Selain mantan kepala daerah, Jaelani juga bisa menyisihkan Ketua DPW PPP Sultra, Andi Sumangerukka. Andi merupakan mantan Pangdam Hasanuddin yang cukup terkenal dengan materi finansialnya.
Ketua DPW PKB Sultra Jaelani dalam rilisnya mengaku bersyukur dirinya bisa meraih perolehan suara terbanyak dari seluruh calon legislatif di dapil Sultra.
"Ini sebuah berkah dan amanah yang diberikan kepada saya. InsyaAllah, saya akan terus mengemban amanah ini dengan sebaik-baiknya," kata Jaelani dalam rilisnya, Minggu 10 Maret 2024.
Jaelani mengucapkan terimakasih kepada seluruh tim, relawan, simpatisan dan pendukungnya atas suara yang diberikan pada Pemilu 2024 ini.
"Ini adalah buah dari kerja keras kolaboratif kita. Terimakasih atas dukungannya yang diberikan kepada saya," tuturnya.
Jaelani mengaku, pasca-pleno KPU ini dirinya menunggu tahapan selanjutnya yang diatur oleh penyelenggara Pemilu.
Baca juga: 6 Anggota DPR RI Sulawesi Tenggara Terpilih Hasil Rekapitulasi KPU, Tina Nur Alam Sisihkan Ali Mazi
Basis Pemilih Jaelani di Sektor Petani dan Nelayan
Selama ini, PKB identik dengan partai nahdliyin yang berbasis di Jawa, khususnya Jawa Timur. Namun, partai besutan Abdul Muhaimin Iskandar ini sudah mulai menunjukkan warnanya di Indonesia bagian timur dengan meledaknya suara Jaelani.
Salah satu dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Halu Oleo Kendari, La Ode Efrianto menyebut, munculnya PKB mengamankan satu kursi di DPR RI di dapil Sultra, jadi sejarah baru dalam perpolitikan di Sulawesi Tenggara. Sebab, sejak 1999, PKB hanya partai semenjana.
“Namun sekarang, PKB Sultra di bawah kepemimpinan Jaelani memberikan warna baru. Bahkan Jaelani mampu menjadi caleg paling produktif mendulang suara dibandingkan caleg lainnya di Sulawesi Tenggara,” kata Efrianto.
Menurut Efrianto, perolehan suara Jaelani hingga 116 ribu lebih ini juga memecahkan rekor baru perolehan suara caleg secara individu di Sulawesi Tenggara.
Alumni Universitas Gadjah Mada ini juga menyebut, tiga periode pemilu di Sulawesi Tenggara, ada tiga partai besar yang tidak pernah absen meloloskan kadernya di DPR RI lewat dapil Sultra. Misalnya, Demokrat yang pernah meraih dua kursi, Golkar dan PAN.
Sekarang, lanjut Efrianto, lolosnya Jaelani lewat PKB bisa menjadi fenomena politik baru di Bumi Anoa. Sebab, selama ini, kata dia, rata-rata, caleg yang lolos di senayan memiliki privilege atau kekuatan materi yang besar.
“Selama ini kan siapa yang punya kekuasaan, potensi dapat suaranya yang besar itu begitu tinggi. Misalnya, punya keluarga pejabat atau mantan pejabat, sudah pasti memiliki basis suara. Atau juga seorang politisi yang berlatar belakang pengusaha. Sudah pasti punya suara banyak,” katanya.
Tapi, sebut dia, Jaelani ini memiliki sisi yang unik. Belum pernah memimpin suatu daerah, hanya berlatar belakang seorang aktivis mahasiswa dan hampir dikenal dengan pribadi yang jauh dari kata ‘bermateri’.