Tiga tanggal tersebut di antaranya:
9 Juli 2025: -1,23 milidetik
22 Juli 2025: -1,36 milidetik
5 Agustus 2025: -1,25 milidetik
Dilansir dari Space, waktu yang dibutuhkan bumi berputar penuh terhadap matahari adalah 24 jam 86.400 detik.
Namun, secara astronomis, ada juga hari sideris, yang merupakan satu rotasi penuh Bumi relatif terhadap bintang-bintang tetap.
Kondisi hari sideris ini berlangsung selama 23 jam, 56 menit, dan 4,1 detik.
Perbedaan kecil ini yang menjadi dasar mengapa fenomena percepatan rotasi dapat terdeteksi.
Baca juga: Fenomena Pusaran Air Laut di Pantai Mandra Kolaka Sulawesi Tenggara, BMKG Kendari: Kami Cek Dulu
Penjelasan Tentang Penyebab Hari Terpendek
Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi gaya pasang surut bulan.
Variasi posisi bulan, khususnya deklinasinya terhadap ekuator Bumi, dapat memengaruhi kecepatan rotasi.
"Penyebab percepatan ini belum dijelaskan. Kebanyakan ilmuwan percaya bahwa percepatan ini disebabkan oleh sesuatu di dalam Bumi. Model samudra dan atmosfer tidak dapat menjelaskan percepatan yang sangat besar ini," jelas Leonid Zotov, pakar rotasi Bumi dari Universitas Negeri Moskow dilansir dari UPI, Selasa (22/7) lalu.
Ilmuwan: Ini Fenomena yang Normal
Meski fenomena ini terkesan aneh, ilmuwan menegaskan bahwa tidak ada dampak langsung pada kehidupan sehari-hari.
Mantan Direktur Waktu di Observatorium Angkatan Laut Amerika Serikat, Dennis McCarthy, menjelaskan bahwa rotasi Bumi telah diketahui bervariasi selama sekitar seratus tahun dan fenomena ini adalah salah satu dari variasi kecil tersebut.