TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Kasus Human Metapneumovirus (HMPV) dilaporkan meningkat di China sejak 3 Januari 2024.
Virus yang pertama kali diidentifikasi pada tahun 2001 di Belanda ini dikenal sebagai penyebab infeksi saluran pernapasan yang bisa berakibat serius.
Khususnya pada anak-anak di bawah lima tahun, lansia 65 tahun ke atas, individu dengan sistem kekebalan tubuh lemah, serta pasien dengan penyakit pernapasan kronis.
Kepala Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara (Dinkes Sultra), Usnia mengatakan HMPV ini memiliki gejala di antaranya batuk, pilek, demam, sakit tenggorokan.
Lalu, pneumonia, bronkiolitis atau peradangan saluran udara kecil hingga kesulitan bernapas pada kasus yang parah.
Penularan virus ini terjadi melalui kontak langsung, droplet atau udara, dan sentuhan dengan permukaan terkontaminasi.
“Hingga saat ini, vaksin untuk virus ini belum tersedia secara luas, sehingga pencegahan dapat dilakukan melalui kebersihan pribadi seperti mencuci tangan secara teratur, menghindari kerumunan, menggunakan disinfektan dan menggunakan masker,” kata Usnia, Selasa (7/1/2025).
Baca juga: Video Viral RS di China Ramai Pasien Sesak Napas, Diduga Kena Virus HMPV, Ini Gejala dan Pencegahan
Usnia menyampaikan di tengah laporan lonjakan kasus di China, negara-negara tetangga seperti Jepang dan Hong Kong telah memperketat pengawasan.
Di Indonesia, langkah serupa mulai dilakukan di sejumlah daerah, termasuk Sulawesi Tenggara (Sultra).
Saat ini pihaknya tengah memperkuat koordinasi dengan fasilitas kesehatan (faskes) di kabupaten dan kota untuk mendeteksi dini melalui skrining Influenza Like Ilness (ILI) dan Severe Acute Respiratory Infection (SARI).
Kemudian, melaporkan dengan segera di EBS SKDR atau Event Based Surveillance Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon, serta Faskes diharapkan melaporkan langsung ke dinas kesehatan secara berjenjang.
“Kita juga berkoordinasi dengan BKK (Balai Kekarantinaan Kesehatan) untuk deteksi di pintu-pintu masuk wilayah seperti bandara, terutama pelaku perjalanan dari wilayah terjangkit,” tuturnya.
Usnia menyebut meski belum ada laporan kasus HMPV di Sultra, masyarakat diimbau tetap waspada.
Informasi terkait perkembangan HMPV akan terus diperbaharui melalui kanal resmi Kementerian Kesehatan dan WHO.
Sementera itu, pengobatan HMPV masih terbatas pada penanganan gejala dengan hidrasi, istirahat, oksigenasi, perawatan suportif dan penggunaan obat antivirus pada kasus berat.
“Langkah preventif adalah kunci untuk melindungi diri dan keluarga dari ancaman virus ini, dan kita juga masih menunggu Surat Edaran dari Kementerian Kesehatan sebagai panduan resmi untuk pencegahan penularan HMPV,” jelasnya. (*)
(TribunnewsSultra.com/Dewi Lestari)