Perlu diketahui juga, Jaelani adalah mantan pengurus PB PMII dan anak seorang guru di Kabupaten Muna.
“Ini unik sekali. Jadi, munculnya Jaelani ini mengubah pandangan politik kita bahwa tidak selamanya yang pernah berkuasa dan memiliki materi yang besar bisa mendulang suara yang banyak,” ujarnya.
Menurutnya, ada banyak indikator sehingga suara Jaelani membeludak di 17 kabupaten dan kota di Sultra.
Pertama, sebut Efrianto, Jaelani adalah politisi muda yang mampu menggaet anak-anak muda menjadi tim suksesnya hingga di akar rumput.
"Sepertinya, figur Jaelani ini pintar membentuk kekuatan tim yang rapi bekerja. Berdasarkan real count KPU yang terus diupdate, suara Jaelani ada di setiap TPS. Ini artinya, timnya ada hingga di berbagai TPS," jelasnya.
Kedua, lanjut dia, Jaelani selalu mengangkat isu desa. Di mana, kata dia, desa adalah basis pemilih yang paling mendasar. Menurut dia, jika calon anggota legislatif melakukan kunjungan langsung di desa-desa, sudah pasti akan berdampak pada elektoralnya.
Baca juga: Bahtra Raih Suara Terbanyak di Bombana Caleg DPR RI Hasil Pleno KPU, Disusul Tafdil, ASR dan Safei
Sehingga tidak salah, kantong suara Jaelani adalah masyarakat pedesaan dengan latar belakang pekerjaan sebagai petani, nelayan peternak dan masyarakat kalangan bawah.
"Kita tahu, pak Jaelani ini memiliki tagline lebih dekat dengan desa. Bahkan melakukan kunjungan di desa-desa jauh sebelum momen politik. Basisnya ini terus dijaga sejak Pemilu 2019," ujarnya.
Basis pemilih Jaelani di sektor petani, nelayan dan peternak ini tergambar dalam perolehan suara Jaelani di Pemilu 2024.
Misalnya, Jaelani berhasil meraih suara terbanyak di kepulauan Muna Raya hingga mencapai hampir 40 ribu. Kemudian, Jaelani juga mampu memperoleh suara maksimal di wilayah Kepulauan Buton dan Pulau Wawonii yang masyarakatnya mayoritas nelayan.
"Kita tahu, Muna, Muna Barat dan Buton Utara ini kultur masyarakatnya adalah petani dan nelayan. Termasuk peternak. Di Kepulauan Buton juga suaranya membeludak. Artinya, Jaelani memiliki sebaran pemilih yang besar khususnya para petani, nelayan dan peternakan," jelasnya.
Ketiga, sebut Efrianto, Jaelani memanfaatkan media sosial, khususnya Youtube untuk mempopulerkan potensi desa yang dikunjunginya.
Menurutnya, pemanfaatan media sosial di setiap kunjungan, apalagi mengangkat potensi desa, menjadi kredit poin bagi seorang politisi.
"Setelah kami melakukan kajian, ternyata konten-konten yang lebih humanis ini bikin seorang politisi makin dekat dengan pemilihnya. Positifnya, pak Jaelani memulai konten itu jauh sebelum momen politik," katanya.
Diketahui, selain menjadi politisi, Jaelani juga aktif sebagai pegiat desa. Ia juga pernah mengampu organisasi pertanian berbasis organik, Gema Desantara.