Wisata Sulawesi Tenggara

Selain Wakatobi, Intip Lokasi 7 Koridor Wisata ‘Seven Wonders’ di Sulawesi Tenggara yang Memesona

Selain Wakatobi, berikut 7 koridor wisata yang disebut ‘Seven Wonders’ atau ‘7 keajaiban’ di Sulawesi Tenggara (Sultra).

Penulis: Content Writer | Editor: Aqsa
kolase foto (handover)
Selain Wakatobi, berikut 7 destinasi wisata yang disebut ‘Seven Wonders’ atau ‘7 keajaiban’ di Sulawesi Tenggara (Sultra). Obyek atau lokasi wisata yang memiliki keindahan, keunikan, dan kekhasan ini tersebar disejumlah kabupaten/ kota se-Provinsi Sultra. 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Selain Wakatobi, berikut 7 koridor wisata yang disebut ‘Seven Wonders’ atau ‘7 keajaiban’ di Sulawesi Tenggara (Sultra).

Obyek atau lokasi wisata yang memiliki keindahan, keunikan, dan kekhasan ini tersebar disejumlah kabupaten/ kota se-Provinsi Sultra.

Tujuh obyek wisata tersebut salah satunya koridor wisata Teluk Kendari di Kota Kendari, Pantai Toronipa di Kabupaten Konawe, serta Pulau Labengki di Konawe Utara.

Adapula koridor Benteng Keraton Wolio di Kota Baubau dan kawasan hutan suaka margasatwa Lambusango di Kabupaten Buton.

Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai yang masuk dalam wilayah 4 kabupaten yakni Konawe, Konawe Selatan, Bombana, Kolaka.

Pulau Padamarang di Kabupaten Kolaka, Kawasan Karts Pulau Muna di Kabupaten Muna.

Kawasan Karts Matarombeo di Kabupaten Konawe Utara (Konut) hingga Kawasan Mangrove di Buton Utara (Butur).

Baca juga: Pesona Teluk Kendari Sulawesi Tenggara, Wisata Ikonik, Penampakan Senja hingga Eksotisme Kota

“Kita di dispar (dinas pariwisata) mengusung konsep Seven Wonders ini,” kata Kepala Dinas Pariwisata Sulawesi Tenggara atau Dispar Sultra, Belly Hally Tombili, belum lama ini.

Berikut ulasan singkat terkait 7 destinasi wisata ‘Seven Wonders’ atau ‘7 keajaiban’ tersebut dihimpun TribunnewsSultra.com pada Jumat (17/11/2023):

1. Koridor Wisata Teluk Kendari-Toronipa-Labengki

Obyek wisata Teluk Kendari berlokasi di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.

Teluk tersebut berada di tengah-tengah ibu kota Provinsi Sultra dan memiliki sejumlah lokasi wisata dan area publik yang bisa dikunjungi.

Beberapa di antaranya kawasan pusat kuliner Kendari Beach serta di Anjungan Teluk Kendari.

Kawasan wisata edukasi hutan mangrove hingga obyek wisata religi masjid terapung yakni Masjid Al Alam.

Tentu saja, Jembatan Teluk Kendari yang ‘membelah’ teluk dan diresmikan pada 22 Oktober 2020.

Jembatan kabel pancang dengan total panjang 1,35 kilometer (km) ini menjadi jembatan lintas laut terpanjang ketiga di Indonesia.

Dalam koridor ini juga terdapat Pantai Toronipa di Kabupaten Konawe yang bisa ditempuh hanya 15-20 menit dari Kota Kendari dengan berkendara.

Jarak tempuh ke pantai tersebut kini kian singkat dengan hadirnya Jalan Wisata Kendari-Toronipa.

Lokasinya yang tak jauh dari Kota Kendari membuat lokasi wisata ini menjadi salah satu destinasi wisata favorit masyarakat.

Pantai Toronipa memiliki garis pantai panjang dengan pemandangan matahari terbit atau sunrise maupun matahari terbenam atau sunset.

