Penyebab Beras Langka dan Mahal, Satgas Pangan Turun Lapangan Tak Temukan Penimbunan Bahan Pokok
Berikut ini penyebab beras langka dan mahal. Menindaklanjuti hal tersebut, Satuan Tugas (Satgas) Pangan Polri sampai turun tangan.
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Desi Triana Aswan
Netty merasa heran, bansos jelang pemilu kemarin lebih sering dan lebih banyak ketimbang pada masa pandemi.
"Pemerintah harus berani mengakui dan mengevaluasi kebijakan tersebut," tutur Netty.
Dugaan Musim Tanam Terlambat
Menurut pakar pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Taryono, angkat bicara terkait melonjaknya harga beras di pasaran.
Ia menegaskan bahwa kenaikan harga ini bukan disebabkan oleh kelangkaan pasokan, melainkan karena musim tanam yang terlambat.
"Beras tidak langka, yang langka itu beras premium dari rice mill besar. Harga sudah lama mahal karena musim tanam terlambat," ungkap Taryono.
Taryono menambahkan bahwa impor beras dapat membantu memenuhi kebutuhan di pasaran.
"Beras impor sudah masuk, artinya stok di gudang masih cukup. Yang berkurang mungkin beras dari hasil panen petani," terangnya.
Untuk meningkatkan produksi dalam negeri, Taryono menekankan pentingnya intensifikasi pertanian yang ramah lingkungan. Namun, ia mengakui bahwa hal ini tidak mudah karena berbagai tantangan.
Baca juga: Beras, Gula Pasir hingga Minyak Goreng Ludes Terjual Saat Gerakan Pangan Murah di Konawe Sultra
"Produksi dalam negeri belum optimal. Biaya usaha tani mahal, tenaga kerja sulit, teknologi penggantinya belum siap atau sudah siap tapi budaya masyarakat belum menerima," paparnya.
Taryono pun mengusulkan solusi alternatif, yaitu desentralisasi kedaulatan pangan.
"Saya usul desentralisasi kedaulatan pangan. Pangan tidak harus beras seperti sekarang," tegasnya.
Dosen Departemen Budidaya Pertanian UGM ini menjelaskan bahwa ketergantungan masyarakat pada nasi saat ini merupakan hasil dari politik beras sejak masa Orde Baru.
Padahal, setiap wilayah memiliki kekhasan dan potensi pangan masing-masing.
"Di Pantura Jawa Timur, masyarakat masih suka mengkonsumsi jagung. NTT, NTB juga sama. Di Merauke, transmigrannya bahkan menanam talas untuk sumber karbohidrat," terangnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.