Berita Baubau
Masuk Daerah Rawan Bencana, BPBD bersama BMKG Baubau Sultra Berikan Edukasi ke Pelajar SMP
BPDB Kota Baubau melakukan sosialisasi komunikasi dan informasi komunikasi dan informasi rawan bencana kepada pelajar SMP, Sabtu (12/11/2022).
Penulis: La Ode Muh Abiddin | Editor: Desi Triana Aswan
TRIBUNNEWSSULTRA.COM, BAUBAU- Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPD Kota Baubau dan BMKG melakukan sosialisasi komunikasi dan informasi rawan bencana kepada pelajar SMP, Sabtu (12/11/2022).
Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra) merupakan salah satu wilayah yang rentan akan bencana alam.
Seperti halnya bencana alam gempa bumi dan tsunami berdasarkan peta rawan bencana dan masuk wilayah pesisir.
Hal ini disampaikan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPDB Kota Baubau La Ode Muslimin Hibali, saat melakukan sosialisasi komunikasi dan informasi rawan bencana kepada pelajar SMP, Sabtu (12/11/2022).
Baca juga: Promo Diskon Hypermart di Lippo Plaza Kendari & Baubau, Pakai GoPay Dapat Potongan Lagi Rp 5 Ribu
Muslimin menjelaskan, kegiatan yang di lakukan BPBD bersama BMKG bertujuan untuk melatih para pelajar untuk sigap dalam menyelamatkan diri.
Terlebih pada saat terjadi gempa bumi ataupun tsunami, sehingga dapat mengurangi resiko akibat terjadinya bencana.
"Ada sebanyak 100 pelajar SMP yang ikut, mereka ini kita berikan edukasi kesiapsiagaan bencana," ujarnya.
Dia menyebutkan, Kota Baubau di dalam peta rawan bencana masuk dalam kategori rawan gempa dan tsunami.
"Jadi kita harapkan kegiatan ini bisa berjalan di semua sekolah untuk mengedukasi anak-anak agar mengetahui cara menyelamatkan diri saat terjadi bencana,” terangnya.
Sementara itu, Kepala BMKG Baubau Hadi Setiawan mengatakan, sekaligus potensi bencana tsunami di Baubau sangat besar.
Bahkan, lanjutnya, untuk wilayah pesisir di Kecamatan Batupoaro ketinggian maksimal berdasarkan hasil penelitian bisa mencapai tiga meter.
“Terjadinya gempa bumi akibat patahan di pulau buton tidak menyebabkan tsunami, tetapi efek yang ada diflores pasti akan menjalar ke sini,” jelasnya.
Sehingga, ketika terjadi gempa para pelajar ini sebisa mungkin untuk mencari perlindungan, misalnya dengan menutup kepala atau berlindung di bawa meja.
Perlu juga diperhatikan, ketika terjadi tsunami harus mencari jalur evakuasi ke dataran tinggi atau bangunan tinggi.

"Jadi untuk bangunan tinggi ini, konstruksinya harus tahan terhadap arus air dan getaran misalnya menara atau bangunan yang telah difasilitasi pemerintah," kata Hadi.
Dia berharap, setiap sekolah dapat membuat jalur evakuasi dan melaksanakan simulasi mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami.
"Sesering mungkin pelajar kita ini tanggap terhadap bencana alam baik disekolah maupun saat berada dilingkungan rumah," imbuhnya. (*)
(TribunnewsSultra.com/La Ode Muhammad Abiddin)