Kawasan pantai ini juga dipenuhi deretan pohon cemara selain pohon kelapa yang umumnya tumbuh di kawasan pantai.

Baca juga: Lokasi Wisata ‘Ter’ Indonesia Bahkan Dunia Ada di Sulawesi Tenggara, Masuk Daftar 7 Keajaiban Sultra

Selain Pantai Toronipa dan Teluk Kendari, koridor wisata dalam destinasi ‘Seven Wonder’ tersebut adalah Pulau Labengki.

Obyek wisata pulau yang dikenal dengan julukan miniatur Raja Ampat tersebut berlokasi di Desa Labengki, Kecamatan Lasolo, Kabupaten Konawe Utara (Konut).

Julukan tersebut diberikan karena Pulau Labengki memiliki gugusan pulau yang berada di tengah laut dan terdiri dari karang-karang besar yang menjulang di atas pulau.

Untuk sampai di Pulau Labengki, wisatawan membutuhkan perjalanan laut kurang lebih 3-4 jam dari Kota Kendari, Provinsi Sultra.

Pulau Labengki dikenal dengan keindahan alam pegunungan yang masih asri dan alam bawah lautnya yang masih terjaga, membuat wisatawan lokal maupun mancanegara banyak berkunjung ke sana.

2. Koridor Benteng Keraton Wolio-Lambusango

Dua koridor wisata ini berlokasi di Kepulauan Buton, Sulawesi Tenggara.

Benteng Keraton Buton (Benteng Wolio), berlokasi di Keluarahan Melai, Kecamatan Wolio, Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Benteng Keraton Buton (Benteng Wolio), berlokasi di Keluarahan Melai, Kecamatan Wolio, Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara. (Istimewa)

Benteng Keraton Wolio berlokasi di Kota Baubau, Provinsi Sultra.

Sedangkan, kawasan Hutan Lambusango, berlokasi di Kabupaten Buton.

Benteng Keraton Wolio adalah benteng terluas di dunia.

Predikat bangunan pertahanan terluas dunia itu diberikan Guinness World Records pada tahun 2006 lalu.

Benteng Keraton Buton atau Benteng Wolio tersebut juga tercatat dalam Museum Rekor Indonesia atau MURI.

Bangunan Kesultanan Buton tersebut bahkan sudah ditetapkan menjadi Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) oleh Kemendikbudristek pada tahun 2021 lalu.

Bangunan utama Benteng Wolio Buton tersebut berlokasi di Kelurahan Melai, Kecamatan Murhum, Kota Baubau, Provinsi Sultra.

Total luasannya mencapai 23.375 hektare (ha) dengan bangunan berbentuk lingkaran dengan panjang keliling 2.740 meter persegi.

Benteng bekas ibu kota Kesultanan Buton tersebut juga memiliki bentuk arsitek cukup unik dan terbuat dari batu kapur/gunung.

Benteng juga memiliki 12 pintu gerbang yang disebut Lawa dan 16 emplasemen meriam yang disebut Baluara.

Dari tepi benteng yang masih berdiri kokoh di ketinggian, pengunjung dapat menikmati pemandangan Kota Baubau dan hilir mudik kapal di Selat Buton dengan jelas.

Pengunjung juga dapat melihat berbagai peninggalan sejarah Kesultanan Buton seperti masjid, makam, dan lainnya.

Sedangkan, kawasan hutan suaka margasatwa Lambusango yang secara administratif tersebar di 3 wilayah kecamatan.

Tiga kecamatan di Kabupaten Buton tersebut yakni Kapontori, Lasalimu, dan Pasarwajo.

Baca juga: Rekomendasi Wisata di Buton Sulawesi Tenggara, Pesona Pantai Pasir Hitam di Jalan Poros Lasalimu

Dengan luasan mencapai 27.700 hektare (ha) dengan panjang batas 108,75 kilometer (km) dan terletak pada ketinggian 15-780 m (dpl).

Lambusango menjadi kawasan hutan dengan fungsi suaka alam sejak jaman Belanda.

Melansir blog BKSDA Sultra Info, beberapa sungai bermata air terdapat di kawasan suaka margasatwa Lambusango.

