Saat Mendag Jelaskan Imbas Invasi Rusia-Ukraina pada Harga Minyak Goreng hingga Dugaan Mafia Pangan

Mendag Muhammad Lutfi menjelaskan imbas dari adanya invasi Rusia di Ukraina yang kini masih berlangsung dengan melonjaknya harga minyak goreng.

Penulis: Nina Yuniar | Editor: Ifa Nabila
KOMPAS.com/Isna Rifka Sri Rahayu
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi saat Rapat Kerja bersama DPR Komisi VI, Kamis (17/3/2022). 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi menjelaskan imbas dari adanya invasi Rusia di Ukraina yang kini masih berlangsung dengan melonjaknya harga minyak goreng.

Sebelumnya diketahui bahwa pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah memberlakukan kebijakan baru untuk mengatasi kelangkaan minyak goreng.

Yakni dengan mencabut harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng kemasan.

Yang artinya harga eceran minyak goreng kemasan akan dilepas pada mekanisme pasar.

Hal itulah yang menyebabkan stok minyak goreng tiba-tiba berlimpah, namun harganya meroket.

Baca juga: Update Harga dan Stok Minyak Goreng Terbaru Hari ini: Bimoli, Filma, Tropical, Fortune, Sania, Sunco

"Pada 16 Maret telah ditentukan Permendag Nomor 11 Tahun 2022 yang mencabut Permendang Nomor 06 tentang harga eceran tertinggi minyak goreng dan Permendag Nomor 11 Tahun 2022 tersebut baru dan sudah diundangkan," jelas Mendag Lutfi saat rapat kerja dengan Komisi VI DPR, Kamis (17/3/2022) seperti dilansir TribunnewsSultra.com dari Kompas.com.

Mendag Lutfi percaya bahwa walaupun harga minyak goreng kemasan melambung pasca pencabutan HET, harga komoditas itu akan turun seiring banyaknya persediaan di pasaran.

Lebih lanjut Mendag Lutfi menuturkan bahwa pemerintah juga akan menaikkan pungutan ekspor minyak goreng sambil mencabut kebijakan domestic market obligation (DMO).

Dengan harapan produsen minyak goreng akan lebih tertarik untuk menyalurkan hasil produksinya ke pasar dalam negeri daripada mengekspor ke luar negeri.

"Akan terdapat keekonomian di mana akan lebih untung untuk menjualnya di dalam negeri daripada mengekspor ke luar negeri. Ini adalah mekanisme pasar. Karena ini mekanisme pasar, mudah-mudahan dapat menjaga kestabilan nasional untuk paling tidak pasokannya kepada masyarakat," terang Mendag Lutfi.

Baca juga: Bareskrim Polri Tangkap Calon Tersangka Mafia Minyak Goreng Pekan Depan, Ini Modus Operandi Palaku

Dalam kesempatan itu, diungkapkan juga oleh Mendag Lutfi bahwa ia mengaku salah sebab tak memprediksi terjadinya invasi Rusia ke Ukraina yang membuat harga sejumlah komoditas, termasuk minyak goreng melonjak.

Mendag Lutfi memaparkan bahwa invasi Rusia di Ukraina berdampak pada harga minyak goreng.

Lantaran, kedua negara Eropa Timur tersebut merupakan produsen minyak biji bunga matahari.

Sehingga, krisis yang terjadi di Eropa itu mengakibatkan banyak negara memilih menggunakan minyak sawit untuk menggantikan minyak biji bunga matahari.

"Ini menyebabkan harga CPO (minyak sawit) loncat dari Rp 16.000 menjadi Rp 21.000, dan itu harga bebasnya kemudian kalau diproses tambah lagi Rp 3.000 premiumnya, menyebabkan perbedaannya hampir Rp 9.000, ini yang tidak bisa kita prediksi," jelasnya.

Baca juga: Mendag Minta Maaf Gegara Minyak Goreng Langka dan Mahal, Ungkap Ulah Mafia di Balik Kelangkaan

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved