Universitas Sulawesi Tenggara

Unsultra, ITEA dan ICCCM Gelar Konferensi Internasional, Komitmen Bangun Peradaban Digital Beretika

Prof Andi Bahrun mengatakan era digita telah membawa dampak positif bagi kemajuan peradaban tetapi juga telah menimbulkan dampak negatif.

Unsultra
UNSULTRA - Kolase foto poster konferensi internasional 2025 dan Rektor Universitas Sulawesi Tenggara (Unsultra), Prof Andi Bahrun saat menjadi co-host dan peserta dalam kegiatan ITEA dan ICCCM International Conference 2025, Kamis (24/4/2025). 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Universitas Sulawesi Tenggara (Unsultra) kembali mendapatkan kepercayaan dari mitra luar negeri untuk bersama menggelar konferensi internasional terkait etika budaya digital dalam berinteraksi di ruang daring.

Event bertajuk International Conference: Building A Culture of Courtesy in Online Spaces- Fostering Empathetic Digital Interactions.

Diselenggarakan oleh International Transnational Education Association (ITEA) dan Internasional Cultural Communication Center Malaysia (ICCCM), Kamis (24/4/2025).

Bekerja sama dengan berbagai universitas dari Asia, Afrika, Eropa dan Indonesia termasuk Unsultra, di Kota Kendari, Provinsi Sultra.

Pada kesempatan tersebut, Unsultra diberi kesempatan menjadi Co-Host.

Konferensi yang digelar secara daring ini dibuka secara resmi pada pukul 15.00 GMT+8, dengan sambutan pembukaan dari perwakilan ITEA dan Co-Host, termasuk Rektor Unsultra Prof Dr Ir Andi Bahrun M. Sc., Agric.

Dalam sambutannya, Prof Andi Bahrun mengatakan era digita telah membawa dampak positif bagi kemajuan peradaban tetapi juga telah menimbulkan dampak negatif. 

Baca juga: Cetak Talenta Digital, Unsultra Hadirkan AI Development Center sebagai Pusat Pembelajaran Teknologi

Akhir-akhir ini banyak sekali dampak negatif dari interaksi digital seperti maraknya cyberbullying dan hate speech, merebaknya hoax dan disinformasi.

Termasuk menurunnya kualitas interaksi dan komunikasi, ancaman terhadap privasi dan keamanan data pribadi, serta lingkungan daring yang kurang produktif dan nyaman.

Beberapa dampak negatif tersebut tidak hanya berdampak pada individu saja, tetapi juga masyarakat lapisan bawah, level nasional dan dunia atau masyarakat global.

Oleh karena itu, pentingnya pembangunan karakter dan etika dalam transformasi digital saat ini.

“Digitalisasi bukan hanya soal teknologi, tetapi juga tentang bagaimana membentuk generasi yang mampu bersikap etis dan bertanggung jawab di ruang maya,” kata Prof Bahrun.

Menurutnya, membangun budaya kesopanan dan kesantunan, etika digital dalam ruang daring, serta memupuk interaksi digital yang berempati menjadi sangat penting dan urgent.

Namun hal itu bukanlah tugas yang mudah, tetapi sangat penting di masa kini dan untuk masa depan dunia digital yang lebih baik.

Baca juga: Mahasiswa Program MBKM Unsultra Berbagi Pengalaman Guna Bangun Motivasi di Lingkungan Kampus

Pendidikan karakter atau etika digital harus menjadi prioritas, terutama bagi generasi muda, agar mereka paham bagaimana berinteraksi secara positif di dunia maya.

Pendidikan karakter atau etika digital merupakan tutugas bersama baik pemerintah, lembaga pendidikan, keluarga, masyarakat, maupun penyedia platform media sosial.

Sehingga dapat mengarahkan pengunaan dan budaya digital yang lebih beradab.

Harapan dari pendidikan karakter adalah menjadikan media sosial sebagai salah satu alat komunikasi terbesar di dunia, yang dapat digunakan secara bijak untuk membangun karakter dan meningkatkan etika.

Bukan untuk merusak, menyebarkan ujaran kebencian dan lebih apalagi jangan sampai terjadi perpecahan, ujarnya.

Membangun budaya kesopanan, etika digital, dan menumbuhkan empati sangat penting dalam berinteraksi secara digital di dunia digital karena membantu menciptakan lingkungan daring yang aman, adil, dan produktif.

"Dengan memahami dan mempraktikkan budaya kesopanan, etika digital, dan menumbuhkan empati dalam interaksi digital, kita dapat menghindari tindakan negatif seperti perundungan siber, penyebaran berita palsu (hoax), ujaran kebencian, dapat terbangun hubungan yang positif dengan orang lain, serta tercipta lingkungan daring yang produktif dan nyaman," ungkapnya.

Baca juga: Sosok Dosen Unsultra Raih International Golden Awards E-Learning Material Development Competition

Keynote speaker dari Unsultra, Dr Hijriani, Kepala LPPM Universitas Sulawesi Tenggara, menyampaikan materi berjudul Challenges and Solutions: Diminishing Civility, Fraud, and Ethics in the Digital Space.

Dalam paparannya, Dr Hijriani menekankan kejahatan digital seperti penipuan (fraud) bukan hanya persoalan hukum, tetapi juga refleksi dari kegagalan etika digital.

Ia menawarkan solusi yang mencakup sinergi antara pendekatan teknologi, edukasi, dan regulasi.

Menurutnya, ruang digital yang sehat hanya bisa diwujudkan bila prinsip integritas, transparansi, dan tanggung jawab ditegakkan oleh seluruh pemangku kepentingan.

“Etika digital tidak boleh menjadi wacana elitis, melainkan harus dibumikan melalui kebijakan publik, pendidikan, dan kampanye literasi yang inklusif,” tegas Dr. Hijriani.

Kontribusi Global dan Multikultural dari Keynote Speaker dan Panelis Internasional Selain Dr Hijriani dari Unsultra, konferensi ini juga menghadirkan keynote speaker dari Agostinho Neto University (Angola) yang memberikan perspektif dari konteks Afrika dalam membangun interaksi digital yang berempati dan santun.

Diskusi panel dengan tema Politeness in Social Media Communication turut memperkaya konferensi melalui kehadiran panelis dari berbagai institusi.

Baca juga: Universitas Sulawesi Tenggara Jadi Co-Host International Conference, Dorong Etika Digital Global

Seperti Universitas Bina Bangsa Getsempena (Indonesia), South Eastern University of Sri Lanka, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (Indonesia), Agostinho Neto University (Angola).

Para panelis membahas pentingnya kecerdasan emosional, kesadaran budaya, dan praktik moderasi daring yang efektif untuk menciptakan ruang komunikasi digital yang ramah dan inklusif lintas negara.

Komitmen Lanjutan untuk Budaya Digital yang Empatik

Acara ditutup dengan sesi Survey & Feedback serta Closing Remarks and Call-to-Action yang menggarisbawahi perlunya kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, lembaga pendidikan, platform digital, dan masyarakat sipil dalam membentuk masa depan digital yang empatik dan berbudaya.

Keterlibatan Unsultra sebagai Co-Host dan pengisi utama dalam forum internasional ini memperkuat visinya sebagai perguruan tinggi berbasis nilai, berdaya saing global, dan berkomitmen pada pembangunan peradaban digital yang beretika.(*)

(TribunnewsSultra.com/Content Writer)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA
Komentar

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved