Hashim Djojohadikusumo: Ali Ngabalin itu Teman Lama Tapi Beda Nasib

Di pidato sambutan resminya, Hashim menyebut Ngabalin sebagai teman lama beda nasib.

istimewa
Tenaga Ahli Utama Deputi IV Kantor Staf Kepresidenan (KSP), Ali Mochtar Ngabalin (56), Rabu (19/6/2024) petang, bertandang ke kantor Tribun Network 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, JAKARTA - Tenaga Ahli Utama Deputi IV Kantor Staf Kepresidenan (KSP), Ali Mochtar Ngabalin (56), Rabu (19/6/2024) petang, bertandang ke kantor Tribun Network, kawasan Palmerah Barat, Jakarta Barat.

Sebelum sesi wawancara khusus, mantan anggota komisi I DPR-RI (2004-2009) ini berkisah soal pertemuan dan pertemanannya dengan Hashim Djojohadikusumo (70).

Merupakan adik kandung Presiden terpilih Prabowo Subianto (72), di peresmian Kuil Umat Hindu Kalideres, Jakarta Barat, pekan lalu.

Di acara itu, dalam sambutan resmi, Hashim menyebut Ali Ngabalin sebagai "teman lama tapi beda nasib."

Baca juga: Jumlah Suara Politisi Nasional, Selebgram dan Artis Caleg Dapil di Sultra, Ngabalin hingga Steven

Ngabalin berkisah, sebelum acara, di selasar panggung, Hashim menarik tangan Ngabalin.

"Eh, saya dibisiki dan didadak ikut membacakan doa di acara umat Hindu Jakarta itu," katanya.

Sejatinya, Ngabalin diundang empunya hajat, Yayasan Shri Sanathana Dharma Aalayam (SSDA), dalam kapasitas Ngabalin  sebagai Ketua Umum Bakomubin (Badan Koordinasi Mubaligh Indonesia).

Ngabalin juga kenal dekat dengan sosok pengusaha AS Kobalen, sekaligus Dewan Pembina Yayasan SSDA di Kalideres.

Kuil itu digagas selama hampir 22, 5 tahun. "Kami berterima kasig sebab para donatur justru didominasi oleh umat Muslim di Indonesia." ujar Kobalen.

Selain Ngabalin, diundang juga tokoh   dan ormas lintas agama level internasional, nasional, regional, serta pejabat relevan.

"Namun, karena ditodong Pak Hashim bacakan doa, yang saya baca doa dalam kapasitas sebagai Muslim," ujar mantan pengurus teras DPP Badan Koordinasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) itu kepada Tribun.

Baca juga: Air Mata Ilmiati Daud dan Ali Mochtar Ngabalin Jatuh Nonton Film Pendek Bupati Konut Ruksamin

Untuk mengkonfirmasi todongan baca doa dadakan itu, alumnus IAIN Alauddin Ujungpandang ini lantas memutar klip video acara  yang digagas Yayasan Shri Sanathana Dharma Aalayam (SSDA).

Untuk peresmian kuil dan gedung serbaguna umat Hindu di Kalideres Jakarta Barat, Sabtu (8/6/2024) lalu.

Ngabalin menyebut di acara itu, juga dia ikut sesi acara pemotongan kue ulang tahun ke-70 Hashim.

Ngabalin bertandang ke Tribun Network untuk sesi wawancara terjadwal.

"Ini waktu kosong. Besok saya ke Solo, dua hari bersama Pak Jokowi, lalu lanjut ke IKN seminggu, untuk persiapan pemindahan KSP dan beberapa kementerian," ujar mantan caleg DPR dari Partai Golkar itu.

Usai sesi wawancara, Ngabalin sempat bercerita awal pertemanannya dengan Hashim.

"Sudah hampir 20 tahun, sejak saya jadi anggota komisi pertahanan di DPR," ujar Ngabalin, yang kala itu anggota Fraksi Partai Bulan Bintang (PBB) dari Dapil Sulsel III.

Ngabalin lalu menjelaskan, maksud kutipan pidato Hashim, yang juga Wakil Ketua Umum Dewan Pembina Partai Gerindra. 

"Maksudnya, teman lama beda nasib itu, karena saya lebih dulu delapan tahun masuk Istana. Pak Hashim baru masuk Istana, Oktober," ujar Ngabalin diikuti tawa khasnya.

Sebelum acara, CEO Tribun Network Dahlan Dahi dan bertukar cinderamata dengan Ngabalin. 

