Universitas Sulawesi Tenggara

Unsultra, ITEA dan ICCCM Gelar Konferensi Internasional, Komitmen Bangun Peradaban Digital Beretika

Prof Andi Bahrun mengatakan era digita telah membawa dampak positif bagi kemajuan peradaban tetapi juga telah menimbulkan dampak negatif.

Unsultra
UNSULTRA - Kolase foto poster konferensi internasional 2025 dan Rektor Universitas Sulawesi Tenggara (Unsultra), Prof Andi Bahrun saat menjadi co-host dan peserta dalam kegiatan ITEA dan ICCCM International Conference 2025, Kamis (24/4/2025). 

Pendidikan karakter atau etika digital merupakan tutugas bersama baik pemerintah, lembaga pendidikan, keluarga, masyarakat, maupun penyedia platform media sosial.

Sehingga dapat mengarahkan pengunaan dan budaya digital yang lebih beradab.

Harapan dari pendidikan karakter adalah menjadikan media sosial sebagai salah satu alat komunikasi terbesar di dunia, yang dapat digunakan secara bijak untuk membangun karakter dan meningkatkan etika.

Bukan untuk merusak, menyebarkan ujaran kebencian dan lebih apalagi jangan sampai terjadi perpecahan, ujarnya.

Membangun budaya kesopanan, etika digital, dan menumbuhkan empati sangat penting dalam berinteraksi secara digital di dunia digital karena membantu menciptakan lingkungan daring yang aman, adil, dan produktif.

"Dengan memahami dan mempraktikkan budaya kesopanan, etika digital, dan menumbuhkan empati dalam interaksi digital, kita dapat menghindari tindakan negatif seperti perundungan siber, penyebaran berita palsu (hoax), ujaran kebencian, dapat terbangun hubungan yang positif dengan orang lain, serta tercipta lingkungan daring yang produktif dan nyaman," ungkapnya.

Baca juga: Sosok Dosen Unsultra Raih International Golden Awards E-Learning Material Development Competition

Keynote speaker dari Unsultra, Dr Hijriani, Kepala LPPM Universitas Sulawesi Tenggara, menyampaikan materi berjudul Challenges and Solutions: Diminishing Civility, Fraud, and Ethics in the Digital Space.

Dalam paparannya, Dr Hijriani menekankan kejahatan digital seperti penipuan (fraud) bukan hanya persoalan hukum, tetapi juga refleksi dari kegagalan etika digital.

Ia menawarkan solusi yang mencakup sinergi antara pendekatan teknologi, edukasi, dan regulasi.

Menurutnya, ruang digital yang sehat hanya bisa diwujudkan bila prinsip integritas, transparansi, dan tanggung jawab ditegakkan oleh seluruh pemangku kepentingan.

“Etika digital tidak boleh menjadi wacana elitis, melainkan harus dibumikan melalui kebijakan publik, pendidikan, dan kampanye literasi yang inklusif,” tegas Dr. Hijriani.

Kontribusi Global dan Multikultural dari Keynote Speaker dan Panelis Internasional Selain Dr Hijriani dari Unsultra, konferensi ini juga menghadirkan keynote speaker dari Agostinho Neto University (Angola) yang memberikan perspektif dari konteks Afrika dalam membangun interaksi digital yang berempati dan santun.

Diskusi panel dengan tema Politeness in Social Media Communication turut memperkaya konferensi melalui kehadiran panelis dari berbagai institusi.

Baca juga: Universitas Sulawesi Tenggara Jadi Co-Host International Conference, Dorong Etika Digital Global

Seperti Universitas Bina Bangsa Getsempena (Indonesia), South Eastern University of Sri Lanka, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (Indonesia), Agostinho Neto University (Angola).

Para panelis membahas pentingnya kecerdasan emosional, kesadaran budaya, dan praktik moderasi daring yang efektif untuk menciptakan ruang komunikasi digital yang ramah dan inklusif lintas negara.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA
Komentar

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved