Mengenal Jejak dan Tujuan Rohingya Pengungsi Terbesar di Dunia, Ditolak di Aceh Viral di Medsos

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Berikut ini mengenal jejak Rohingya yang merupakan pengungsi terbesar di dunia. Namun kini keberadaannya ditolak di Aceh sebagai tempat persinggahan. Bahkan atas hal tersebut, membuat pengungsi Rohingya viral di media sosial. Lantas seperti apa jejak perjalanan pengungsi Rohingya ini dan apa tujuannya ?

Namun, tahukah Anda bagaimana sejarah Rohingya di Myanmar? Dan mengapa mereka "terusir" dari negara tersebut dan kini menjadi pengungsi terbesar di dunia.

Sejarah Rohingya di Myanmar

Melansir Kompas.com, Rohingya mulai bermukim di Myanmar sejak abad ke-7.

Mereka berasal dari India yang berdatangan ke Rakhine, yang dulu dikenal sebagai Arakan.

Rakhine adalah wilayah yang berada di barat Myanmar dan berbatasan dengan Teluk Benggala (Bay of Bengal). Di seberang Rakhine, terdapat Benggala, India.

Rakhine memiliki posisi yang strategis sebagai pusat perdagangan dan pintu gerbang masuk ke Myanmar.

Banyak pedagang dari seluruh dunia yang berkunjung ke Teluk Benggala dan Rakhine.

Di antara mereka, ada pedagang muslim dari Arab.

Dari sinilah etnis Rohingya terbentuk dari keturunan pedagang Arab yang menetap di sana dan muslim dari Benggala.

Masa Kolonial Inggris

Dari tahun 1824–1886, India dan Myanmar (Burma) berada di bawah kekuasaan kolonial Inggris.

Imigran Benggali dibawa oleh Inggris dari Wilayah Chittaging yang bersebelahan dengan Burma bagian barat untuk menggarap lahan Arakan yang subur.

Kebijakan Inggris ini mempengaruhi kaum Benggali dan Rohignya di Burma.

Muslim Rohingya menjadi mayoritas di beberapa kota besar seperti Rangoon, Akyab, Bassein, dan Moulmein karena kebijakan Inggris.

Namun, etnis mayoritas Burma yang tunduk pada Inggris merasa terganggu dengan imigrasi massal tersebut.

Muslim Rohingya diusir oleh etnis mayoritas Burma dan terpaksa mengungsi ke Burma bagian utara.

Masa kedudukan Jepang

Pada tahun 1942 hingga 1943, Jepang menyerbu Burma dan mengalahkan Inggris.

Daerah yang dikuasai Inggris termasuk daerah Muslim Rohingya jatuh ke tangan Jepang.

Muslim Rohingya mengalami diskriminasi dari Jepang sebagai akibatnya.

Inggris tidak menyerah dan melancarkan serangan gerilya yang disebut V Force untuk merebut kembali Burma dari Jepang.

Muslim Rohingya berperan penting dalam proses kemerdekaan Burma dengan memberontak melawan Jepang.

Masa Kemerdekaan Burma

Konferensi London diadakan pada Oktober 1947 untuk membicarakan kemerdekaan Burma.

Hasil dari konferensi tersebut, Inggris menyerahkan kekuasaannya kepada Pemerintah Burma pada 4 Januari 1948.

Aung San yang terpilih sebagai pemimpin Anti-Fascist People's Freedom League (AFPFL) meninggal dunia karena ditembak oleh lawan politiknya sebelum kemerdekaan Burma.

Wakil presiden AFPFL, U Nu menggantikan Aung San sebagai perdana menteri Burma.

Menurut buku Burma Yang Penuh Pergolakan (2011), pemerintah pusat Burma di Rangoon dan Burma sangat mengatur kepentingan politik dari komunitas Muslim maupun Buddha.

Komunitas Muslim di Burma tidak pernah mendapatkan jaminan status sebagai warga negara bagian.

Padahal, empat kursi dalam parlemen telah diberikan kepada umat Islam di Burma.

Perdana Menteri U Nu mengecewakan Muslim Rohingya di awal kemerdekaan Burma karena warga Muslim tidak dimasukkan dalam kategori kelompok minoritas pada draf konstitusi Burma.

Padahal sesuai AFPFL, semua Muslim Burma diperlakukan sama dengan etnis Burma lainnya.

Namun, kebijakan tersebut tidak memberikan jaminan bagi umat Muslim.

Sejarah Rohingya di Myanmar adalah sejarah yang penuh dengan konflik, diskriminasi, dan penganiayaan.

(*)

(Tribunnews.com)(TribunnewsSultra.com/Desi Triana)