Kecelakaan Tabrakan Kereta 2024 di Bandung Ingatkan Peristiwa 1987 Silam di Jakarta Selatan

Berikut ini kecelakaan tabrakan kereta api pada tahun 2024 di Bandung sekilas mirip peristiwa tahun 1987 silam di Jakarta Selatan (Jaksel).

Kolase TribunnewsSultra.com
Berikut ini kecelakaan tabrakan kereta api pada tahun 2024 di Bandung sekilas mirip peristiwa tahun 1987 silam di Jakarta Selatan (Jaksel). Peristiwa tragis itu sama-sama terjadi pada pagi hari. Seperti diketahui, tabrakan kereta api pada awal tahun 2024 terjadi di Bandung, Jawa Barat. Peristiwa itu menyita perhatian publik karena terbesar di awal tahun. 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM- Berikut ini kecelakaan tabrakan kereta api pada tahun 2024 di Bandung sekilas mirip peristiwa tahun 1987 silam di Jakarta Selatan (Jaksel).

Peristiwa tragis itu sama-sama terjadi pada pagi hari.

Seperti diketahui, tabrakan kereta api pada awal tahun 2024 terjadi di Bandung, Jawa Barat.

Peristiwa itu menyita perhatian publik karena terbesar di awal tahun.

Mengingatkan kejadian tahun 1987 silam di Bintaro Jakarta Selatan.

Kecelakaan pesawat yang terjadi pada 19 Oktober 1987 itu, dikenal dengan tragedi tabrakan kereta di Bintaro Jaksel.

Dilansir dari Tribunnews.com, sama seperti tragedi Bintaro, kecelakaan kereta api di Kampung Babakan, Desa Cikuya, Cicalengka ini melibatkan 'adu banteng' dua kereta.

Baca juga: Video Viral Detik-detik Petugas dan Warga Saling Bantu Panik Atur Pengendara Sebrangi Rel Kereta Api

Kecelakaan di Cicalengka terjadi pada pagi hari tepatnya pukul 06.03 WIB.

Sedangkan tragedi Bintaro pada pukul 06.45 WIB.

Lantas bagaimana kilas balik peristiwa tragis yang terjadi pada tahun 1987 itu?

Tabrakan kereta di Bintaro 1987 terjadi tepatnya di daerah Pondok Betung Bintaro antara KA 225 Merak dan KA 220 Rangkas.

156 penumpang dari jumlah kedua KA dilaporkan meninggal dunia dalam tragedi itu.

Banyaknya korban semakin diperparah dengan kondisi kererta yang saat itu begitu penuh.

Tragisnya, masih ada penumpang yang bergelantungan di pintu, jendela, dan lokomotif.

Berikut ini kronologi kecelakaan kereta api tahun 1987 silam di Bintaro:

Kronologi

Dilansir Kompas, KA 220 Rangkas dengan tujuh rangkaian gerbong berangkat dari Tanah Abang menuju Merak.

Lalu dari arah berlawanan, KA 225 berangkat dari Rangkasbitung menuju Tanah Abang, juga dengan tujuh rangkaian gerbong.

Masinis dari masing-masing kereta api tidak mengetahui bahwa kereta mereka melaju di rel yang sama.

KA 225 Merak berkecepatan tinggi melaju cepat di rel lurus yang melintasi Kompleks Perumahan Bintaro Jaya, sedangkan KA 220 Rangkas melaju ke rel perlintasan Pasar Ulujami.

Tabrakan kedua kereta tidak dapat dihindari, dan terjadi di tikungan.

Tragedi Bintaro 1987 disebabkan oleh kelalaian petugas.

Dilansir Tribun Jabar, perjalanan kereta api tidak hanya ditentukan oleh masinis.

Sejumlah pihak lain ikut andil menentukan sebuah kereta bisa berangkat atau tidak.

Ketika kereta melintasi antar-stasiun, hak penuh ada di tangan Pemimpin Perjalanan Kereta Api (PPKA).

Sementara di dalam stasiun, ada juru langsir yang mengatur rambu kereta.

Itulah para petugas yang memiliki kewenangan di luar lokomotif.

PPKA tidak memiliki kemampuan untuk memberangkatkan kereta secara mandiri.

Ia harus bekerja sama dengan dua atau tiga stasiun berikutnya untuk memastikan apakah jalur yang akan dilewati aman.

Tragedi Bintaro bermula dari kesalahan Kepala Stasiun Serpong saat memberangkatkan KA 225 dengan tujuan Jakarta Kota.

KA 225 kemudian berangkat ke Sudimara tanpa memeriksa kondisi di stasiun. Akibatnya, tiga jalur kereta yang ada di Stasiun Sudimara penuh.

Sebaliknya, KA 220 juga diberangkatkan menuju Sudimara dari Stasiun Kebayoran.

KA 220 dan KA 225 memiliki jalur yang berlawanan.

Karena keadaan ini, juru langsir di Sudimara harus segera memindahkan lokomotif KA 225 menuju jalur tiga.

Masinis tidak dapat melihat semboyan dari juru langsir karena jalur kereta sangat padat.

KA 225, yang seharusnya pindah rel, tiba-tiba berangkat.

Semboyan 35 pun dilakukan. Yaitu semboyan suara yang dilakukan dengan cara masinis membunyikan klakson lokomotif secara panjang untuk menjawab kepada kondektur kereta api dan PPKA bahwa kereta api sudah siap untuk diberangkatkan.

Untuk memberi tahu kondektur kereta api dan PPKA bahwa kereta api sudah siap untuk diberangkatkan, masinis membunyikan suling (terompet atau klakson) lokomotif secara panjang.

Upaya yang dilakukan oleh juru langsir dan PPKA untuk menghentikan laju KA 225 tidak berhasil.

Di Desa Pondok Betung, kereta api tujuh gerbong bertemu KA 220.

Pukul 06.45 WIB, dua kereta api bertabrakan.

Setelah dilakukan pemeriksaan, beberapa petugas stasiun dan masinis kereta dijatuhi hukuman atas kelalaian mereka.

(*)

(Tribunnews.com)(TribunnewsSultra.com/Desi Triana)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved