Wisata Sulawesi Tenggara

Mengenal Kalego, Permainan Tradisional Pemuda Kabupaten Muna Jadi Ajang Memikat Wanita Zaman Dulu

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Di sebuah tanah lapang kecil yang diselimuti oleh batuan kars menjulang itu, sejumlah laki-laki dari usia remaja hingga dewasa tampak asyik beradu kecakapan kaki mengayunkan tempurung kelapa agar melayang lalu mendarat di tempat sasaran yang sudah diisi tempurung kelapa lain, Jumat (20/2024).

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, MUNA - Sore itu, saat hari sedang mengambil ancang-ancang untuk menyerahkan bumi pada malam, terdengar suara tawa dan seruan ramai menggelegar di depan Gua Liangkabori, yang terletak di Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

Di sebuah tanah lapang kecil yang diselimuti oleh batuan kars menjulang itu, sejumlah laki-laki dari usia remaja hingga dewasa tampak asyik beradu kecakapan kaki mengayunkan tempurung kelapa agar melayang lalu mendarat di tempat sasaran yang sudah diisi tempurung kelapa lain. 

Bukan tanpa makna, yang sedang dilakukan sekumpulan laki-laki tersebut adalah permainan tradisional bernama Kalego. 

Kalego adalah permainan tradisional asal Muna yang memanfaatkan belahan tempurung kelapa sebagai media utama permainan. 

Permainan ini merupakan warisan leluhur yang hingga saat ini masih terus dijaga oleh masyarakat di Kabupaten Muna, khususnya di Desa Liangkabori sebagai bentuk kecintaan terhadap warisan budaya. 

Kepala Desa Liangkabori Firlin mengatakan permainan ini pada zaman dahulu biasanya dimainkan saat musim kemarau atau musim panen ketika terang bulan. 

Pada zaman itu, permainan ini juga dimanfaatkan sebagai ajang pencarian jodoh.

Baca juga: Aksi Terampil Anak-anak Desa Liangkabori Kenalkan Berbagai Kesenian Khas Muna Sulawesi Tenggara

Para laki-laki akan adu kebolehan sambil bermain demi memukau wanita-wanita lajang yang menonton permainan. 

"Ini sebenarnya hiburan atau permainan leluhur yang dijadikan juga ajang cari jodoh. Jadi dilihat siapa yang jago mainnya. Nah yang jago main itu biasanya bisa memikat hati wanita di zaman itu," katanya ditemui TribunnewsSultra, Jumat (20/7/2024).

Permainan itu dimainkan oleh dua tim. Masing-masing tim terdiri dari 4-5 orang.

Saat tim sedang bermain, tim lawan bertugas menyaksikan dari titik garis luar lapangan. 

Lapangan yang digunakan berbentuk kotak yang terdiri dari tiga garis.

Garis pertama adalah titik awal bermain. Para pemain berjejer di garis awal dengan tempurung kelapa yang diletakan di kaki masing-masing. 

Garis kedua berjarak sekitar 3 meter dari garis awal dijadikan tempat tempurung kelapa lain yang menjadi sasaran.

Baca juga: Mengenal Kremasi Proses Jenazah Menjadi Abu, Bagian Penting dari Upacara Kematian

Lalu garis ketiga adalah tempat tim lawan mengawasi permainan.

Halaman
12