Aspal Buton Sulawesi Tenggara Prioritas Proyek Hilirisasi ke Danantara, Investasi Rp1,49 Triliun

9. Industri Oleoresin (Pala) 
Lokasi: Kabupaten Fakfak, Papua Barat
Nilai investasi: Rp1,8 triliun
Potensi lapangan kerja: 1.850 orang. 

10. Industri Oleofood (Kelapa Sawit)
Lokasi: KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan Timur (MBTK)
Nilai investasi: Rp3 triliun
Potensi lapangan kerja: 4.800 orang. 

11. Industri Nata de Coco, Medium-Chain Triglycerides (MCT), Coconut Flour, Activated Carbon (Kelapa) 
Lokasi: Kawasan Industri Tenayan, Riau
Nilai investasi: Rp 2,3 triliun
Potensi lapangan kerja: 22.100 orang. 

12. Industri Chlor Alkali Plant (Garam)
Lokasi: Aceh, Kalimantan Timur, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Riau, Banten, dan NTT, 
Nilai investasi: Rp16 triliun
Potensi lapangan kerja: 33.000 orang. 

13. Industri Fillet Tilapia (Ikan Tilapia) 
Lokasi: Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur
Nilai investasi: Rp1 triliun
Potensi lapangan kerja: 27.600 orang. 

14. Industri Carrageenan (Rumput Laut) 
Lokasi: Kupang, NTT
Nilai investasi: Rp 212 miliar
Potensi lapangan kerja: 1.700 orang. 

15. Oil Refinery (Kilang Minyak)
Lokasi: Lhokseumawe, Sibolga, Natuna, Cilegon, Sukabumi, Semarang, Surabaya, Sampang, Pontianak, Badung, Bima, Ende, Makassar, Donggala, Bitung, Ambon, Halmahera Utara, dan Fakfak
Nilai investasi: Rp160 triliun
Potensi lapangan kerja: 44.000 orang. 

16. Oil Storage Tanks (Tangki Penyimpanan Minyak dan Bahan Bakar)
Lokasi: Lhokseumawe, Sibolga, Natuna, Cilegon, Sukabumi, Semarang, Surabaya, Sampang, Pontianak, Badung, Bima, Ende, Makassar, Donggala, Bitung, Ambon, Halmahera Utara, dan Fakfak
Nilai investasi: Rp 72 triliun
Potensi lapangan kerja: 6.960 orang. 

17. Modul Surya Terintegrasi (Bauksit dan Silika) 
Lokasi: Kawasan Industri Batang, Jawa Tengah
Nilai investasi: Rp 24 triliun
Potensi lapangan kerja: 19.500 orang. 

18. Industri Bioavtur (Used Cooking Oil) 
Lokasi: KBN Marunda, Kawasan Industri Cikarang, dan Kawasan Industri Karawang
Nilai investasi: Rp 16 triliun,
Potensi lapangan kerja 10.152 orang.

Menteri ESDM sekaligus Ketua Satgas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional, Bahlil Lahadalia, menjelaskan, sebagian proyek itu bahkan sudah bisa mulai dieksekusi dalam waktu dekat.

“Dalam berbagai kajian pra-FS ini, kami sudah melewati proses yang panjang. Diskusi, kajian mendalam antar tim, melibatkan akademisi, pelaku usaha, hingga teknologi,” katanya.

“Tim kami bahkan sudah turun ke lapangan untuk memastikan kesiapan proyek,” jelasnya menambahkan.

Meski demikian, ia mengakui bahwa hasil kajian pra-FS masih belum sempurna. 

Karena itu, tahap penyempurnaan diserahkan ke Danantara sebagai pihak yang memiliki anggaran penuh untuk melanjutkan proses ini.