Cina Bakal Mau Jadi Mediator Perang Rusia dan Ukraina, Xi Jinping Sempat Sampaikan Ini pada Putin
Menteri Luar Negeri (Menlu) Cina, Wang Yi, sempat berkomunikasi dengan Menlu Ukraina, Dmytro Kuleba.
Penulis: Ifa Nabila | Editor: Ifa Nabila
TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Cina telah mengisyaratkan kesediannya untuk menjadi mediator dalam perang Rusia dan Ukraina.
Dilansir TribunnewsSultra.com dari theguardian.com, Menteri Luar Negeri (Menlu) Cina, Wang Yi, sempat berkomunikasi dengan Menlu Ukraina, Dmytro Kuleba.
Sebelumnya, sempat juga ada komunikasi antara Presiden Cina Xi Jinping dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Pada Selasa (1/3/2022), Wang Yi menyampaikan rasa sesalnya atas terjadinya konflik itu.
Ia juga sangat prihatin dengan bahaya yang mengancam warga sipil Ukraina.
Baca juga: Rusia Serang Ukraina, Presiden Cina Xi Jinping Sempat Telepon Vladimir Putin Bahas soal Ini

Dalam saluran televisi milik pemerintah, China Central Television, Wang Yi menyampaikan bahwa Kuleba meminta Cina untuk memanfaatkan pengaruhnya demi membantu menengahi konflik Rusia dan Ukraina.
Wang Yi juga menyebut Kuleba "meminta bantuan dalam menemukan solusi diplomatik".
Kemenlu Cina mengatakan komunikasi itu dimulai oleh pihak Ukraina.
Kedua menlu juga membahas soal evakuasi warga Cina dari Ukraina.
Baca juga: Rusia Diduga Pakai Krematorium Portable untuk Hilangkan Jasad Pasukan yang Gugur Lawan Ukraina
Di Ukraina ada sekitar 6.000 warga Cina yang tinggal, bekerja, dan bersekolah di sana.
"Ukraina bersedia memperkuat komunikasi dengan Cina dan berharap Cina berperan sebagai mediator dalam mencapai gencatan senjata," dikutip dari ucapan Kuleba.
Komunikasi Xi Jinping dan Vladimir Putin
Tiongkok mengalami posisi dilema ketika invasi Rusia ke Ukraina sejak Kamis (24/2/2022) ini.
Presiden Cina, Xi Jinping sempat bertemu Presiden Rusia, Vladimir Putin pada 4 Februari 2022 lalu.
Dalam pertemuan itu, keduanya menyatakan masing-masing negaranya saling bersahabat tanpa batas.

Baca juga: Invasi Masih Berlanjut, Rudal Rusia Hantam Gedung Pemerintah di Pusat Kota Terbesar Kedua Ukraina
Dilansir TribunnewsSultra.com dari france24.com, ketika negara-negara Eropa dan Amerika Serikat dengan tegas mengecam Rusia, Cina terkesan tidak tegas.
Mengingat Beijing dan Moskow juga menjalin kerjasama dalam berbagai hal.
Pejabat Kementerian Luar Negeri Cina malah menyalahkan Amerika Serikat atas peperangan ini.
Ia juga menyebut peperangan ini sebagai "operasi militer khusus", dan bukan "invasi".
Baca juga: Ancaman Nuklir Meningkat Seiring Panasnya Perang Rusia-Ukraina, Ahli Ungkap Jumlah Nuklir Putin
Meski demikian, Cina tetap saja dilema karena memegang prinsip non-intervensi dan penghormatan integritas teritorial terhadap Ukraina.
Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi berkata kepada pejabat senior Eropa pada Jumat (15/2/2022) bahwa Cina "dengan tegas mendukung penghormatan dan penjagaan kedaulatan serta integritas teritorial semua negara [...] yang mana juga berlaku untuk Ukraina."
Pada saat yang bersamaan, Wang melontarkan pernyataan yang cukup kontradiktif yang menyinggung ekspansi NATO ke negara timur.
"Tuntutan keamanan Rusia yang sah harus ditanggapi dengan serius dan ditangani dengan benar," ujarnya.
Baca juga: Ukrania Sebut Telah Hancurkan Pasukan Chechen yang Dikirim Rusia untuk Bunuh Presiden Zelenskyy
Namun, ketika diminta untuk memberikan suara pada resolusi Dewan Keamanan PBB pada Jumat yang mengecam invasi Rusia ke Ukraina, Cina memilih abstain.
Di hari yang sama dalam pembicaraan telepon antara Xi Jinping dan Vladimir Putin, Presiden Cina menyebut tak mendukung serangan Rusia terhadap Ukraina.
Ia berkata, "Rusia dan Ukraina harusnya menyelesaikan masalah ini melalui dialog."
Seorang pakar Uni Eropa-Cina, Zsuzsa Anna Ferenczy menyebut, Beijing berusaha untuk bertindak seimbang.
Namun hal ini sama saja mengesampingkan prinsipnya sendiri.
(TribunnewsSultra.com/ Ifa Nabila)