Baca juga: Malam Pentas Festival Konasara HUT ke-17 Konawe Utara Dihadiri Tenaga Ahli KSP Ali Mochtar Ngabalin

Dahlan memberikan plakat Tribun Network, dan mengenakan baseball jacket berlogo Tribun Network, dengan tulisan Aku Lokal Aku Bangga.

Ali Muchtar Ngabalin juga berkisah, kedekatannya dengan Hashim dan Prabowo, kian dekat saat peserta Pilpres 2014.

Kala itu, partai Ngabalin, PBB masuk partai pendukung dan koalisi Indonesia Bangkit, yang mengusung Prabowo Subianto dan Hatta Radjasa.

Kala itu, Gerindra dan PAN jadi parpol poros pengusung bersama Golkar, PPP, PKS dan PBB.

Poros ini melawan  pasangan Joko Widodo - Jusuf Kalla, yang diusung PDIPerjuangan, Partai Nasdem, PKB dan Partai Hanura.

Ngabalin saat itu, jadi salah sary juru bicara koalisi Prabowo-Hatta.

Ngabalin memulai karier politiknya sebagai kader Partai Bulan Bintang (PBB). Ngabalin lima tahun jadi anggota legislatif di Komisi I DPRI RI periode 2004-2009. 

Baca juga: Ali Ngabalin Nyaleg DPR RI di Sultra: Tidak Ada yang Vokal Perjuangkan Masyarakat Sulawesi Tenggara

Di April 2010, pria kelahiran Fakfak dengan ayah Maluku dan Ibu Wanci, Buton itu lalu mengajukan diri sebagai calon Ketua Umum PBB untuk periode 2010-2015, namun kalah dari MS Kaban.

Setelah itu, Oktober 2010, Ngabalin migrasi partai dan  bergabung dengan Partai Golkar dengan posisi awal sebagai wakil sekretaris jenderal.

Di Pilpres 2014 dia masuk tim pemenangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dengan kapasitas ebagai juru debat sekaligus jubir koalisi.

Ketika pemungutan suara usai dan Joko Widodo dinyatakan sebagai pemenang, Ngabalin melontarkan ucapan kontroversial.

"Perjuangan yang kita lakukan tidak berhenti sampai di sini dan kita mendesak Allah SWT berpihak kepada kebenaran, berpihak kepada Prabowo-Hatta. Kita gemas, kapan Tuhan turunkan. Kita desak Allah turunkan bala tentaranya tolong Prabowo."

Namun, di akhir  pertama periode Jokowi-JK, Ngabalin masuk Istana membantu Moeldoko, sebagai kepala staf presiden.

"Itu, logika politik saya tak percaya bisa masuk Istana, andai saya tak ditelepon Ummi Haji (Ibu kandung) dari Jayapura, kalau saya akan masuk Istana," ujar Ngabalin mengenang telepon dari ibu kandung yang dia terima saat lagi mengajar di Amerika Serikat, delapan tahun lalu.

Pria bersorban itu berlatar belakang sebagai mubalig, pernah menjadi pemimpin pondok pesantren Nurul Falah di Palu, Sulawesi Tengah, sempat menjabat Ketua DPP Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia, serta Ketua DPP Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia.

Baca juga: ITBM Wakatobi Sultra Gelar Kuliah Umum, Ustadz La Ode Baa dan Ali Mochtar Ngabalin Jadi Dosen Tamu

Di KSP, Ngabalin bertugas membantu  3 kegiatan strategis Istana Presiden.

Tugasnya dirinci dalam  Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2019 tentang Kantor Staf Presiden, untuk memberi dukungan kepada Presiden dan Wakil Presiden pelaksanaan Program – Program Prioritas Nasional, aktivitas terkait komunikasi politik kepresidenan, dan pengelolaan isu strategis.

Pileg 2024 ini, Ngabalin maju sebagai caleg Partai Golkar di daerah pemilihan Sulawesi Tenggara. Pria kelahiran Fakfak, Papua Barat itu hanya mendapatkan 8.483 suara dari 17 kabupaten/kota di Sultra.

Perolehan suaranya terpaut jauh sekali dengan kader Golkar yang diprediksi berhasil mendapatkan kursi dari Sultra, yakni Ridwan Bae.

Ridwan Bae berhasil mengantongi 84.440 suara atau nyaris 10 kali lipat coblosan untuk Ngabalin. 

"Kita tahu diri, saya ini hanya vote getter Golkar di Tanah leluhur ibu," ujarnya kepada Tribun. (zil)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved