Perebutan sengit kota strategis
Pelabuhan Mariupol telah menjadi salah satu kota yang paling parah terkena dampak karena menempati posisi strategis utama.
Penguasaan kota ini akan menghubungkan semenanjung Krimea, yang direbut Rusia dari Ukraina pada 2014, dengan wilayah timur separatis Donetsk dan Luhansk, yang berusaha memisahkan diri dan dikendalikan oleh pemberontak yang didukung Moskwa.
Ribuan warga sipil diperkirakan terperangkap di dalam kota, di mana komunikasi, air, listrik dan gas telah terputus.
Pada Sabtu (19/3/2022) Rusia mengatakan telah menembus pertahanan kota dan pasukannya berada di dalam.
Rabu lalu (16/3/2022), sebuah teater tempat lebih dari 1.000 orang berlindung dihantam, dengan ratusan orang masih dianggap hilang di antara puing-puing.
"Ini bukan lagi Mariupol, ini neraka," kata warga Tamara Kavunenko, 58 tahun.
"Jalan-jalan penuh dengan mayat warga sipil."
Dalam pesan video hariannya, Zelenskyy mengatakan bahwa pengepungan Mariupol "adalah teror yang akan diingat bahkan di abad berikutnya."
Presiden Ukraina, yang telah mendapatkan ketenaran dan kekaguman di seluruh dunia karena tetap tinggal di ibu kotanya dalam menghadapi serangan Rusia, memperingatkan rakyat Rusia bahwa sekitar 14.000 prajurit mereka telah tewas.
"Dan (jumlah) korban hanya akan terus meningkat," dia memperingatkan.
Penembakan acak
Dalam pembaruan intelijen pada Minggu (20/3/2022), Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan Rusia "telah meningkatkan penembakan acak di daerah perkotaan yang mengakibatkan kehancuran meluas dan sejumlah besar korban sipil".
Itu terjadi setelah kemajuan terbatas militer Rusia dalam merebut beberapa kota di Ukraina timur.
“Moskwa kemungkinan akan terus melakukannya untuk membatasi kerugiannya sendiri yang sudah cukup besar, dengan mengorbankan korban sipil lebih lanjut," katanya.