Bisakah Rusia Gunakan Senjata Kimia untuk Perang di Ukraina hingga Bagaimana Respons AS dan NATO?

Ahli senjata membahas kemungkinan Rusia dalam menggunakan senjata nuklir untuk perang melawan Ukraina hingga tanggapan Amerika Serikat dan NATO.

Penulis: Nina Yuniar | Editor: Ifa Nabila
StudioKlick via Pixabay
Chernobyl. Ilustrasi bahaya senjata nuklir. 

“Kami akan merespons jika dia menggunakannya. Sifat respons akan tergantung pada sifat penggunaannya." lanjutnya.

Baca juga: Rusia Semakin Kuat di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Ukraina, Staf Tak Boleh Komunikasi ke Luar

Namun, jawaban Biden yang kedua kurang jelas diungkapkan.

“Itu akan memicu respons yang sama meskipun terjadi atau tidak. Anda bertanya apakah NATO akan menyeberang, kami akan membuat keputusan itu pada saat itu.” ucap Biden.

Jelas dari konteksnya bahwa 'tanggapan dalam bentuk barang' dimaksudkan untuk menjadi reaksi yang dipertimbangkan atas apa yang dianggap telah terjadi.

Tindakan militer sama sekali tidak pasti, meskipun Biden juga berhati-hati untuk tidak mengesampingkannya.

Baca juga: Jika Perang Dunia Ketiga Terjadi, Menlu Rusia Sebut Senjata Nuklir Bakal Terlibat

Seperti apa tanggapan NATO?

Jawaban Biden jelas bergantung pada seperti apa serangan itu.

De Bretton-Gordon berpendapat ada dua kemungkinan jenis serangan Rusia.

Yakni serangan klorin atau amonia, yang oleh Kremlin akan coba disamarkan sebagai kecelakaan industri.

Baca juga: Rusia Rebut dan Tembaki Fasilitas Nuklir Terbesar Eropa di Ukraina, AS: Ini Kejahatan Perang

Kemudian ada penggunaan senjata kimia yang dirancang khusus untuk membunuh seperti sarin, seperti yang digunakan di Suriah pada tahun 2017, atau novichok.

“Pada contoh pertama, saya tidak yakin akan ada tanggapan kinetik (militer) dari NATO, sekutu kemungkinan besar ingin memasok Ukraina dengan persenjataan yang lebih banyak dan lebih baik serta intelijen ekstra jika mereka bisa." jelas de Bretton-Gordon yang juga merupakan mantan komandan pasukan senjata kimia NATO.

"Tetapi jika Rusia menggunakan agen yang hanya dirancang untuk digunakan dalam peperangan, NATO kemungkinan harus merespons secara militer seperti yang mereka lakukan di Suriah,” sambungnya.

Untuk diketahui, AS terlibat dalam dua rangkaian serangan di Suriah.

Baca juga: Perang di Ukraina Hari Kesembilan, Rusia Bombardir Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia

Pertama, serangan rudal terjadi pada April 2017, setelah serangan gas sarin.

Kedua, serangan udara dan rudal menyusul setahun kemudian pada April 2018, dengan bantuan Prancis dan Inggris, setelah gas klorin digunakan di Damaskus.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved