"Kedua kriteria tersebut dianalisis menggunakan data citra satelit," ujarnya.
Sedangkan untuk pelikan Tuna dan Cakalang, dihasilkan melalui pendekatan kesesuaian habitat ikan.
Kriteria kesesuaian habitat ikan tersebut dianalisis menggunakan pemodelan numerik dan pendekatan statistik non-linear.
"Yang jelas, lokasi-lokasi keberadaan ikan Tuna Sirip Kuning, Tuna Sirip Biru, dan Albacore ditampilkan secara sederhana sehingga bisa dengan mudah digunakan oleh nelayan," jelasnya.
Seperti diketahui, ikan Tuna Sirip Kuning, Tuna Sirip Biru, dan Albacore tersebut memang memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Sesuai data Pusat Informasi Pelabuhan Kementerian Kelautan dan Perikanan, harga Tuna Sirip Kuning berada pada kisaran Rp50.000 per kg, Tuna Sirip Biru sekitar Rp100.000 per kg, dan Albacore sekitar Rp50.000 per kg.
Sampai tingkat konsumen, harga jual bisa mencapai hingga tiga kali lipatnya. Sementara itu di pasar internasional, seekor tuna Bluefin harganya pernah menembus rekor dunia Rp25 miliar dengan bobot 276 kg.
Baca juga: KKP Gandeng XL Axiata Kembangkan Aplikasi Laut Nusantara, Bantu Nelayan Tangkap Ikan
Baca juga: Gandeng NTT Ltd., XL Axiata Bangun Infrastruktur Private Cloud, Siapkan Jaringan 5G
Sebelumnya, aplikasi Laut Nusantara telah memiliki fitur pendeteksi ikan bernilai ekonomi tinggi lainnya yaitu Lemuru Bali, Tuna Mata Besar, dan Cakalang.
Ikan Tuna dan Ikan Cakalang punya nilai permintaan yang tinggi di Indonesia dan pasar Internasional. Pada tahun 2017, Indonesia memasok lebih dari 16 persen produksi Tuna, Tongkol, dan Cakalang dunia.
Data Kementerian Kelautan dan Perikanan, selama triwulan I 2021 komoditas Tuna, Tongkol, dan Cakalang (CTC) menempati primadona kedua untuk ekspor.
Di mana nilanya mencapai 228,55 juta dollar AS atau 13,08 dari total nilai ekspor pada sektor perikanan.
Hal tersebut menjadikan Tuna, Tongkol, dan Cakalang sebagai prioritas KKP. Sementara itu, Lemuru merupakan ikan khas/spesifik di selat Bali.
Sejauh ini sudah ada 55 ribu pengguna aktif aplikasi Laut Nusantara, di mana mayoritas pengguna merupakan masyarakat nelayan yang tersebar di seluruh Indonesia.
Mereka mengetahui aplikasi ini melalui sosialisasi yang diselenggarakan bersama Balai Riset dan Observasi Laut maupun instansi lainnya seperti BAKAMLA dan Pemerintah Daerah.
Baca juga: XL Axiata Uji Coba Open RAN, Klaim Pertama di Indonesia
Baca juga: Gandeng FiberStar, XL Axiata Perluas Jangkauan Jaringan XL Home, Hadirkan Kualitas Internet Prima
Hingga saat ini ada lebih dari 5.000 nelayan yang telah menerima sosialisasi langsung. Mereka kemudian menginformasikan penggunaan aplikasi ini kepada para nelayan lainnya.
Hingga tahun 2020 lalu, XL Axiata dan BROL telah menjalin kerjasama dengan sekira 29 wilayah kabupaten/kota di berbagai provinsi untuk implementasi aplikasi Laut Nusantara. (*)