Kuatkan Posisi Ukraina di Medan Perang dan Perundingan, G7 Sebut Tindakan Putin Permalukan Rusia
G7 menyebut invasi Vladimir Putin di Ukraina telah mempermalukan pengorbanan bersejarah Rusia melawan Nazi Jerman dalam Perang Dunia II.
Penulis: Nina Yuniar | Editor: Ifa Nabila
TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Imbas melancarkan invasinya di Ukraina, Rusia bertubi-tubi dijatuhi sanksi dari berbagai pihak dan negara.
Terbaru, sanksi kepada Rusia datang dari Group of Seven (G7) sebagai tanggapan atas perang di Ukraina yang hingga kini masih berlangsung sejak dimulai pada 24 Februari 2022 lalu.
Sebagaimana diketahui bahwa G7 merupakan lembaga berskala internasional yang terbentuk dari perkumpulan 7 negara dengan perekonomian maju dan terbesar di dunia.
Anggota G7 antara lain Amerika Serikat, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, dan Prancis.
Baca juga: Rangkuman Hari Ke-74: Rusia Bom Sekolah di Luhansk Ukraina, Diduga Tewaskan 60 Orang
Dilansir TribunnewsSultra.com dari Al Jazeera, para pemimpin G7 menjatuhkan sanksi baru pada Rusia atas perang Ukraina.
Para pemimpin G7 telah berkomitmen untuk menghapus ketergantungan pada energi Rusia.
Hal itu tertuang dalam sanksi baru sebagai bagian dari paket sanksi terkoordinasi yang “belum pernah terjadi sebelumnya” untuk memperkuat isolasi ekonomi Rusia atas invasi Moskow ke Ukraina.
G7 telah meningkatkan seruan melawan elit Rusia yang mendukung Presiden Rusia Vladimir Putin yang dituduh kelompok 7 negara tersebut "mempermalukan" tentang pengorbanan bersejarah Rusia melawan Nazi Jerman dalam Perang Dunia II.
Baca juga: Update Hari Ke-74 Invasi Ukraina: Evakuasi Warga di Mariupol Selesai hingga Rudal Rusia Hantam Odesa
“Kami akan memastikan bahwa kami melakukannya secara tepat waktu dan teratur, dan dengan cara yang menyediakan waktu bagi dunia untuk mengamankan pasokan alternatif,” kata pernyataan bersama G7.
"Kami akan melanjutkan dan meningkatkan kampanye kami melawan elit keuangan dan anggota keluarga, yang mendukung Presiden Putin dalam upaya perangnya dan menyia-nyiakan sumber daya rakyat Rusia," lanjutnya.
Gedung Putih AS mengatakan sanksi baru itu akan “menabrak urat nadi utama ekonomi Putin dan menolak pendapatan yang dia butuhkan untuk mendanai perangnya”.
Setelah bertemu secara virtual dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, para pemimpin G7 mengatakan mereka akan memutuskan layanan utama yang menjadi sandaran Rusia.
Baca juga: Rangkuman Hari Ke-73 Perang: Pentagon Bantah Bantu Ukraina Tenggelamkan Kapal Rusia
Serta memperkuat isolasi Rusia “di semua sektor ekonominya”.
Tindakan Putin di Ukraina 'mempermalukan Rusia'
G7 juga menyatakan keprihatinan bahwa perang menyebabkan gangguan ekonomi global, berdampak pada keamanan pasokan energi global, pupuk dan penyediaan makanan, serta fungsi rantai pasokan global.
"Bersama dengan PBB, kami menyerukan Rusia untuk mengakhiri blokade dan semua kegiatan lain yang menghambat produksi dan ekspor pangan Ukraina, sejalan dengan komitmen internasionalnya," kata pernyataan itu.
Baca juga: AS Dituduh Bantu Ukraina Bunuh Jenderal Rusia dengan Cara Beri Informasi Intelijen soal Lokasi
“Kegagalan untuk melakukannya akan dilihat sebagai serangan untuk memberi makan dunia.”
Langkah-langkah tambahan yakni termasuk sanksi terhadap tiga stasiun televisi Rusia, larangan penyediaan layanan akuntansi dan konsultasi untuk Rusia, dan sanksi eksekutif dari Gazprombank Rusia.
Tindakan yang dikenakan terhadap eksekutif Gazprombank bukan yang pertama melibatkan bank, di mana berhubungan erat dengan eksportir gas raksasa Rusia Gazprom.
Meski begitu, AS dan sekutunya telah menghindari mengambil langkah-langkah yang dapat menyebabkan gangguan gas ke Eropa, pelanggan utama Rusia.
Baca juga: Putin Berharap Mengklaim Mariupol di Ukraina sebagai Kunci Rusia Rayakan Hari Kemenangan 9 Mei
“Ini bukan blok penuh. Kami tidak membekukan aset Gazprombank atau melarang transaksi apa pun dengan Gazprombank," kata pejabat senior administrasi kepresidenan AS kepada wartawan.
“Apa yang kami isyaratkan adalah bahwa Gazprombank bukanlah tempat yang aman, jadi kami memberi sanksi kepada beberapa eksekutif bisnis top mereka untuk menciptakan efek yang mengerikan.” jelasnya.
Sementara itu, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berbicara kepada G7 dengan mengatakan "dunia harus melangkah lebih jauh dan lebih cepat untuk mendukung Ukraina."
“Ukraina perlu menerima peralatan militer yang memungkinkan mereka tidak hanya bertahan di Ukraina, tetapi juga merebutnya kembali,” kata Johnson kepada para pemimpin G7.
Baca juga: Invasi Hari Ke-72: Putin Minta Pasukan Ukraina Menyerah & AS Bocorkan Lokasi Kapal Perang Rusia
Adapun pertemuan G7 pada Minggu (8/5/2022) ini terjadi saat Eropa memperingati berakhirnya Perang Dunia II dan pembebasan Eropa dari Nazisme dan fasisme.
Dalam sambutannya, G7 mengatakan bahwa tindakan Putin di Ukraina “membawa malu Rusia dan pengorbanan bersejarah rakyatnya”.
Para pemimpin G7 juga menegaskan kembali dukungan mereka untuk Zelenskyy.
Bahkan G7 menambahkan bahwa langkah-langkah baru itu ditujukan untuk “memperkuat posisi Ukraina di medan perang dan di meja perundingan”.
(TribunnewsSultra.com/Nina Yuniar)