Opini

OPINI: Cegah Stunting dengan Step Up for Breastfeeding, Educate and Support

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KOLASE FOTO - (Opini) Burit Retnowati Jabatan Statistisi Ahli Muda di BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, menjhelaskan terkait informasi stunting.

Penulis : Burit Retnowati (Statistisi Ahli Muda BPS Provinsi Sulawesi Tenggara)

TRIBUNNEWSSULTRA.COM KENDARI - Belum lepas dari ingatan kita tentang dahsyatnya dampak pandemi Covid-19 yang menimbulkan ketakutan/dampak psikologis di masyarakat serta dampaknya diberbagai sektor yang hampir melumpuhkan perekonomian Indonesia.

Saat ini bayang-bayang permasalahan stunting mulai merambah dunia kesehatan Indonesia. Mungkin sebagian dari kita bertanya tanya apa itu stunting sejak kapan adanya dan apa penyebabnya?

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah 5 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Stunting ini baru nampak ketika anak berumur 2 tahun.

Baca juga: Opini: Tantangan Perbankan Daerah

Target prevalensi stunting dalam RPJMN 2020-2024 adalah 14 persen, menurut data Riekesdas 2018 prevalensi stunting sebesar 30,8 persen angka ini menurun di tahun 2021 menjadi 24,2 persen.

Masih ada sekitar 10 persen yang menjadi pekerjaan rumah pemerintah agar target RPJMN dapat dicapai.

Pemenuhan target ini telah dibahas dalam rapat terbatas mengenai strataegi percepatan penurunan stunting dengan melalui intervensi spesisifik dan intervensi sensitif.

Sebagian dari kita akan bertanya bagaimana mencegah stunting dengan step up for breastfeeding, educate and support  yaitu langkah menyusui, edukasi dan dukungan.  

Tema tentang breastfeeding adalah tema pekan ASI tahun 2022. Pekan ASI yang mulai dicetuskan pada 14 Februari 1991 oleh World Alliance for Breastfeeding Actin (WABA), bertujuan untuk menyuarakan gerakan menyusui secara global dan menyediakan dukungan untuk para ibu agar bisa menyusui dimana saja.

Pemberian ASI merupakan langkah nyata dalam mengurangi resiko stunting. Pemberian ASI di 1.000 hari pertama kelahiran akan bisa mengurangi resiko stunting dimana kita tahu bahwa salah satu penyebab stunting adalah kekurangan gizi.

Baca juga: Opini: Pemuda Mengambil Peran Menuju Sultra Satu

ASI sebagai makanan utama bayi baru lahir merupakan gizi optimal yang akan menghindarkan bayi dari resiko stunting, bahkan dokter menyarankan utk meneruskan ASI sampai genap usia 2 tahun.

Bagi umat Islam prinsip ini sejalan dengan salah satu ayat didalam Al Qur'an yaitu surah AL Baqarah ayat 233 Allah memerintahkan ibu untuk menyusui anak-anaknya selama 2 tahun penuh bagi yang ingin menyusui secara sempurna.

Bagaimana tema pekan ASI 2022 bisa diwujudkan?

Pemberian ASI yang tepat memiliki korelasi yang sangat kuat dengan upaya pencegahan stunting, sehingga bayi yang mendapat ASI secara benar memiliki potensi 4,8 kali tidak akan mengalami stunting dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI secara baik.

Pemberian ASI cegah stunting pada Anak Usia Dini (AUD) tentu saja bukan hanya ibu yang berperan dalam kegiatan menyusui, hampir seluruh lapisan masyarakat juga memiliki peran dalam pemberian ASI.

Dari orang-orang disekitar ibu menyusui sendiri, tenaga kesehatan sebagai tempat konseling atau konsultasi, masyarakat sekitarnya dan pemerintah dengan penetapan kemudahan menyusui bagi ibu dengan menyediakan ruang Laktasi.

Baca juga: Opini: Pemindahan Ibu Kota Negara NUSANTARA Melambangkan Cita-Cita Negara Indonesia

Edukasi yang harus diberikan tidak saja saat menyusui tetapi juga sebelum menikah atau melahirkan sehingga ketika seorang ibu akan menyusui sudah siap baik secara psikologi maupun fisik.

Berbeda dengan nasional yang telah mencapai prevalensi stunting sebesar 24,2 persen ditahun 2021, Sulawesi Tenggara masuk 10 besar angka stunting tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 30,2 persen, masih jauh dari target nasional 14 persen tahun 2024.

Tetapi angka ini telah mengalami penurunan jika dibandingkang dengan tahun 2019 yang mencapai 31,4 persen.

Percepatan angka prevalensi stunting ini diperkirakan akan mempengaruhi angka Indeks Pembangunan Manusia karena stunting berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit, menurunkan produktivitas, menghambat pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan kemiskinan serta kesenjangan.

Di Sulawesi Tenggara IPM tahun 2021 sebesar 71,66 mengalami peningkatan dibanding sebelumnya 71,45 tahun 2020.

Angka ini dipengaruhi meningkatnya semua dimensi pembentuk IPM yaitu kualitas kesehatan, pendidikan maupun pengeluaran per kapita yang di sesuaikan.

Berbagai upaya pemerintah terkait percepatan penurunan prevalensi stunting dilakukan dengan mengalokasikan dana APBD  yang mencapai 15,02 persen dari keselurahan dana di tahun anggaran 2021, alokasi ini menduduki terbesar ketigas setelah pelayanan umum dan Pendidikan.

Kalau kita mengintip data hasil survei sosial ekonomi yang dilakukan BPS, persentase penduduk dengan umur 0-23 bulan yang pernah diberi ASI mengalami peningkatan dari 92,78 persen tahun 2020 menjadi 93,38 tahun 2021.

Begitu juga persentase perempuan berumur 15-49 tahun yang pernah melahirkan dalam 2 Tahun Terakhir dengan Status Inisiasi Menyusui Dini (IMD) tahun 2021 sebesar 66,76 persen, kedua hal tersebut merupakan capaian yang menggembirakan.

Baca juga: Opini: Membangun Kualitas Revolusi Industri 5.0 Dalam Pengembangan SDM Desa di Sulawesi Tenggara

Penurunan prevalensi stunting harus dilakukan semua lapisan masyarakat dan pemerintah, tidak terpaku pada satu atau sekelompok orang saja.

Pemerintah mempunyai peran dalam membuat regulasi yang bisa mendukung program pemberian ASI agar bisa mencegah stunting atau program-program lain untuk percepatan penurunan prevalensi stunting, termasuk mengaktifkan peran Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS).

Memperbanyak program seperti yang digulirkan Walikota Kendari seperti program Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat).

Mengevaluasi program yang sudah ada, mengkampanyekan secara masiv  pentingnya ASI untuk  mencegah stunting tidak hanya pada ibu yang menyusui bahkan untuk remaja dan calon ibu.

Kampanye ini bisa dengan baliho, iklan melalui media cetak dan elektronik. Cegah stunting sejak dini dengan gerakan cinta menyusui, kalau bukan kita siapa lagi.

Pemberian ASI langkah awal memperbaiki kualitas generasi harapan bangsa. (*)