TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Muncul kekhawatiran bahwa Rusia akan memakai krematorium portable atau krematorium kelilingnya untuk invasi ke Ukraina.
Keberadaan krematorium portable itu awalnya disebarkan oleh pihak Inggris yang khawatir Rusia akan menggunakannya.
Pihak Kementerian Pertahanan Inggris adalah pihak yang pertama membagikan video itu krematorium Rusia itu yang kemudia viral di media sosial.
Baca juga: Rusia Diduga Pakai Krematorium Portable untuk Hilangkan Jasad Pasukan yang Gugur Lawan Ukraina
Baca juga: Pabrik Bir Ukraina Produksi Bom Molotov untuk Serang Rusia, Pakai Botol Tulisan Umpatan untuk Putin
Dikutip TribunnewsSultra.com dari france24.com, video itu pertama viral pada 23 Februari 2022, atau sehari sebelum invasi ke Ukraina dilakukan Rusia.
Dari nypost.com, Sekeretaris Kementerian Pertahanan Inggris, Ben Wallace, turut angkat bicara terkait video krematorium portable tersebut.
"Jika saya menjadi tentara dan tahu bahwa jenderal-jenderal saya begitu kecil kesetiaannya pada saya, hingga mereka mengikuti saya di medan perang dengan sebuah krematorium portable," ujar Wallace.
"Atau jika saya adalah ibu atau ayah dari seorang anak yang bisa jadi diterjunkan ke medan perang, dan pemerintah berpikir bahwa cara untuk menutupi kekalahan adalah dengan adanya krematorium portable itu, saya akan sangat sangat khawatir," sambungnya.
Baca juga: Kondisi Terkini Perang Rusia-Ukraina: Serangan Militer Putin Melambat hingga Perundingan Tahap Kedua
Baca juga: Kata Ahli soal Peran Uni Eropa dan Amerika Serikat dalam Konflik Rusia-Ukraina: Langgar Perdamaian
Wallace menyebut, krematorium portable itu adalah gambaran sangat mengerikan bagaimana pemerintah Rusia memandang pasukan mereka.
Namun, Wallace menyebut bahwa video yang disebarkan oleh kementeriannya itu terjadi pada 2013.
Video itu awalnya diunggah oleh perusahaan konstruksi insinerator Rusia.
Wallace mengaku khawatir bahwa ada kemungkinan Rusia akan menggunakan cara itu lagi seperti zaman dulu.
Menurut petinggi Ukraina, penggunaan krematorium keliling seperti itu adalah taktik perang yang ilegal.
Hingga kini, belum ada bukti atau konfirmasi apakah Rusia masih menggunakan krematorium itu dalam invasinya ke Rusia.
Pabrik bir jadi pabrik molotov
Sebuah industri bir di kota Lviv, Ukraina, kini banting setir untuk memproduksi bom molotov.
Bom molotov tersebut digunakan untuk membela diri dalam invasi Rusia ke Ukraina.
Dikutip TribunnewsSultra.com dari france24.com, kota tersebut terletak di dekat perbatasan Polandia.
Warga kota bersejarah itu khawatir sewaktu-waktu tank Rusia akan sampai ke sana.
"Kamu harus menunggu kainnya basah merata. Ketika sudah merata, artinya cocktail Molotov siap digunakan," ujar seorang pegawai.
Pegawai yang mengenakan topi itu tampak tengah menekan kain ke dalam botol bir yang sudah diisi campuran minyak dan bensin.
Sedangkan dua pegawai lain yang berada di sampingnya juga melakukan hal yang sama sambil bercengkerama.
Para pegawai sudah menyiapkan puluhan cocktail Molotov yang sudah siap pakai.
Mereka menempatkannya dengan rapi di meja agar tak terkena salju.
Meski produksi Molotov ini kesannya konyol untuk menyerang roket dan tank milik Rusia, namun pemilik industri bir ini sangat optimis.
Yuriy Zastavny, sang pemilik pabrik bir, mengaku keputusannya sudah bulat pabriknya kini berubah memproduksi bom.
"Kami melakukan ini karena seseorang memang harus melakukannya. Kami punya skill, kami bergabung dalam aksi revolusi di tahun 2014," ujar Zastavny.
"Makanya kami harus membuat cocktail Molotov ini," sambungnya.
Ia mengaku, ide itu muncul dari para pegawainya, yang mana juga bergabung dalam revolusi 2014.
Ini bukan kali pertamanya industri bernama Pravda itu bergabung dalam kegiatan membela kota Lviv.
Pravda menjual bir yang bertuliskan "Putin khuylo (Putin memang bre*****)", yang memang sengaja diproduksi untuk mencemooh Presiden Rusia Vladimir Putin.
Botol bertuliskan umpatan untuk Putin itu juga digunakan untuk membuat bom molotov.
Industri ini sempat menyuplai cocktail bom untuk Pasukan Pertahanan Teritorial pada Sabtu (26/2/2022).
Hal ini untuk menanggapi imbauan Presiden Ukraina Volodymir Zelenskyy agar warga sipil ikut membela negara.
Pada pos-pos pemeriksaan yang berada di kota berpenduduk 720.000 jiwa itu, polisi dan tentara yang berjaga sudah dibekali dengan bom molotov tersebut.
Kondisi terbaru pada Senin
Pada Senin (28/2/2022), militer Ukraina menyebut pasukan Rusia memperlambat serangan ke Ukraina.
"Penjajah Rusia telah mengurangi kecepatan serangan, tetapi masih berusaha untuk mengembangkan keberhasilan di beberapa daerah," kata Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina, dikutip dari AFP.
Hari Senin ini terhitung sebagai hari kelima serangan Rusia ke Ukraina.
Rusia mulai menginvasi Ukraina pada Kamis (24/2/2022), mengirimkan gelombang kejut ke seluruh dunia.
Pasukan Ukraina, yang didukung oleh senjata Barat, dilaporkan telah berhasil memperlambat kemajuan tentara Rusia.
Militer Ukraina juga menuduh Rusia melancarkan serangan rudal terhadap bangunan tempat tinggal di kota Zhytomyr dan Chernigiv, kota-kota di barat laut dan utara Ukraina.
"Pada saat yang sama, semua upaya penjajah Rusia untuk mencapai tujuan operasi militer gagal," kata Militer Ukraina.
"Musuh mengalami demoralisasi dan menanggung kerugian besar," klaim militer Ukraina.
(TribunnewsSultra.com/ Ifa Nabila) (Kompas.com/Irawan Sapto Adhi)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ukaina Sebut Pasukan Rusia Memperlambat Serangan"