Penyebab Beras Langka dan Mahal, Satgas Pangan Turun Lapangan Tak Temukan Penimbunan Bahan Pokok

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI- Berikut ini penyebab beras langka dan mahal. Menindaklanjuti hal tersebut, Satuan Tugas (Satgas) Pangan Polri sampai turun tangan. Mereka terjun lapangan untuk memastikan temua adanya penimbunan beras. Namun hingga saat ini, belum ditemukan adanya penimbunan bahan pokok tersebut.

"Jadi untuk Satgas Pangan bukan hanya di Jakarta, kami pun mengawasi dan memantau semua kegiatan beras yang ada di seluruh Indonesia. Ini terhambat karena distribusi saja, karena kemarin hujan ada beberapa tempat yang banjir," ucap Whisnu.

"Sehingga penyaluran beras agak terhambat. Tetapi saya dan temen-temen dari Bulog yakin satu-dua hari ke depan bahkan Minggu depan pastinya beras akan turun," sambungnya.

Lebih lanjut, Whisnu juga memastikan harga beras juga akan normal atau stabil saat memasuki bulan suci Ramadan.

"Kita mengecek dari hulu ke hilir ya, hilirnya kosong kita mengecek di Bulog ternyata di Bulog banyak, ini tinggal tergantung dengan distribusi saja. Makanya di Cipinang kita lihat sudah turun harganya, tinggal di pasar-pasar turunannya mungkin 1-2 hari akan turun juga. Mudah-mudahan dalam minggu depan semua sudah normal kembali," tegas Whisnu.

Dalam kesempatan yang sama, Pimpinan Perum Bulog Wilayah DKI Jakarta dan Banten Basirun menegaskan saat ini ketersediaan beras di DKI Jakarta cukup terjaga.

"Karena suplai dari kapal impor terus secara bergiliran berdatangan, sekarang pun kami sedang ada bongkar tiga kapal sekaligus baik di Priok, kemudian di Cigading maupun di Merak, semuanya untuk memenuhi suplai kami ke pasar-pasar, baik untuk langsung ke pasar," ujar Basirun.

"Kemudian ke Pasar Induk Cipinang, dan mensuplai untuk beras komersil melalui food station. Ketersediaan stock saat ini 77 ribu ton itu masih sangat mencukupi disamping juga jadwal kapal tentunya dari kantor pusat akan terus memasok untuk kebutuhan DKI Jakarta, Banten dan Jabodetabek," tukasnya.

Kondisi Kota Kendari

Kondisi di ibu kota Sulawesi Tenggara, Kendari pun demikian.

Sejumlah pedagang pasar di Kota Kendari mengeluh gegara langka dan beras mahal.

Misalnya saja, pedagang beras Pasar Pasaeno menyebut kenaikan harga beras belakangan ini tertinggi dalam 10 tahun terakhir.

Pasar tersebut berada Tenggara Kantor Wali Kota Kendari tepatnya di Jalan Pasaeno, Kelurahan Bende, Kecamatan Mandong, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

Kenaikan Harga beras tersebut melalui Harga eceran tertinggi (HET) yang telah oleh ditetapkan pemerintah.

Hasni Pedagang beras kepada TribunnewsSultra.com, jumat (23/2/2024) Sore, Mengungkapkan mahalnya harga beras saat ini tertinggi, selama pemerintahan Jokowi.

"Harga beras sekarang paling mahal mi selama periode pak Jokowi, harga beras untuk perliter awalnya 13 ribu menjadi 15 ribu untuk beras kepala Super sedangkan Perkilo bisa menyentuh harga 18 ribu," tuturnya.

Ia menambahkan rata-rata kenaikan harga beras menyentuh angka 2 ribu, sedangkan beras untuk 50 kilo gram dipasaran saat ini dijual Rp 800 ribu.

Santi salah satu pembeli beras mengaku pusing dan kaget dengan kenaikan harga beras terkesan mendadak.

"Kaget juga beras semahal ini, pas kampanye banyak beras setelah kampanye beras langka dan mahal," jelasnya.

Ia berharap pemerintah cepat mengambil tindakan untuk menstabilkan harga beras.

Sebagai informasi, berdasarkan Peraturan Badan Pangan Nasional No 7 Tahun 2023, HET beras berlaku sejak Maret 2023 adalah Rp10.900 per kg medium, sedangkan beras premium Rp13.900 per kg untuk zona 1 yang meliputi Jawa, Lampung, Sumsel, Bali, NTB, dan Sulawesi.

(*)

(TribunnewsSultra.com/Tribunnews.com)