Lipsus Harga Beras di Sultra

Disperindag: Lonjakan Harga Beras di Sultra Akibat Gagal Panen dan Permintaan Tinggi Jelang Ramadhan

Harga beras di Sulawesi Tenggara (Sultra) kompak merangkak hingga berdampak pada semua jenis komoditas.

Penulis: Dewi Lestari | Editor: Amelda Devi Indriyani
(Tribunnewssultra.com/Dewi Lestari)
Harga beras di Sulawesi Tenggara (Sultra) kompak merangkak hingga berdampak pada semua jenis komoditas, Jumat (1/3/2024). 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Harga beras di Sulawesi Tenggara (Sultra) kompak melonjak hingga berdampak pada semua jenis komoditas.

Seperti di Kota Kendari, beras 5 kilogram kini dibanderol dengan harga Rp85 ribu, sebelumnya Rp65 ribu, sedangkan di Kabupaten Wakatobi mencapai Rp16.400 per kilogramnya.

Sementara itu di Kota Baubau untuk beras medium 5 kilogram kini dibanderol dengan harga Rp90 ribu, sebelumnya Rp70 ribu.

Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri (PDN) Disperindag Sultra, La Ode Muhammad Fitrah Arsyad mengatakan kenaikan harga beras ini terjadi karena curah hujan yang tinggi sehingga menyebabkan petani tidak bisa menanam hingga gagal panen.

Karena sawah banyak tergenang air, para petani tidak bisa panen padi, sehingga menyebabkan harga di penggilingan tinggi.

Kemudian, harga pokok penjualan (HPP) beras Bulog itu Rp6.800, tetapi petani menjual gabah dengan harga Rp7.200, sehingga Bulog tidak bisa menyerap beras tersebut.

Lalu, secara otomatis gabah dari petani tersebut diserap oleh penggilingan, baik yang ada di Sultra maupun daerah-daerah tetangga.

Baca juga: Begini Tanggapan Disperindag Sulawesi Tenggara Soal Harga Beras 50 Kg di Wakatobi Tembus Rp1 Juta

"Jadi, pada saat masuk ke kita lagi, sudah jadi beras. Otomatis ada biaya distribusi dan kemasan, sehingga saat masuk dikita harganya sudah tinggi," kata La Ode Muhammad Fitrah Arsyad saat ditemui Tribunnewssultra.com, Jumat (1/3/2024).

La Ode Muhammad Fitrah Arsyad menyampaikan merangkaknya harga beras ini juga karena akan memasuki bulan suci Ramadhan.

Di mana, ketika memasuki hari besar keagamaan tentunya permintaan meningkat, sementara stok di pemerintah saat ini lagi terkendala oleh distribusi.

"Stok beras di kita agak berkurang karena tingginya permintaan, sementara untuk produksi beras lokal kita terkendala oleh adanya curah hujan yang masih tinggi, sehingga menyebabkan masa panen maupun masa tanam terhambat," jelasnya. (*)

(TribunnewsSultra.com/Dewi Lestari)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved