Berita Sulawesi Tenggara

Ikatan Dokter Indonesia Sebut Pencegahan Stunting Maksimal Ketika Pra Nikah

Ikatan Dokter Indonesia atau IDI, menyebut bahwa pencegahan stunting maksimal dilakukan secara kolaboratif dan pada saat pra nikah.

Penulis: Dewi Lestari | Editor: Muhammad Israjab
istimewa
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sebut pencegahan stunting maksimal dilakukan secara kolaboratif dan pada saat Pra Nikah. Hal tersebut disampaikan Ketua PB IDI, Dr dr Moh Adib Khumaidi SpOT saat Poadcast di TribunnewsSultra, Jumat (24/11/2023). 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sebut pencegahan stunting maksimal dilakukan secara kolaboratif dan pada saat pra nikah.

Hal tersebut disampaikan Ketua PB IDI, Dr dr Moh Adib Khumaidi SpOT saat Poadcast di TribunnewsSultra, Jumat (24/11/2023).

Moh Adib Khumaidi mengatakan, stunting ini merupakan program nasional yang proses penurunannya belum terjadi secara signifikan.

Baca juga: Rangkaian Rakernas IDI di Kendari Gelar Fun Walk Ada Pemeriksaan Kesehatan Gratis hingga Pasar Murah

Hal tersebut terjadi karena di beberapa wilayah, angka stuntingnya masih tinggi, yakni ada yang mencapai 20 persen, lebih tinggi dari target nasional.

Sehingga, stunting ini masih menjadi salah satu prioritas program.

Terlebih saat Presiden menyampaikan kekecewaannya terkait dengan belum tercapainya sasaran program stunting.

"Kami dikalangan Dokter punya kepakarannya masing-masing, salah satunya ada spesialis gizi, tetapi kalau kewenangan kita berbicara stunting."

"Dari analisa yang didapatkan kita tidak bisa hanya memberikan susu dan telur saja," katanya

Baca juga: Hadiri Rakernas IDI, Kepala BKKBN Sebut Peran Dokter dalam Percepatan Penurunan Stunting

dr Adib menyampaikan permasalahan stunting, sebenarnya dimulai dari pra pernikahan hingga 1000 hari kehidupan.

Jika intervensi stunting dimulai saat terkena stunting, efek pencegahannya ada, tetapi tidak bisa mengejar permasalahan stuntingnya.

Sedangkan intervensi yang maksimal dilakukan yakni dimulai saat pra pernikahan, dimana para calon ibu yang masih pelajar diberikan edukasi kesehatan dan menjaga gizi.

Karena jika tidak memahami terkait gizi, maka akan berdampak pada bayi atau janin yang dikandungnya saat hamil.

Baca juga: Tarian Lulo, Kain Tenun, Hingga Makanan Khas Sultra Jadi Daya Tarik Peserta Rakernas III IDI 2023

"Kalau kita mulai pencegahannya setelah ada bayi lahir stunting, itu sudah terlambat sebenarnya," tuturnya.

Selain memberikan edukasi pra pernikahan, saling kolaborasi antara stakeholder terkait dan masyarakat itu juga sangat penting.

Karena stunting ini bukan masalah kesehatan saja, tetapi juga masalah kesejahteraan dan pendidikan, sehingga harus melibatkan semua pihak.

"Yang paling utama sekarang, kita harus memiliki kekuatan, yakni gotong royong. Hal tersebut sudah terbukti pada saat covid," jelasnya (*)

(Tribunnewssultra.com/Dewi Lestari)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved