"Borgol pak, borgol," kata ibu lansia berhijab ini menimpali Bambang Murtiyoso sambil tetap duduk.
Pria berkepala plontos bersama emak-emak itu, tetap kukuh melawan perintah karyawan PT GKP tersebut.
"Tidak ada ruang diskusi, di sini," tegas pria penolakan tambang ini.
Terpisah, pria berkepala plontos ini mengatakan, video tersebut direkam sesaat sebelum bentrok, pada Kamis (3/3/2022) pagi.
"Iya. Itu saya, pagi sebelum bentrok. Kemarin (waktu kejadian) kami diancam sekeluarga melapor ke Polda Sultra," ungkapnya saat dihubungi melalui telepon, Sabtu (5/3/2022).
Ditolak Warga
Puluhan warga Konawe Kepulauan terlibat keributan dengan pihak perusahaan tambang.
Sejumlah warga yang diikuti emak-emak ini histeris, memekik takbir hingga jatuh pingsan di tengah kerumunan massa.
Bahkan, beberapa ibu-ibu sudah melepas baju sehingga pakaian dalam mereka terlihat.
Salah seorang warga, Amir mengatakan, bentrokan bermula saat massa pro perusahaan tambang tiba-tiba datang ke lahan milik La Dani.
Saat itu, para warga penolak tambang sedang duduk di atas lahan perkebunan, menjaga agar alat berat excavator tak bergerak maju.
"Warga sementara cerita-cerita, tidak lama mereka datang sampai merusak pagar, ibu-ibu langsung histeris," ujar Amir saat dihubungi melalui telepon, Kamis (3/3/2022).
Baca juga: Kondisi Terkini Perang Rusia Vs Ukraina, Zelenskyy Tuduh Tentara Moskow Sengaja Bunuh Warga Sipil
Bahkan, kata Amir, ibu-ibu pingsan setelah lelah menangis histeris dan membuka setengah busana mereka.
"Itu bagian perlawanan orang kecil, bagaimana lagi kalau bukan begitu," tutur Amir.
Kedatangan massa pro perusahaan tambang ini, menurut Amir, untuk mengusir warga yang menghalangi excavator PT Gema Kreasi Perdana.
Sebaliknya warga tak mau pindah dan memilih melawan dengan tetap mengadang alat berat itu.
"Kami tidak mau pindah, kami mempertahankan hak kami lah," tegasnya.
Bentrok pun pecah, terjadi saling lempar antara massa pro perusahaan dan warga penolak tambang.(*)
(TribunnewsSultra.com/Fadli Aksar)