“Ia tak ada rapid tes antigen dan tiket. Dan alhamdullilah akhirnya kami diizinkan berangkat ke Surabaya setelah koordinasi Kapolres, KKP dan Pelni,” ujarnya kepada wartawan.
Potensi Anarkisme
Kepala KKP Murhum Baubau, Alias, mengakui seharusnya 158 orang dari total 185 kader HMI yang berangkat dari Baubau menuju ke Surabaya dengan menumpang KMP Sinabung tak boleh diizinkan berlayar.
“Seharusnya jika kita merujuk dari Peraturan Menteri Perhubungan dan Satuan Tugas Covid-19 itu tidak lagi dibolehkan rapid test antibodi menjadi syarat perjalanan antarprovinsi,” jelasnya.
Namun, desakan molornya waktu pemberangkatan kapal hingga protes massa yang berpotensi anarkis menjadi alasan langkah tersebut terpaksa dilakukan.
KKP Murhum Baubau akhirnya melakukan rapid test antibodi untuk keberangkatan 158 kader HMI yang hendak ke Surabaya.
Apalagi, Kapolres Baubau AKBP Zainal Rio Chadra Tangkari menyetujui langkah tersebut.
“Kalau disetujui oleh Pak Kapolres karenakan Wakil Ketua Gugus Tugas Covid19 Kota Baubau, jadi ya sudah (setuju),” ujar Alias.
Alias juga menggambarkan kompleksitas persialan saat menghadapi protes kader HMI yang berujung keributan di Pelabuhan Murhum Baubau.
Selain itu, potensi terjadinya aksi anarkisme
Menurutnya, seluruh pihak termasuk KKP terpaksa menyetujui mengganti hasil rapid test antigen dengan hasil rapid test antibodi karena potensi anarkisme ratusan kader HMI.
Meski aksi anarkisme tersebut belum terjadi saat keributan di Pelabuhan Murhum Baubau sekitar pukul 10.00 wita.
Namun, gesekan berujung aksi anarkisme berpotensi terjadi jika tak ditemukan solusi secepatnya agar para mahasiswa tersebut berangkat ke Surabaya.
Baik KKP, PT Pelni, dan Polres Baubau, tentu tak menginginkan kejadian itu. Terlebih, gegara protes berkepanjangan, jadwal keberangkapan KMP Sinabung menjadi molor.
“Memang belum ada tindakan anarkisme saat keributan protes dari HMI tadi. Tapi tanda-tanda akan terjadinya itu sudah mulai terlihat,” kata Alias.