Update Kondisi Ukraina: Rusia Bom Sekolah yang Ditempati 400 Pengungsi hingga Rudal Hipersonik

Editor: Ifa Nabila
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Asap mengepul setelah ledakan di kota Lviv, Ukraina barat pada Jumat (18/3/2022). Pasukan militer Rusia pada Jumat, 18 Maret 2022 menghancurkan sebuah pabrik perbaikan pesawat di Kota Lviv yang dekat dengan Polandia, wilayah NATO.

TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Beginilah update terbaru kondisi Ukraina setelah menjadi sasaran invasi Rusia sejak 24 Februari 2022.

Pasukan Rusia seperti tak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti menyerang Ukraina.

Pada Minggu (20/3/2022), Rusia mengebom sebuah sekolah yang ditempati 400 pengungsi di pelabuhan Mariupol yang terkepung.

Laporan itu disampaikan ketika Moskwa mengeklaim kembali menembakkan rudal hipersonik di Ukraina, penggunaan senjata generasi terbaru untuk keduanya kepada tetangganya.

Baca juga: PR Besar Ukraina setelah Rusia Akhiri Perang: Butuh Bertahun-tahun Jinakkan Bom yang Belum Meledak

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan bahwa pengepungan Mariupol, sebuah pelabuhan strategis yang sebagian besar berbahasa Rusia di tenggara di mana utilitas dan komunikasi telah terputus selama berhari-hari, akan dianggap sebagai kejahatan perang.

Zelenskyy juga memperingatkan Rusia bahwa ribuan tentara mereka telah tewas dalam konflik tersebut.

Perang di Ukraina, yang dilancarkan Presiden Rusia Vladimir Putin pada 24 Februari untuk membasmi kecenderungan pro-Barat di negara bekas Soviet itu, telah memicu krisis pengungsi terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.

Hubungan antara Rusia dan Barat telah jatuh ke posisi terendah dari era Perang Dingin, dan mendatangkan malapetaka dalam ekonomi dunia yang masih belum pulih dari pandemi virus corona.

Baca juga: Apartemen Dihancurkan Rusia, Warga Ukraina Bertahan di Bawah Tanah tanpa Air, Listrik, dan Internet

“Pemimpin gila”

"Kemarin, penjajah Rusia menjatuhkan bom di sebuah sekolah seni No 12," kata dewan kota Mariupol pada aplikasi pesan Telegram pada Minggu (20/3/2022).

Dia menambahkan bahwa sekitar 400 wanita, anak-anak dan orang tua telah berlindung di sana dari pemboman.

"Warga sipil yang damai masih berada di bawah reruntuhan," katanya, seraya menambahkan bahwa bangunan itu telah hancur.

Pemerintah kota juga mengklaim bahwa beberapa penduduk Mariupol dibawa secara paksa ke Rusia dan paspor Ukraina mereka dilucuti.

"Para penjajah mengirim penduduk Mariupol ke kamp penyaringan, memeriksa telepon mereka dan menyita dokumen Ukraina (mereka)," kata Pavlo Kyrylenko, kepala administrasi regional Donetsk.

Dia menambahkan bahwa lebih dari 1.000 penduduk Mariupol telah dideportasi.

"Saya mengimbau masyarakat internasional: berikan tekanan pada Rusia dan pemimpinnya yang gila," katanya di Facebook.

Baca juga: Warga Ukraina Taruhan Nyawa, Dihadapkan Pilihan Tewas di Pengungsian atau Terbunuh Rusia saat Kabur

Halaman
123