Tradisi Sulawesi Tenggara

Mengenal Tradisi 'Baku Pukul' di Buton Tengah Sultra, Hiburan Saat Masa Panen Bentuk Rasa Syukur

Berikut ini mengenal tentang tradisi 'baku pukul' dari Buton Tengah Sulawesi Tenggara, hiburan saat masa panen tiba sebagai bentuk rasa syukur.

Penulis: Sugi Hartono | Editor: Desi Triana Aswan
(Dok. Sekretariat Presiden)
Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo mengenakan baju adat dari Buton, Sulawesi Tenggara pada acara HUT ke-77 Kemerdekaan RI, Rabu (17/8/2022). Selain memiliki baju adat Buton, Sulawesi Tenggara juga memiliki tradisi Potumbu berasal dari Kabupaten Buton Tengah, yang terus dilestarikan hingga saat ini. 

TRIBUNNEWSSULTRA, KENDARI- Berikut ini mengenal tentang tradisi 'baku pukul' dari Buton Tengah Sulawesi Tenggara, hiburan saat masa panen tiba sebagai bentuk rasa syukur.

Tradisi ini kerap kali dilakukan sebagai hiburan masyarakat di zaman dulu merayakan masa panen yang telah tiba.

Atraksi tersebut, merupakan bagian dari tradisi Kasebu, yang merupakan tradisi bercocok tanam hingga masa panen.

Berdasarkan jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Universitas Haluoleo dengan penulis Aris Maeu dikatakan Kasebu adalah suatu tradisi tata cara bercocok tanam hingga masa panen yang dilaksanakan oleh masyarakat Wasilomata di Desa Wasilomata Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah (Buteng).

Dimana sebelum melakukan prosesi bercocok tanam mereka terlebih dahulu meminta anugerah kepada Allah SWT untuk memberikan kesuburan tanaman lewat beberapa acara.

Diantaranya yakni mengadakan doa bersama dengan membawa berupa beberapa bahan makanan yang ditaruh ke dalam sebuah keranjang berbentuk lingkaran atau dalam masyarakat Muna dan Buton dikenal dengan nama dulak.

Setelah masa panen datang masyarakat Wasilomata kembali melanjutkan tradisi Kasebu yakni kembali mengadakan doa bersama sebagai rasa syukur karena Allah telah memberikan anugrahNya menyuburkan tanaman masyarakat dan tidak memberikan cobaan penyakit atau bala
kepada mereka.

Baca juga: Mengenal Pakande-Kandea Tradisi Buton Sultra, Masuk Pagelaran Festival Kalender Wisata Nasional 2023

Setelah tradisi pembacaan doa tersebut masyarakat kemudian masuk dalam acara hiburan yakni adu jotos untuk membuktikan kekuaatan fisik mereka.

Tradisi adu jotos itu disebut dengan nama Potumbu.

Acara Potumbu merupakan perkelahian antara anak-anak di Desa Wasilomata.

Bukan perkelahiran dengan emosi namun hanya sebuah hiburan semata.

Dalam melaksanakan Potumbu, ini diatur dengan beberapa aturan yakni tangan kosong dan apabila salah satu peserta sudah terbaring maka peserta dilarang memukul, menginjak atau menendang lawannya.

Dulu, para peserta potumbu ini adalah masyarakat dewasa, namun karena terjadi perubahan zaman dimana masyarakat tak lagi bekerja sebagai petani melainkan mempunyai kesibukan lain maka sejak tahun 1980.

Untuk terus melestarikan ada tersebut para toko adat memutuskan para peserta yang ikut yakni anak anak dan remaja yang belum menikah.

Potumbu ini awalnya dilaksanakan di sebuah baruga yakni suatu tempat berupa panggung yang terbuat dari kayu dan atap dari daun pohon
kelapa.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved