Eropa dan membangun kemitraan dengan Cina.
Baca juga: UPDATE Hari Ke-35 Perang: Respons Rusia soal Abramovich dan Perunding Ukraina yang Diduga Keracunan
"Tetapi ada risiko bagi mereka berdua (Rusia dan Cina, serta lebih banyak lagi untuk Cina) karena terlalu dekat," kata Fleming.
“Rusia memahami bahwa dalam jangka panjang, Cina akan menjadi semakin kuat secara militer dan ekonomi. Beberapa kepentingan mereka berkonflik. Rusia dapat tersingkir dari persamaan.” sambungnya.
(TribunnewsSultra.com/Nina Yuniar)