Antara lain Kumele (Sungai) Kowiana, Winto, Malaoge, Wahalaka, Lapipi, Lawele, Toruku, dan Wakalambe.

Secara umum, tipe ekosistem di dalam kawasan Lambusango termasuk tipe ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah.

Dengan ‘lantai’ hutan banyak didominasi tumbuhan bawah jenis talas-talasan, pakis hutan, rotan, dan anakan pohon.

Terdapat pula berbagai potensi wisata di kawasan suaka margasatwa ini di antaranya Padang Kuku untuk menikmati panorama alam hingga berkemah hingga air terjun.

3. Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW)

TNRAW di Provinsi Sulawesi Tenggara adalah salah satu taman nasional pertama sekaligus tertua yang ditetapkan secara hukum di Indonesia pada tahun 1989 lalu.

Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai masuk dalam wilayah 4 kabupaten di Provinsi Sultra.

Daerah tersebut yakni Kabupaten Bombana seluas 45.605 hektare (ha) dan Konawe Selatan (Konsel) seluas 40.527 ha.

TNRAW juga berada di Kabupaten Konawe seluas 6.238 ha dan Kabupaten Kolaka seluas 12.824 ha.

Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai terdiri dari areal hutan bakau, hutan rawa, padang sabana, serta hutan tropis dengan daerah tertinggi berada di 981 meter di atas permukaan laut.

Dikutip TribunnewsSultra.com dari TribunWiki.com, terdapat sekitar 155 spesies burung yang 37 spesies di antaranya merupakan satwa endemik.

Baca juga: Wisata Gunung Teletubbies di Kolaka Timur Sultra, Cocok Jadi Tempat untuk Menikmati Akhir Pekan

Jenis burung yang sangat unik adalah burung kacamata Sulawesi dengan ciri khas lingkaran mata di sekeliling matanya.

Selain jenis burung terdapat juga sapi, rusa, anoa, babirusa, dan lainnya.

Jenis tumbuhan di TNRAW diketahui berjumlah sekitar 323 spesies yang cukup mendominasi seperti, agel, bamboo berduri, pandan dan juga semak belukar.

Terdapat juga berbagai jenis teratai seperti teratai merah, teratai ungu, teratai putih serta teratai dengan warna yang mengikuti kondisi cuaca.

Jenis tumbuhan lain juga dapat dijumpai seperti bunga bakung, talas, rumput bulat, pandan berduri, pudak hijau, dan masih banyak lagi.

Akses menuju ke Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai dapat menggunakan kendaraan pribadi dengan jalur terdekat melalui Punggaluku ke Lanowulu dengan waktu tempuh 2 jam 30 menit.

4. Kawasan Karst Pulau Muna

Kawasan Karst Pulau Muna tersebut tersebar di Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

Bahkan dikutip TribunnewsSultra.com dari laman esdm.go.id, Pulau Muna di Provinsi Sultra hampir seluruhnya tersusun oleh batu gamping berumur pleistosen (sekitar 1,8 juta tahun yang lalu).

Batu gamping ini diperkirakan dari Formasi Wapulaka, seperti terlihat pada tebing-tebing batu gamping di sepanjang pantai.

Batu gamping tersebut merupakan terumbu karang yang terangkat dan sekarang membentuk kawasan kars yang luas.

Karst Muna memiliki ciri tersendiri pada proses pembentukannya, selain juga ditandai adanya stalaktit dan stalakmit yang telah menyatu di Gua Liang Metanduno.

Beberapa di antara kawasan karts Muna yang kini menjadi lokasi wisata di antaranya berada di Desa Masalili, Kecamatan Kontunaga.

Wisata Puncak Masalili tersebut bisa diakses menggunakan kendaraan sekitar 30 menit dari Raha, ibu kota Kabupaten Muna.

Baca juga: Dispar Sultra Lindungi Wisata dari Pertambangan, Ingin Karst Matarombeo dan Liangkabori Jadi Geopark

Adapula lokasi wisata prasejarah Gua Liangkabori di Desa Liangkabori, Kecamatan Lohia, yang juga bisa diakses dari pusat Kota Raha sekitar 15-20 menit.

