Perdana dalam 14 Tahun, Presiden Israel Datang ke Turki Temui Erdogan, Ternyata Ini Alasannya

Merenggang selama belasan tahun, Israel dan Turki akhirnya mencoba meningkatkan keeratan di antara hubungan kedua negara tersebut.

Penulis: Nina Yuniar | Editor: Ifa Nabila
Tangkapan Layar i24NEWS English
Pertemuan Presiden Israel Isaac Herzog (kiri) dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kanan) merupakan kunjungan presiden Israel yang pertama kali ke Turki setelah 14 tahun terakhir. Begini alasannya. 

Sebagaimana diketahui bahwa Masjid Al-Aqsa terletak di Kota Tua bersejarah Yerusalem.

Israel merebut Yerusalem Timur dengan situs-situs suci Yahudi, Kristen dan Muslim, hal ini merupakan titik nol emosional dari konflik selama lebih dari satu abad dalam perang 1967.

Dengan mencaploknya dalam sebuah langkah yang tidak diakui oleh sebagian besar komunitas internasional.

Para pemimpin Palestina sering menyebut Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara masa depan termasuk Tepi Barat dan Jalur Gaza.

“Kita harus sepakat sebelumnya bahwa kita tidak akan setuju dalam segala hal, itu adalah sifat hubungan dengan masa lalu yang kaya dengan kita,” terang Herzog.

Baca juga: Habis Serang Pelestina, Israel Kutuk Serangan Rusia di Dekat Kiev Ukraina

“Tetapi ketidaksepakatan yang ingin kami selesaikan dengan saling menghormati dan keterbukaan, melalui mekanisme dan sistem yang tepat, dengan pandangan untuk masa depan bersama,” imbuhnya.

Ankara sendiri memiliki hubungan dekat dengan Hamas, yang memerintah Jalur Gaza.

Di sisi lain, Amerika Serikat dan Uni Eropa telah menetapkan Hamas sebagai organisasi "teroris".

Dan meskipun tampak mengurangi kritiknya terhadap Israel sebelum kunjungan Herzog, Ankara telah mengesampingkan komitmennya untuk mendukung kenegaraan Palestina.

Baca juga: Erdogan Beberkan Permintaan Putin, Syarat agar Invasi ke Ukraina Berhenti

Hubungan Turki-Israel

Hubungan antara Turki dan Isarel telah berbatu karena berbagai alasan.

Khususnya setelah kematian 10 warga sipil dalam serangan Israel di kapal Mavi Marmara Turki, bagian dari armada yang mencoba menembus blokade Israel di Gaza pada tahun 2010 silam.

Yang saat itu terkepung dengan membawa bantuan ke wilayah tersebut.

Setelah bertahun-tahun ikatan yang membeku, perjanjian rekonsiliasi 2016 melihat kembalinya para duta besar, tetapi runtuh pada 2018 setelah protes Great March of Return.

Baca juga: Israel Sepakati Gencatan Senjata dengan Militan Palestina, Apa Artinya?

Lebih dari 200 warga Palestina tewas oleh tembakan Israel dalam periode beberapa bulan.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved