PLN UPDK Kendari
Omzet Produsen Batako dan Paving Block di Kendari Meningkat, Manfaatkan FABA PLTU Nii Tanasa
Sisa pembakaran batu bara Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) atau dikenal FABA menjadi modal perekonomian masyarakat di Kendari.
Penulis: Muh Ridwan Kadir | Editor: Sitti Nurmalasari
TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Sisa pembakaran batu bara Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) atau dikenal Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) menjadi modal perekonomian masyarakat di Kendari.
UD Savillah salah satu UMKM di Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) memperoleh manfaat manis dari pemanfaatan FABA ini.
UD Savillah mulai menggunakan FABA sebagai bahan campuran produksi pembuatan batako dan paving block sejak Agustus 2021.
Pemilik UD Savillah, Alam Almuna menjelaskan awal mula ketertarikan dirinya menggunakan FABA karena adanya pemaparan dari PLN terkait manfaat FABA.
Dengan biaya yang lebih murah dari bahan baku pasir dan semen, FABA bisa menekan ongkos produksi dari UMKM ini.
Baca juga: UD Savillah Blok Manfaatkan FABA Buat Batako hingga Paving Block, Produksi per Hari Capai 3.500 Pcs
"Alhamdulillah ternyata hasil dan kualitasnya bagus, hingga akhirnya kami menandatangani pemanfaatan FABA PLTU Nii Tanasa dengan PLN UPDK Kendari," ujar Alam, Jumat (17/6/2022).
Lanjutnya, saat ini UD Savillah Blok telah memanfaatkan FABA dari PLTU Nii Tanasa kurang lebih sebanyak 441 ton.
FABA tersebut digunakan sebagai bahan campuran produksi batako dan paving block.
"Kami memproduksi batako dan paving block secara berselang-seling, dalam sehari kami bisa memproduksi paving block sebanyak 250 meter kubik serta batako sebanyak 3600 meter kubik," jelasnya.
"Dengan FABA, manfaat yang kami rasakan adalah meningkatnya jumlah produksi," tambahnya.
Baca juga: PLN UPDK Kendari Gandeng Polresta Gelar Pelatihan Pemanfaatan FABA, Kenalkan ke Masyarakat di Sultra
Setelah menggunakan FABA, Alam mengatakan usahanya mampu meningkatkan produksi paving block sebanyak 40 meter persegi atau setara dengan Rp3.800.000 per hari.
Sehingga, dapat menghemat biaya produksi batako sebesar Rp1.050.000 per hari.
"Jadi setelah menggunakan FABA omzet kami naik sekitar Rp72 juta per bulan, sampai saat ini kami telah mempekerjakan 30 orang tenaga kerja," tuturnya.
Sementara itu, Manager PLN UPDK Kendari, Muhammad Rusli Sain menambahkan saat ini FABA dapat dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat, UMKM, dan instansi.
Hal tersebut menyusul FABA telah dikategorikan menjadi limbah bukan bahan berbahaya dan beracun (B3).
Baca juga: PLN UPDK Kendari Manfaatkan FABA Bangun Jalan di Desa Toli-Toli Konawe, Progres Capai 60 Persen