Khusus Kabupaten Muna, bisa diakses dengan menggunakan kapal penyeberangan dari Kota Kendari, ibu kota Sulawesi Tenggara.

5. Kawasan Karst Matarombeo Konawe Utara

Kawasan karst Matarombeo yang belum terjamah banyak wisatawan tersebut berlokasi di Pegunungan Matarombeo, Kabupaten Konawe Utara (Konut), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

Obyek wisata yang ditetapkan sebagai salah satu Seven Wonder atau 7 keajaiban wisata Sultra itu merupakan salah satu kawasan karst terluas di Pulau Sulawesi.

Terdapat situs gua prasejarah Gua Tengkorak Matarombeo di kawasan karst tersebut.

“Salah satu kawasan karst yang terdapat lukisan purba dan sudah pernah diteliti teman-teman dari Nature Evolution Prancis,” kata Kepala Dinas Pariwisata atau Dispar Sultra, Belli Harli Tombili, kepada TribunnewsSultra.com, beberapa waktu lalu.

Belli menyebut Gua Tengkorak Matarombeo tersebut ditujukan untuk wisatawan minat khusus seperti peneliti.

“Kita arahkan untuk wisata minat khusus bagi yang ingin mengeksplor gua,” katanya.

“Mungkin hanya orang-orang khusus saja yang bisa kesana. Memang berminat untuk meneliti secara langsung,” jelasnya menambahkan.

Dikutip TribunnewsSultra.com dari laman visitkonutkab.wixsite.com, kompleks situs gua prasejarah tersebut memperlihatkan bukti-bukti arkeologis yang ditemukan pada kawasan karst Matarombeo.

Berdasarkan hasil penelitian Balai Arkeologi (Balar) Makassar tahun 2009, temuan arkeologis yang berhasil dikumpulkan baik variabilitas, ciri, maupun fungsional.

Maka dapat dipastikan bahwa gua-gua prasejarah yang teridentifikasi berjumlah 7 situs tersebut dimanfaatkan oleh manusia sebagai tempat penguburan, mulai dari masa prasejarah hingga masa setelahnya.

6. Kawasan Hutan Mangrove Buton Utara

Baca juga: 20 Desa Wisata Diprioritaskan Jadi Pendukung Seven Wonder di Sultra, Sani-Sani hingga Liangkabori

Kawasan hutan mangrove yang berlokasi di Kabupaten Buton Utara (Butur), Sulawesi Tenggara (Sultra), tersebut diklaim menjadi kawasan hutan mangrove terluas di Indonesia.

Hal tersebut disampaikan Sekretaris Daerah Buton Utara (Sekda Butur) Muh Hardhy Muslim saat bertemu Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko di Jakarta beberapa waktu lalu.

“Potensi hutan mangrove seluas 15.300 hektare,” kata Sekretaris Daerah Buton Utara (Sekda Butur) Muh Hardhy Muslim dalam keterangan tertulisnya dikutip TribunnewsSultra.com.

Pemprov Sultra sebelumnya juga sudah menetapkan kawasan hutan mangrove di Kabupaten Butur sebagai salah satu dari 7 keajaiban wisata Sulawesi Tenggara.

7. Pulau Padamarang

Wisata pulau ini berlokasi di Desa Towau, Kecamatan Wundulako, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra).

Pulau yang berada di sebelah timur Teluk Bone tersebut menjadi salah satu pulau terbesar di kabupaten ini.

Melansir laman resmi Dispar Sultra, Pulau Padamarang menyimpan berbagai pesona dan keindahan.

Potensi wisata yang menjanjikan seperti halnya diving, snorkling, bermain di pantai pasir putih, dan yang paling menarik untuk disaksikan yakni pemandangan dari puncak.

Untuk mengunjungi pulau tersebut, wisatawan bisa menyewa kapal dari Pelabuhan dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam 30 menit.(*)

(TribunnewsSultra.com)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved